Remember Me | 17

241 24 0
                                    

"Berhenti tersenyum! Sebaiknya kau bantu aku."

Jimin tak takut saat melihat mata tajam gadisnya, malah itu terkesan lucu. Dia bahkan tertawa sekarang.

"Aku menyuruhmu berhenti tersenyum bukan untuk tertawa. Kemari kau Jim! Lagipula punya siapa sih koper dan pakaian ini, hah?!"

Oke, gadisnya benar-benar marah. Jimin akhirnya berhenti tertawa, kemudian mendekati kekasihnya itu.

Adara tak menggubris saat Jimin sudah ada disampingnya, dia kesal. Dia terus fokus merapihkan pakaian Jimin ke koper.

"Aku sudah disini, tapi kau mengabaikanku?"

Tak ada jawaban. Adara sedang kesal, Jimin tahu. Dia hanya senang saja tadi melihat Adara yang sibuk merapikan pakaiannya, terlihat seperti seorang istri yang mengurusi suaminya, makanya dia hanya tersenyum.

"Hei, kau marah?"

Adara tak menghiraukannya, bahkan terkesan acuh dengan keberadaan Jimin.

Jimin yang diabaikan, menghela nafas. Menarik gadisnya yang sedang berdiri di depan lemari mengambil pakaian, untuk menghadap padanya.

Adara terkejut, tentu saja. Namun ia kembali cemberut, dia sedang kesal sekarang.

"Kau marah sayang, hm?" Jimin memeluk pinggang Adara. Melihat gadisnya tak menatap ke arahnya.

"Tak biasanya kau marah segampang itu. Ada apa? Apa ada masalah?"

Adara terkesan. Jimin benar-benar mengenal dirinya. Dia pun akhirnya mengadahkan kepalanya. Menatap kekasihnya itu.

"Aku benar?" Tanya Jimin memastikan, walaupun ia sendiri sudah yakin.

"Aku sedang pms, Jim. Maaf, kalau kau kena getahnya hari ini. Tapi kau benar-benar membuatku kesal. Oke, kau minta bantuan tapi saat aku sibuk kau hanya berdiri melihat? Itu tidak adil tahu." Gerutunya.

Jimin mengecup pangkal hidung kekasihnya itu. Sangat lucu melihat gerutuan sang gadis yang sedang ia peluk. "Tak apa, ini salahku juga. Lagipula, aku seperti melihat istri yang sibuk--"

"Jangan bicara omong kosong."

"Kau kan akan menjadi istri sayang, apa aku salah? Apa kau akan melajang seumur hidup, hm?"

"Tidak mau lah, aku juga punya mimpi punya keluarga kecil bahagia. Mana mau aku melajang selamanya."

"Jadi, aku tak bicara omong kosong kan?"

Adara mencebik, ia tak membalas. Karena Jimin benar, sangat benar.

Jimin yang melihatnya hanya bisa terkekeh gemas, pelukannya makin ia eratkan.

"Jim, lepaskan. Aku belum selesai merapihkan bajumu." Pinta Adara. Dia gugup asal tahu saja. Walaupun mereka sering melakukan skinship satu ini, tapi jujur Adara terkadang masih berdebar.

"Boleh aku bertanya lagi, sayang?"

Adara menatap bingung Jimin. Namun selanjutnya dia merasa tahu apa yang akan ditanyakan Jimin itu.

Menepuk pundak sang kekasih pelan, Adara berkata. "Jim, dengar. Aku tak bisa ikut. Kau tahu kan aku harus kuliah, harus melakukan kerja part time-ku. Aku tak bisa meninggalkan kedua hal itu, walaupun harus cuti. Kau mengerti, kan?"

"Lagipula cuma 5 hari, apa tak bisa sehari saja tak bertemu?"

Jimin menggeleng. "Aku selalu merindukanmu setiap saat, jadi aku pikir 5 hari itu akan menyiksaku."

Adara mendelik. Jimin sudah seperti budak cinta saja.

"Kita bahkan pernah melakukan 2 minggu, iya kan? Jadi, kau akan baik-baik saja." Adara terus menerus menolak secara halus permintaan Jimin untuk ikut.

Remember Me | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang