8. Permintaan Maaf

2.1K 342 506
                                    

Haloo balik lagi membawa sejuta kasih sayang yang aku curahkan ke dalam ceritaku.

Happy Reading!

————

Tidak tahu hal bodoh apa yang membawa Sagara ke sini. Dia berada di dalam mobil dengan sebungkus terang bulan rasa coklat dan keju di sampingnya. Menatap rumah Sasi.

Tangannya mengambil ponselnya. Mencari nomor Sasi di daftar chat Whatsappnya. Sampai detik ini bahkan nomor Sasi belum disimpan di kontak, tapi juga tidak pernah di hapus dari daftar chat.

+62821xxxxxxxx
Sas, gue di depan

Lama menunggu, sekitar 10 menit Sagara berada di dalam mobil, Sasi keluar dari gerbang rumahnya dengan baju tidur dan rambut di cepol asal.

Sagara menurunkan kaca mobilnya ketika melihat Sasi celingukan di depan gerbang. Sagara memang memarkir mobilnya di sebrang rumah Sasi. Berjalan dengan langkah pelan, Sasi menghampiri Sagara.

Sagara tersenyum canggung saat Sasi sudah sampai di samping mobilnya.

"Ngapain?" tanya Sasi ketus sambil melipat tangannya di depan dada.

"Masuk," ucap Sagara sambil membuka pintu mobilnya.

Sasi mematuhi tanpa suara. Ini pertama kalinya Sasi berada di dalam mobil Sagara. Sasi memandang ke arah depan, tidak mau melihat Sagara demi menjaga egonya tinggi-tinggi. Sasi tahu saat ini Sagara menatap ke arahnya, dia bisa melihat dari ekor matanya.

"Kenapa?" tanya Sasi masih dengan nada yang ketus.

Sagara meletakkan terang bulan di paha Sasi. "Gue bawain terang bulan. Sebagai tanda minta maaf gue."

Sasi menoleh dengan geram. "Jadi lo pikir harga diri gue bisa lo bayar sama terang bulan?!"

Sagara menaikkan alisnya ketika mendapat respon tidak baik dari Sasi.

"Kan gue udah minta maaf."

"Nggak gini caranya minta maaf. Ini lo sama aja ngeremehin gue. Ga, dengerin ya! Gue emang suka sama lo, tapi bukan berarti lo bisa injek-injek gue!" bentak Sasi.

Sagara menghela nafas pelan. Tangan kanannya memijat kening pelan. Rupanya cara yang dia ambil ini salah di mata Sasi.

"Terus lo pingin gue gimana? Sujud?"

Sasi berdecak marah, matanya mendelik kesal menatap Sagara. "Nggak ada otak lo ya! Lo pinter tapi kayak gini aja lo nggak ngerti!"

Sagara hanya diam sambil menatap Sasi.

"Gue nggak butuh lo bawain apa-apa. Gue cuma butuh lo minta maaf tapi tulus. Bukan kayak gini."

"Gue tulus, Sasi. Siapa bilang gue nggak tulus?" tanya Sagara bingung.

Sasi hanya mendengus kesal tanpa menjawab Sagara.

"Sasi, gue minta maaf kalau omongan gue tadi di sekolah bikin lo sakit hati." Sagara berbicara dengan nada serius yang dibuat selembut mungkin di telinga Sasi.

Bulu kuduk Sasi meremang mendengar nada bicara Sagara. Mata Sagara menatap lekat ke arah mata Sasi. Membuat Sasi sebenarnya ingin meleleh saja. Tapi Sasi tetap harus mengedepankan egonya dulu.

Sasi ingin tahu perjuangan Sagara. Saat mendapat chat dari Sagara untuk pertama kalinya dalam sejarah perchatan Sasi - Sagara saja, membuat Sasi yang sedang bergulung di atas kasur langsung loncat seketika. Jantung Sasi berdebar dengan kencang, dengan cepat dia langsung mematut dirinya di depan kaca sebelum menghampiri Sagara.

ESCOGER : Memilih [COMPLETED]✔️Where stories live. Discover now