Ingatan Yang Hilang

1.2K 121 32
                                    


Angel kecil menangis dengan tersedu sedu. Ia merasa takut,  namun ia terus berjalan. Mencari jalan untuk kembali. Baju yang tampak lusuh, banyak bercak lumpur dan ada noda darah di beberapa bagian baju itu.

"Ayahanda, ibunda Angel takut," lirih Angel dengan tangis yang tak dapat di tahannya lagi.

Dengan tangis yang menjadi,  Angel terus berjalan menyusuri jalan yang di kelilingi hutan yang gelap dan menyeramkan.

"Angel takut." kata kata itu kembali keluar dari bibir kecil yang mulai membiru itu.

Au...... Suara serigala membuat Angel terduduk di jalan yang becek karena hujan yang sempat turun.

"Angel mau pulang," isak Angel dengan memeluk dirinya sendiri. Air matanya terus menerobos keluar dari pelupuk matanya.

Angel kecil terus terisak seraya memanggil kedua orang tuanya. Bibirnya pucat, matanya membengkak dan hidungnya memerah. Kaki kecilnya lecet dan dilapisi lumpur dan bercak darah.

"Kenapa kau ada di sini?" Suara itu mengagetkan Angel kecil.

"Tolong Angel... Angel mau pulang," lirih Angel yang masih menyembunyikan wajahnya.

"Dimana rumahmu, ini kawasan perbatasan. Seharusnya tidak ada anak kecil yang boleh masuk ke sini," seruan dingin itu tidak membuat Angel kecil takut. Melainkan merasa nyaman dan di lindungi.

"Paman dan bibi di serang." Bibir pucat itu berhumam kecil yang masih dapat di dengar oleh orang itu.

"Aku akan mengantarmu ke permukiman warga, ayo ikut aku!" Ucap itang itu seraya mengulurkan tangannya pada Angel kecil.

Dengan sedikit keberanian, Angel menatap orang itu dan terpaku.... Ange tidak bisa melepaskan pandanganya dari manik hitam kelam yang sangat menawan.

Dadanya terasa terbakar, nafasnya tidak beraturan dan tanpa di sadari air matanya kembali meleleh yang membuat itang itu bingung dan panik.

"Hei jangan menangis, aku bukan orang jahat!" Ucap orang itu berusaha menenangkan Angel.

"Mata kakak cantik," ucap Angel yang menbuat orang itu terdiam.

"Devian." Angel mengerutkan dahinya.

"Namaku Devian," ucap orang itu.

"Angel," lirih Angel yang diangguki oleh Devian.

"Kau darimana sampai melewati perbatasan?," Tanya Devian.

"Angel dari rumah nenek penyihir baik," jawab Angel yang diangguki oleh Devian.

"Ayo bangun, kita harus segera pergi sebelum para serigala kemari," ucap Devian yang kembali menyodorkan tangannya pada Angel.

"Kaku Angel sakit... Angel cape," lirih Angel takut takut.

"Naiklah," ucap Devian yang sudah berjongkok di depan Angel. Tanpa ragu Angel naik ke punggung Devian dan menyamankan dirinya di sana.

Mereka berdua menyusuri hutan dengan sunyi. Tanpa sadar Angel tartidur di pundak hangat Devian. Devian hanya tersenyum tipis melihat kelakuan gadis kecil yang baru ia temui ini.

Hampir 3 jam Devian berjalan dang akhirnya memutuskan untuk beristirahat di dalam goa yang ia temukan. Lebih tepatnya tempatnya sering beristirahat. Devian susah sering bermain di hutan ini hingga tau seluk beluk hutan lebih dari siapapun.

Di dalam goa ada beberapa helai selimut dan baju milik Devian yang memang ada sejak dulu dan juga tumpukan jerami yang di lapisi kain. Dengan hati hati Devian meletakan Angel di atas sebuah batu lalu mencuci kedua kaki Angel yang lecet dengan hati hati. Berusaha untuk tidak membangunkan Angel yang terlelap dengan nyenyak.

Setelah selesai dengan hati hati Devian mengangkat Angel dan merebahkannya di atas tumpukan jerami itu dan menyelimutinya dengan pelan.

