[03] Shakespeare

327 67 289
                                    

Luna Hwang terburu-buru menuju perpustakaan dengan flat shoes putihnya. Beberapa orang melihat gadis tersebut dengan pandangan heran karena hanya ia yang berlari melawan arus dari kebanyakan mahasiswa. Jam menunjukkan pukul lima sore, memang sudah waktunya untuk kembali ke rumah masing-masing. Tidak mengherankan apabila orang melihat Luna aneh karena menerobos kerumunan dengan arah yang berbeda.

"Sial, kalau hilang aku bisa mati penasaran" gerutu perempuan pemilik surai hitam itu di tengah keramaian.

Perpustakaan Daeshim University selalu buka selama 24 jam, walau aktivitas normal kampus telah berhenti dari pukul lima sore. Pengunjung ruangan penuh buku ini tetap ramai, ada yang memang berniat belajar, mencari referensi, atau bahkan hanya sekadar menumpang tidur dan memakai wifi yang super kencang.

"Selamat sore, Luna. Sepertinya kau sangat menyukai tempat ini, ya?" sapa salah satu petugas perpustakaan ramah. Seorang wanita pemakai blazer cokelat tua dengan nametag "Joy" tersenyum akan kehadiran Luna.

Luna membalas ekspresi hangat petugas perpustakaan tersebut dengan anggukan singkat. Perempuan bermarga Hwang itu memang menetapkan perpustakaan Daeshim sebagai salah satu tempat favoritnya di kampus. Wangi buku, suara kertas dibalik, dan juga atmosfer yang menenangkan berhasil memikat hati Luna sejak pertama kali datang.

"Begitulah. Oh iya, apa kau melihat sebuah notes kecil berwarna cokelat usang di sekitar sini? Notes tersebut jilidannya hampir rusak dan terlihat tua sekali. Aku kehilangan barang itu kemarin, mungkin memang tertinggal"

Joy mengernyitkan dahi seakan mengingat ciri-ciri barang yang lawan bicaranya sebutkan tadi. "Maaf, aku tidak begitu ingat. Tapi jika itu memang belum lama, seharusnya masih ada di sekitar sini. Coba kau cari di deretan buku sastra yang kau kunjungi kemarin, lagipula deretan tersebut jarang dikunjungi orang dan aku yakin tidak ada yang mengambilnya"

Luna Hwang mengangguk setuju setelah mendengar pernyataan tersebut. Joy adalah salah satu orang terdekat Luna walau belum genap satu minggu ia pindah ke Negeri Gingseng. Entahlah nama asli petugas perpustakaan tersebut adalah Park Soo-young, Luna juga heran mengapa ia kerap dipanggil Joy. Mungkin karena senyumnya yang sangat ramah dapat membawa kebahagiaan.

Gadis pemilik surai hitam dan pemakai midi dress biru itu meluaskan pandangan ke lorong buku sastra, sesekali ia juga mengecek rak yang sedikit berdebu, berharap pernah kelupaan meninggalkan sesuatu di sana. Lantai pun juga tidak lepas dari pencarian Luna, begitu pula dengan meja dan kursi yang terletak di dekat jendela perpustakaan. Sudah 10 menit berlalu, akan tetapi gadis bermarga Hwang itu sama sekali tidak menemukan apa yang ia cari. Perempuan tersebut menyerah dan memutuskan untuk membaca salah satu buku Shakespeare kesukaannya.

"Menyebalkan" umpat Luna sembari berjinjit berusaha mengambil buku pilihan. Buku karangan Shakespeare berada di rak paling atas. Tinggi Luna sangat kurang untuk menjangkau kolom rak di mana buku favorit itu diletakkan.

Luna merasakan seseorang berbadan tinggi kini ada di belakangnya. Aroma parfum kayu manis dan musk sangat semerbak menggelitik indra penciuman gadis tersebut.

"Kalau aku mengambilkan ini, kau akan diam bukan?"

Luna Hwang menelan ludah sembari berusaha mengontrol irama detak jantung yang seakan memberontak. Lagipula, siapa perempuan yang tidak gugup apabila berada dalam kondisi seperti ini?

"Ini bukumu, dan jangan be-"

Belum sempat menyelesaikan potongan kalimat itu, pria tersebut terkejut dengan gadis yang kini berada di hadapannya. Bagaimana tidak? Seorang perempuan dengan surai hitam pekat dan juga balutan midi dress biru pastel yang sangat cocok dengan warna kulit ini membuat gadis tersebut terlihat sangat cantik, apalagi ketika setengah wajahnya terkena paparan sinar matahari sore yang menembus jendela.

Dreary Swan | JenoWhere stories live. Discover now