Sebuah Fakta;

605 85 1
                                    

Terlihat rona mata yang indah, penuh gairah dan kedewasaan. Ramah kala menyapa, dan indah saat bertutur. Entah harus berkata apa, hati ini terpikat oleh pesonanya.

Suasana kelas yang awalnya sunyi, berubah menjadi sangat ramai saat bel pulang sekolah berbunyi nyaring

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suasana kelas yang awalnya sunyi, berubah menjadi sangat ramai saat bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Tapi tidak untuk kelas XII IPA 1. Para murid harus mengikuti wajib jam tambahan yang rutin diadakan setiap hari Rabu.

"Baiklah, jangan ada yang membuat kericuhan dan tunggu Ibu Yeri datang untuk mengisi bimbingan belajar hari ini," ucap Ayyara setelah selesai mengajar di kelas tersebut.

Para murid menjawab, "baik Bu. Terima kasih."

Ayyara mengangguk dan tersenyum pada murid-muridnya. "Ah, khusus Jake dan Sunghoon. Kalian ikut Ibu ke perpustakaan, mengukuti jam tambahan untuk kepentingan olimpiade matematika," ucapnya sambil menatap Jake dan Sunghoon bergantian.

Ya, seharusnga bimbingan jatuh pada hari senin tapi berhubung Hyori ada waktu luang hari ini, jadi dia hendak memberikan pelajaran tambahan agar kedua muridnya itu bisa lebih fokus dalam olimpiade.

"Baik Bu," sahut Jake semangat.

Sedang, sudut bibir Sunghoon terangkat satu seperti mengejek Jake yang terlihat jelas sangat bahagia saat ini juga.

Ayyara merapikan buku-bukunya dan mendekapnya dengan satu tangan. Lalu, mengarahkan tungkainya keluar kelas menuju ruang guru.

Jake dan Sunghoon pun mengikuti Ayyara dari belakang. Sesekali Jake tersenyum hanya dengan melihat punggung guru yang dia sayangi itu. Hingga tiba-tiba Sunghoon bersuara.

"Bu Ayyara. Kenapa Ibu mengarah ke ruang guru? Bukankah Ibu akan mengisi kelas tambahan untuk olimpiade matematika?" tanya Sunghoon dan kebetulan Jake juga baru sadar, dia pun mengangguk.

Ayyara berhenti berjalan dan menoleh ke arah Sunghoon dan Jake. "Hari ini Ibu tidak ikut mengisi kelas tambahan kalian. Ada Bu Hyori yang menggantikan Ibu," sahutnya.

Seketika Jake menjadi lesu. Pundaknya turun dan sorot mata yang awalnya berkilat semangat, kini berubah menjadi sendu.

"Kenapa Bu?" tanya Sunghoon yang mewakili pertanyaan Jake dalam hati.

Ayyara tersenyum. "Hari ini Ibu ada urusan keluarga, jadi Ibu akan absen untuk mengisi kelas tambahan."

"Ah, begitu. Ya sudah Bu, kami akan menuju perpustakaan. Hati-hati di jalan," ucap Sunghoon.

Ayyara mengangguk. "Kalian juga, harus semangat agar memenangkan olimpiade matematika tahun ini," sahutnya.

Jake hanya diam sedaritadi. Semangatnya telah lebur bersama dengan angin yang cukup kencang saat ini. Jangan lupakan bibirnya yang terus mengerucut, menambah kesan menggemaskan pada pemuda itu. Ayyara yang melihatnya pun tidak bisa menyembunyikan senyumannya.

"Ada apa denganmu, Jake?" tanya Ayyara sambil tersenyum.

Jake mengerjap. "Ah, nggak. Ayo, Hoon!" Pemuda itu berjalan lebih dulu ke perpustakaan, dia malu dan juga gugup saat melihat Ayyara tersenyum seperti itu.

Sedangkan Sunghoon hanya menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya itu melenggang pergi begitu saja tanpa pamit pada gurunya.

"Maafkan sikap Jake, ya Bu," ucap Sunghoon.

Ayyara tersenyum. "Tidak apa-apa," sahutnya.

"Baiklah Bu, saya akan menyusul Jake," ucap Sunghoon sedikit membungkuk dan berlari mengejar Jake.

Ayyara menggelengkan kepalanya dan tersenyum melihat tingkah murid-muridnya yang sangat menggemaskan di matanya.

Tiba-tiba ponsel Ayyara di saku roknya bergetar.

Jeffry is calling ...

[Halo Ayy. Kamu udah selesai ngajar? Aku ada di parkiran sekolah untuk menjemputmu.]

Seketika senyuman di wajah cantik perempuan itu mengembang.

"Ya, aku baru aja selesai. Tunggu sebentar, aku akan mengambil tasku di ruang guru."

[Baiklah. Aku menunggumu.]

Ayyara mengangguk walaupun tidak terlihat oleh Jeffry. Tanpa menjawab, perempuan itu memutuskan panggilannya dan berjalan cepat menuju ruang guru.

Kurang lebih delapan menit, Ayyara sampai di parkiran sekolah dan dia mendapati sosok Jeffry sedang bersender di Lamborghini Murcielago LP640 - white milik pria itu.

"Jeff," sapa Ayyara.

Jeffry yang mendengar seseorang menyerukan namanya, lantas menoleh dan mendapati Ayyara yang sedang tersenyum ke arahnya. Mau, tidak mau dia pun ikut tersenyum.

Pria itu ingin menghampiri Ayyara, namun dengan cepat perempuan itu mengulurkan satu tangannya dan berkata, "stop! Biarkan aku yang ke sana!" serunya dan berjalan menghampiri Jeffry.

Jeffry terkekeh pelan melihat perempuan kesayangannya bertingkah menggemaskan seperti itu. "Ya ampun, aku nggak percaya kamu seorang guru. Tingkahmu mengalahkan muridmu sendiri, menggemaskan sekali, heuum," ucapnya saat Ayyara sudah di hadapannya.

Ayyara menyengir. "Hanya di hadapanmu, nggak di tempat lain," sahutnya.

Jeffry mengangguk. "Heum," jawabnya sambil mengusap pucuk kepala Ayyara. "Ayo, kuantar pulang ke rumah Mbak Sora," sambungnya.

"Ayo, aku sangat merindukan Mbak Sora dan Bang Daniel," sahut Ayyara.

Jeffry membuka pintu mobil dan mempersilahkan Ayyara untuk masuk, tidak lupa satu tangannya dia gunakan untuk melindungi kepala perempuan itu. Setelah itu, Jeffry berjalan mengitar dan masuk ke dalam mobil. Lalu mengarahkan ke rumah Ayyara.

 Lalu mengarahkan ke rumah Ayyara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

With Jake,
©Aya, 2k20

Integral | Jake Sim ✓Where stories live. Discover now