Devian menghela nafas lelah. Ia menyusun beberapa kayu dan membakarnya dengan kekuatan api miliknya. Udara malam semakin mendingin ditambah dengan hujan yang kembali menguyur hutan membuat udara semakin dingin yang membuat Devian mau tak mau kembali menyelimuti angel dengan selimut yang tersisa membiarkan dirinya kedinginan duduk di depan api yang ia buat.

"Ugh... Kak, dingin." Angel tarbangun setelah merasakan udara dingin menyapa pipinya yang tidak di selimuti selimut yang membuat Devian menoleh.

"Tidurlah Angel," ucap Devian yang membenarakan letak selimut di tubuh Angel.

"Kakak tidak tidur? Kakak tidak kedinginan?" Tanya Angel dengan wajah mengantuknya.

"Aku belum menggantuk dan cukup dingin tapi aku bisa menahannya." Devian tersenyum tipis.

"Kakak juga perlu tidur. Sini sama Angel," ucap Angel seraya menepuk tempat di sampingnya yang kosong.

"Kau saja," ucap Devian menolak Angel yang membuat Angel cemberut.

"Kata ibunda kita harus berbagi dengan siapapun. Kalau kakak tidak tidur di sini Angel yang akan ke sana." Angel turun dari tumpukan jerami dan mendudukan dirinya di samping Devian yang masih diam.

"Jangan tatap Angel seperti itu!" Seru Angel dengan tatapan jengkel.

"Ternyata kau cukup berani untuk ukuran gadis kecil," ucap Devian yang masih menatap Angel dengan lekat.

"Kakak orang baik apa yang perlu di takutkan." Angel tersenyum seraya mengosokan kedua tangan kecilnya. Angel kedinginan.

"Kakimu, Apa masih sakit?" Tany Devian yang membuat Angel menatap kakinya yang telah bersih yang menampakan beberapa lecet di kaki mungilnya.

"Tidak terasa sakit," ucap Angel. Seleah itu hanya ada keheningan di antara mereka berdua.

"Kembali ke sana dan tidur. Anak kecil tidak baik tidur terlalu larut," ucap Devian setelah beberapa saat saling berdiam yang mendapatkan tatapan kesal dari Angel.

"Tidak mau. Kakak juga harus tidur! Kakak juga anak kecil!" Seru Angel dengan keras.

"Baiklah... Ayo kita tidur!" Akhirnya Devian menyerah dan bangkit dari duduknya menuju tumpukan jerami, lebih tepatnya pada tumpukan kayu di sebelahnya yang membuat Angel cemberut.

"Kat-"

"Aku ingin menambah kayu pada api unggun itu. Kita akan mati kedinginan jika api itu mati." Devian memotong dan menatap Angel dengan tatapan malas.

Setelah menambahkan beberapa batang kayu pada api, Devian naik ke tumpukan jerami tepat di sebelah Angel yang sudah tiduran di sana dengan nyaman.

"Kakak boleh peluk? Angel gak bisa tidur kalau gak di peluk sama ibunda," tanya angel dengan tatapan berbinar yang membuat Devian tak tega menolaknya.

Setelah mendapatkan persetujuan, Angel memeluk Devian dan menenggelamkan kepalanya di dada Devian. Angel mencari kehangatan di sana.

"Badan kakak hangat." Angel terkekeh pelan.

"Semua mahluk hidup jelas hangat, sudah cepatlah tidur." Devian memejamkan matanya dan mulai menyelam di. Dalam mimpinya di ikuti Angel yang terlelap di dada Devian yang hangat.

Tanpa mereka sadari cahaya merah redup menyelimuti mereka. Menjaga keduanya tetap hangat saat api unggun yang di hidupkan oleh Devian mati karena kehabisan bahan bakar.

Keduanya terlelap saling memeluk dengan sayang. Mengabaikan sebuah fakta jika mereka baru bertemu beberapa jam yang lalu.

.   .   .   .   .

Hola.... Aku muncul lagi. Pada kangen gak sama Angel dan Devian. Atau sama dua kembar atau sama aku.... Hahahahahaha bercanda.

Ah mungkin kalian bingung kok mereka jadi kecil. Jadi chapter ini sama chapter selanjutnya menceritakan ingatan Deviandan Angel yang hilang. Jadi tunggu chapter selanjutnya ya



The Element SchoolOù les histoires vivent. Découvrez maintenant