Tripel A : Sebelas

0 0 0
                                    

"Vin tadi kayaknya gue liat adek lo deh di gerbang tadi." Ujar Fanya saat mereka telah di jalan.

"Gue gak nampak, perasaan Lo ajah kali." Jawab Alvib, ia fokus dengan kemudinya. Sedangkan Mutia yang berada di kursi depan di samping Alvin merasa gelisah. Ierin melihat itu dengan jelas, ia berinisiatif untuk bertanya.

"Mutia Lo kenapa?"

Mutia menoleh ke belakang, "Ah, gak papa kok Kak."

Alvin melirik ke samping nya. Dan dia tahu Mutia memang sedang gelisah.

"Lo kenapa? Kalo ada masalah ngomong!" Ujar Alvin saat merasa risih melihat wajah khawatir Mutia. "Lo gak nyaman karena ada teman-teman gue?"

"Bukan gitu Kak, tadi kayaknya Mutia liat Kak Albi di gerbang trus mukanya kek luka dan berdarah gitu." Jelas Mutia.

"Tuh kan bener bararti yang gue liat tadi Vin." Ujar Fanya.

"Yaudah biarin ajah, udah gedek kok." Jawab Alvin santai. Tapi tetap aja Mutia merasa tak tenang.

    Setelah mengantarkan temannya satu persatu. Alvin dan Mutia ke rumah Bu Siti untuk mengambil baju Maya yang telah selesai di jahit. Saat mereka dalam perjalanan pulang dari rumah Bu Siti, Mutia menyuruh Alvin sedikit melajukan kecepatan mobilnya. Ia ingin buru-buru sampai di rumah untuk mengecek keadaan Albi.

"Udah Lo tenang ajah, Albi pasti baik-baik ajah, kan ada Bunda di rumah." Alvin menenangkan Mutia karena kasihan melihat Mutia yang pucat karena khawatir.

Mutia hanya tersenyum menanggapi ucapan Alvin, karena bagi dirinya jika belum melihat Albi baik-baik ajah, Mutia tidak mungkin bisa tenang.

  Saat mereka telah sampai di rumah, Mutia langsung keluar dari Mobil dan berlari masuk ke dalam rumah. Akbar yang sedang duduk di sofa sampai terkejut melihat kedatangan Mutia yang tanpa mengucapkan salam.

"Kak Albi di mana kak?"

"Di kamar,"

Mendengar itu Mutia langsung berlari menaiki anak tangga, padahal Akbar belum sempat menyampaikan sesuatu yang sangat penting.

Alvin masuk dan duduk di sebelah Akbar. Melihat kakaknya itu menarik napas Alvin yakin pasti terjadi sesuatu.

"Kenapa Kak? Albi gak kenapa-napa kan?"

"Udah gak kenapa-napa sih, tapi kasian sama Mutia."

"Mutia kenapa?" Tanya Alvin penasaran.

"Albi saat ini lagi emosi gak tau kenapa,"

Alvin menarik nafas kasar, kakaknya yang satu itu selain irit bicara juga paling pandai buat orang geregetan pengen nabok mukanya.

"Astaga ya Allah, trus kenapa Kak, kenapa? Kalau jelasin jangan setengah-setengah."

"Ya nanti pasti Mutia kenak amukan dia lagi. Tadi mau gue suruh Jangan naik, dia udah lari ajah ke atas."

"Dari tadi dia khawatir wajar lah dia langsung ke atas."

***

Mutia membuka pintu dengan cepat, ia terlalu khawatir saat ini. Di ranjang Albi rebahan sambil melihat ke arah Bundanya yang sedang menyeramahinya.

Mutia mendekat, matanya mulai berkaca-kaca melihat wajah Albi penuh dengan luka. Walau luka itu telah di obatin oleh dokter, tetap saja hati Mutia terasa nyeri melihat itu.

"Gak sopan banget masuk kamar orang gak ketuk pintu dulu." Omel Albi saat melihat Mutia.

"Maaf Kak tadi Mutia buru-buru mau liat kakak." Jawab Mutia dengan suara seraknya karena menahan Isak tangis yang hampir keluar dari bibir mungilnya.

Tripel AWo Geschichten leben. Entdecke jetzt