A B C D E F, U

179 17 2
                                    

Billy tengah asik dengan ponselnya. Tidak memperhatikan jika di hadapannya ada seseorang yang sudah membuatnya kepikiran belakangan ini. Saat satu kakinya telah masuk ke dalam ruang sempit itu.

Billy mengalihkan pandangannya dari benda persegi yang di genggamnya. Sama halnya dengan Aurora, Billy juga terkejut. Ia menghentikan langkahnya sejenak. Billy berencana berbalik namun ada beberapa orang di belakangnya yang juga ingin masuk lift. Sehingga ia terpaksa masuk.

Sebenarnya ada lift khusus menuju ruangan Billy. Namun karena ada perbaikan, Billy menggunakan lift karyawan yang kadang membuatnya risih karena ada beberapa karyawan wanita yang menatapnya seolah ia barang diskonan di mall, ada yang tersenyum malu-malu, menatapnya genit dan banyak lagi.

Sekarang Billy berada di sebelah Aurora. Rasanya kecepatan degub jantung Billy lebih cepat dari kecepatan lift. Ia ingin cepat-cepat sampai, tapi entah kenapa lift itu terasa sangat lambat.

Ting

Billy segera melihat angka di atas pintu lift itu. Ternyata lift terbuka bukan di lantai yang ia tuju.

'Sial. Kenapa lama sekali.'

Sedangkan Aurora disana mencoba untuk tenang. Ia meresa gelisah. Sekarang hanya ada empat orang di dalam lift itu, membuat ruang jadi terasa sedikit lebih luas. Billy pindah ke sudut tepi bagian depan.

Ting

Billy mengehela nafas saat lift itu berhenti di lantai yang ia tuju. Aurora lebih dulu keluar dari Billy. Dan sialnya lagi ruangan Jessica berada di sebalah ruangan Billy. Aurora berjalan di depan, sedangkan Billy beberapa meter di belakangnya. Pandangan Billy tak lepas dari Aurora yang berjalan di depannya.

'Apa dia baik-baik aja?'

Bukk

"Astaga!!"

Seseorang datang dari arah berlawanan dan tidak sengaja menabrak Aurora sehingga Aurora terjatuh cukup keras. Billy yang melihat itu segera berlari ke arah Aurora.

"Ara!! Gapapa!?"

"Kamu!! What the hell are you doing!!? Kenapa lari-lari di kantor!? Lihat! Dia sampai jatuh!?" Marah Billy pada orang itu membuat Aurora sedikit terkejut karena baru pertama kali melihat raut wajah marah Billy.

"Ma-aaf, P-pak. S-saya..."

"Sudahlah!! Pergi sana!" Bentak Billy lagi sebelum pria yang menabrak Aurora menyelesaikan kalimatnya. Pria itu begitu takut. Belum pernah ia melihat Billy semarah ini.

"S-sekali lagi maafkan saya, Mba. Saya permisi." Orang itu membungkuk sebelum pergi meninggalkan Billy dan Aurora yang masih terduduk di lantai.

"Gapapa, Ra? Ada yang luka? Ada yang sakit?" Aurora hanya menatap datar Billy yang tampak jelas begitu khawatir padanya. Billy begitu panik, padahal gadis itu hanya terjatuh.

"Apaan sih?" Gumam Aurora menatap Billy sambil tersenyum mengejek.

"Hah?"

"Gak usah bersikap seolah-olah Om peduli. Itu malah bikin aku geli," desis Aurora. Ia segera berdiri. Melepas tangan Billy yang sebelumnya berada di bahunya dengan kasar. Lalu pergi begitu saja meninggalkan Billy yang terdiam disana. Aurora mempercepat langkahnya hingga ia sampai diruangan Jessica.

"Ish... Air mata bodoh!!" Kesalnya sambil mengusap kasar air matanya yang tiba-tiba mengalir.

***

Om Jadian Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang