2

262 40 3
                                    

"Bagaimana ini...." Gumam Hijikata frustrasi.

"Eh? Nani ga?"

"Nani Gate?! Datte Sensei. Apa kau sendiri tidak merasa aneh, berada di tempat sama tetapi berbeda?"

"Dakara Ore Wa Gintoki!" Bentak Gintoki "Sebelum itu, bisakah kau beritahu apa yang terjadi padamu sebelumnya?"

"Em... Kalau tak salah... Sebelumnya aku sedang membuntuti Ginpachi sensei. Lalu aku kehilangan-nya saat di belokan, aku berlari mengejarnya, ternyata sensei akan turun tangga menuju lantai 1. Namun, saat aku ingin mengikutinya, tiba-tiba aku tidak sengaja menginjak kulit pisang dan setelah itu aku tidak ingat apapun lagi, kemungkinan aku terjatuh dan pingsan. Saat aku bangun dan bertemu denganmu sensei" Jelas Hijikata panjang lebar.

"Naruhodo" Ucap Gintoki paham "Tapi, sebelum itu... Bolehkah aku berkomentar dengan penjelasan mu"

"Dozo"

"Pertama, kau bilang sedang 'membuntuti' kan? Apa tidak apa-apa? Jika ketahuan 'kan bisa bahaya. Lagipula Kenapa kau membuntutinya?"

"Karena aku menyukainya" Jawab Hijikata santai seolah bukan hal aneh.

menyukainya, menyukainya kata itu terus terngiang-ngiang di pikiran Gintoki "Coba ulangi lagi. Mungkin aku salah dengar"

"Kau tidak salah dengar. Lagipula aku sudah pernah menyatakan perasaanku, walaupun ditolak"

"...Eh? EHH!! USO!!" Bentak Gintoki "Chottomate! Kenapa? Lagipula Dia'kan Gurumu! Walaupun aku sudah menduga akan ditolak.... Memangnya dia secantik itu sampai-sampai kau jatuh cinta padanya?"

"Siapa bilang Ginpachi sensei seorang perempuan?"

"Eh? Doiu imi"

"Dia seorang laki-laki"

'Otoko!' Gintoki langsung menunduk, pusing dengan apa yang dikatakan Hijikata padanya "Hijikata-kun... Dia itu Otoko, apa matamu itu buta ya?"

"Hah... Sensei" Gumam Hijikata, lalu ia memegang dadanya "Cinta itu tidak memandang fisik, mental maupun jenis kelamin" Lanjutnya dengan percaya diri.

"Bagian terakhir itu tidak masuk akal" Balas Gintoki dengan datar, pusing jika terus dilayani "Lalu kedua, saat kau ingin menuruni tangga 'kan, tiba-tiba ada kulit pisang di sana. Kenapa bisa ada kulit pisang terlebih lagi di tangga?"

"Ah... Kalau soal itu aku yakin bekas Kondo-san yang tak sengaja membuang kulit pisang disana karena melihat gadis gorila itu"

"Gadis gorila?"

"Um, kakak perempuan-nya Megane"

"Maksudmu Otae dan kalau Megane Shinpachi"

"Um"

"Majikayo..."

"Hm? Chottomate. Apa sensei mengenal mereka berdua?"

"Tentu saja. Shinpachi bekerja disini dan sedangkan kakaknya itu bekerja di hotes club"

Hijikata terkejut "Entah mengapa aku ingin tertawa. Megane bekerja disini? Memangnya pekerjaan apa itu?"

"Yorozuya, pekerjaan yang menerima apapun permintaan dari klien asalkan dibayar"

"He..." Ucap Hijikata 'Jika mereka berdua ada disini. Berarti... Yang lainnya juga. Itu artinya...' Hijikata membelak "Aku masuk kedunia lain...?"

"Hah? Apa kau bilang?" Tanya Gintoki bingung dengan gumaman Hijikata.

Hijikata menghela napas, lalu ia menjelaskan kalau sebenarnya ia berasal dari dunia lain atau isekai. Tapi, yang membedakannya, yaitu jika dunia asli Hijikata Toshiro sudah moderen dan sudah tidak ada samurai. Sedangkan disini memang sudah moderen tapi masih termasuk jaman samurai.

"Jadi, maksudmu. Dunia kita memang berbeda, namun orangnya tetap sama. Begitu...?" Tanya Gintoki dengan wajah pucat.

"Menurutku seperti itu. Karena Shinpachi dan Otae sebenarnya teman sekelasku"

"Arienaidaro... Kejadian ini seperti di komik jump saja"

"Aku juga tak ingin mempercayainya. Tapi ini kenyataan"

Gintoki menghela napas berat, pusing, entah apa yang harus ia lakukan. Percaya atau tidak, dihadapnya sudah ada bukti yaitu Hijikata yang masih remaja dan pakaiannya juga begitu "Hah... Jadi. Bagaimana caramu kembali ke duniamu?"

"Kalau soal itu aku tidak tau sen-maksudku Gintoki" Jawab Hijikata "Apa perlu dengan cara yang sama...?"

"Kalau soal itu, aku bisa membantumu" Ucap Gintoki. Ia lalu membawa Hijikata keluar sembari memakan banana yang entah dari mana. Setelah sampai di tangga, Gintoki membuang kulit pisang di anak tangga, kemudian ia menempatkan Hijikata dihadapannya "Yosh! Sekarang giliran mu" Ucap Gintoki sembari mendorong Hijikata.

"Tu-Tunggu Sebentar Gintoki! Apa Kau Ingin Membunuhku?!" Bentak Hijikata histeris sembari mendorong kembali Gintoki.

"Apa yang kau katakan, bukankah aku sedang membantumu kembali ke duniamu"

"Itu Memang Benar. Tapi Gak Gini Juga! Berhenti Mendorongku!!"

Keduanya terus saling mendorong sampai akhirnya mereka menyerah dan ambruk lelah dengan napas memburu.

"Hosh... Ji-jika kau tidak ingin menggunakan cara ini. Lalu bagaimana?!" Tanya Gintoki dengan satu tarikan napas.

"Te-tenanglah. Nanti kita pikirkan lagi" Balas Hijikata "Namun sebelum itu..."

"Hah? Ada apa lagi?"

"Bisakah kau ajak aku berkeliling" Pinta Hijikata dengan ekspresi serius.

"Hah! Tidak Mau!"

"Ayolah Gintoki. Aku ingin melihat tempat-tempat di jaman samurai ini dan sekalian juga melihat aku di jaman ini. Ayolah...."

"Tidak Mau!"

"Plis~" Bujuk Hijikata sembari memegang kedua tangan Gintoki.

"Ugh" Gintoki menghela napas, ia tak punya pilihan lain selain menerimanya daripada terus ditolak dan terus digangu Hijikata 'Dasar keras kepala' gerutu Gintoki "Hah... Baiklah"

Hijikata tersenyum senang, dengan semangat ia menarik Gintoki untuk segera mengelilingi kabukicho dan menemui dirinya disini yang sendari tadi membuatnya penasaran.

Gintoki hanya tersenyum, tak menyangka bisa melihat Hijikata akan bersikap seperti anak kecil. Gintoki menghentikan Hijikata. Hampir saja ia menginjak kulit pisang tadi bekas Gintoki, setelah membuangnya ke tempat sampah, Hijikata langsung menarik Gintoki dan memintanya untuk memberitahu dan menunjukan beberapa tempat yang sering ia kunjungi.

.

.

.


Bersambung..

Hijikata-kun...?Kde žijí příběhy. Začni objevovat