[02] L's Revealed

394 70 409
                                    

Semburat jingga mulai menyapa seorang gadis yang terduduk diam di titik tertinggi fakultas bahasa dan sastra. Angin sepoi musim semi berusaha menyisir helai surai hitam perempuan tersebut walau pada akhirnya malah merusak tatanannya. Rasa dingin seolah-olah hampir menusuk tulang, namun rasa tersebut masih terkalahkan dengan perih yang ia rasakan pada perasaannya.

Insiden kecil siang tadi benar-benar membuka kembali memori mengenai tragedi malam itu. Sebuah malam yang selalu menghantui walau ia sudah menutup mata berkali kali. Sebuah malam yang selalu mengikuti walau ia berusaha pergi. Sebuah malam yang menyakiti hati karena tak berhasil membawa kedua orang tua dan ingatannya kembali.

"Maaf, bahkan aku tak sempat mengucapkan selamat tinggal" ujar gadis tersebut terbata-bata berusaha berkomunikasi dengan ayah ibunya yang telah tiada.

Perempuan itu mengadahkan kepala ke atas, menatap langit luas yang dipenuhi gumpalan kapas kemerahan. Setidaknya ia tahu, raga mungkin bisa terpisah, namun jiwa mereka tetap saling mengawasi tanpa perlu waktu menjarah.

 Setidaknya ia tahu, raga mungkin bisa terpisah, namun jiwa mereka tetap saling mengawasi tanpa perlu waktu menjarah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gradasi warna semesta seolah menenangkannya, menjernihkan kemelut dalam hati yang merampas hari. Gadis bersurai hitam panjang tersebut tersenyum walau air mata tetap samar menuruni mata indahnya. Angin yang tadi menusuk kini terasa memeluk hangat, seperti perwakilan pelukan orang yang barusan ia rindukan.

"Tidak baik seorang wanita menyendiri, apalagi hampir malam seperti ini"

Suara berat pria tersebut berhasil membuat gadis itu menoleh. Seorang pria dengan kemeja kotak kotak hijau kebiruan dan juga celana jeans biru dongker berjalan mendekati perempuan tersebut sembari merapihkan rambut hitamnya yang terterpa angin. Hangat. Senyumnya begitu hangat di tengah dinginnya udara musim semi.

"Mark Lee, fakultas musik" ujar lelaki itu sembari menjulurkan tangan.

Gadis tersebut tersenyum dan menerima uluran tangan yang berada di hadapannya, "Luna, fakultas sastra"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gadis tersebut tersenyum dan menerima uluran tangan yang berada di hadapannya, "Luna, fakultas sastra"

"Luna..."

Mark menggantungkan kalimat seakan ingin mengetahui informasi lebih lanjut dari perempuan cantik yang ia temui sore ini.

"Untuk sementara ini hanya Luna"

Dreary Swan | JenoWhere stories live. Discover now