Lucifer : 08

69.9K 12.4K 3K
                                    

Hari pelantikan pejabat pemerintah sudah dilaksanakan tepat dimana sang fajar mulai menampakkan wujudnya. Itu dikarenakan matahari adalah lambang dari kerajaan Manuala. Mereka akan memberi penghormatan kepada matahari yang menunjukkan sinarnya sembari menyanyikan lagu kebangsaan.

Rakyat menyebut sosok raja sebagai matahari yang agung, pusat dari alam semesta. Itu mengapa darah bangsawan Felipe sangat istimewa. Darah tersebut dilambangkan sebagai sinar pembawa kehidupan. Raja adalah pusatnya.

Grace yang menghadiri acara tersebut sangat kikuk karena untuk pertama kalinya ia memasuki istana dan bertemu dengan keluarga kerajaan.

Meskipun Jeno adalah teman sekelasnya, Grace tidak bisa tampak akrab dengan pria itu. Bahkan memanggil Jeno dengan namanya saja dianggap tidak sopan di istana. Keluarganya yang merupakan bangsawan kelas ataspun tidak bisa memperlakukan keluarga kerajaan dengan buruk. Itu kenapa lagi-lagi Grace menyesali segala ucapan tidak sopannya kepada Jeno. Bahkan teman-teman di kelasnya saja tidak berani mendekati Jeno secara intens dan membuat pria itu tidak nyaman. Tapi, Grace? Ah, sudahlah... Rasanya Grace ingin menenggelamkan dirinya saat ingat bagaimana tidak sopan perlakuannya terhadap Jeno.

"Memang susah berpura-pura baik," lirih Grace, sembari mengikuti keluarganya yang lain untuk memberi penghormatan kepada keluarga kerajaan.

Setelah selesai, mereka mengucapkan sumpah setia, sebelum akhirnya Louis Nata Weldon diangkat sebagai Perdana Mentri termuda yang pernah ada. Ibunya menitikkan air mata sedangkan Duke Herbrough memberikan petuah kepada Louis agar menjadi pemimpin yang baik. Melihat itu, Grace hanya bisa menatap kakaknya. Grace tidak boleh membuat masalah lagi, mengingat keluarganya kini menduduki posisi tertinggi dalam politik. Segala tingkah lakunya akan diamati dan akan susah membereskan segala kekacauan yang Grace lakukan dalam diam.

'Aahh... Menyebalkan,' geram Grace dalam hati. Diliriknya Jeno yang memakai pakaian kerajaan yang membuat pria itu terlihat berbeda dari biasanya. Tatapan matanya terkesan tegas dan tidak ada wajah menyebalkan yang biasa Jeno pasang saat mengerjai Jemin. Pria itu tampak berbeda.

Ya, mau tidak mau Jeno harus menjadi berbeda. Manuala ada di pundaknya.

Entah kenapa Grace merasa kasihan saat melihat Jeno berdiri di samping ayahnya. Di usia semuda itu dia sudah harus menyiapkan diri sebagai seorang raja. Bahkan menurut rumor yang Grace dengar, Jeno akan menyelesaikan pendidikannya di akademi selama 1 tahun.

Pasti banyak sekali yang pria itu pelajari. Saat pulang dari rumah Grace saja, supir kerajaan mengatakan bahwa Jeno sudah ditunggui oleh pelatihnya di istana. Itu artinya selama ini Jeno tidak punya banyak waktu untuk bermain.

"Kalau misalnya aku yang menjadi ratunya, pasti Jeno akan kesulitan," ujar Grace.

Mengingat sifatnya yang seperti sekarang, Grace hanya akan menambah beban Jeno dan membuatnya menderita—sama seperti novel The Lucifer Prince yang Grace baca.

"Tidak apa-apa kalau aku tidak menjadi Ratu. Semua ini demi kebaikan bersama..." gumam Grace sembari menjauh dari kerumunan. Ditatapnya Jeno yang berdiri di ujung sana—yang terlihat sangat berwibawa menyapa tamu undangan.

Ketika tatapan mereka bertemu, Jeno tersenyum tipis ke arahnya, membuat Grace langsung memalingkan wajah. Diremasnya tangannya, sembari dengan refleks bersembunyi dari balik pilar. "Uhhh... Kenapa harus senyum?" ujar Grace sebal.

Diliriknya lagi Jeno dari balik pilar, "Seharusnya dulu akunya disayang, J. Tahu tidak seorang Grace Weldon bahkan mencintai Jeno Narenth melebihi dirinya sendiri. Seharusnya dia yang kau cintai..." gumam Grace.

Diusapnya air matanya yang tiba-tiba jatuh. "Kenapa seorang Grace harus dipenggal? Dia mencintaimu tahu... Meskipun kelakuaan buruk, tapi kau kan bisa memberitahunya. Dia pasti mau berubah." Grace bersandar pada pilar.

The Lucifer Prince Who Fell For MeWhere stories live. Discover now