Jay & Heejin?;

544 70 3
                                    

Cinta dan obsesi, dua hal mutlak yang selalu berkesinambungan. Bahkan banyak orang yang tidak bisa membedakan di antara keduanya.

 Bahkan banyak orang yang tidak bisa membedakan di antara keduanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua tahun lalu. Semester akhir telah berlalu, menandakan tahun ajaran baru akan dimulai. Begitu pun dengan seorang pemuda bernama lengkap Jake Arkana; dia sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk masa orientasi hari ini.

Jake Arkana merupakan pemuda berprestasi yang berhasil masuk ke Iland School dengan jalur prestasi --tanpa melalui tes formalitas yang diadakan sekolah tiap tahunnya.

Seperti biasa, saat ini Jake tengah sarapan pagi dengan sunyi. Padahal di hadapannya ada Papanya yang sedang memerhatikan pemuda itu. Namun, tetap tidak dianggap olehnya karena suatu alasan.

"Jake, semoga hari pertamamu sebagai siswa SMA menyenangkan," ucap Dimas --selaku Ayahnya.

Jake hanya menjawabnya dengan satu anggukan kepala. Dia tetap fokus pada sarapannya dan makan dengan hening.

Dimas pun hanya bisa menghela napas pelan. Hal itu sudah terbiasa untuknya --kurun waktu satu tahun ini, tapi tetap saja ada perasaan yang begitu tersiksa melihat putra satu-satunya itu bersikap acuh tak acuh padanya.

"Makan yang banyak, Jake. Oh, apa kamu ingin membawa bekal? Nanti biar Papa siapkan," ucap Dimas sambil bersiap beranjak dari duduknya.

Namun, jawaban Jake membuat Dimas mengurungkan niatnya untuk beranjak. "Nggak perlu sok perhatian padaku. Ini terakhir kalinya kita sarapan bersama," jawabnya.

Deg!

Sakit.

Sangat sakit.

Itu yang Dimas rasakan. Walau dia tahu, Jake seperti itu karena kesalahpahaman yang terjadi. Namun, tetap saja kata-kata yang dilontarkan putranya itu membuatnya semakin takut akan kehilangan sosoknya.

Dimas berusaha untuk tersenyum. "Ya sudah. Tapi, jangan sampai nggak makan, Jake. Selanjutnya Papa akan sarapan sebelum kamu berangkat sekolah," sahutnya.

Pemuda itu langsung beranjak dari duduknya tanpa menjawab ucapan Ayahnya dan melenggang pergi begitu saja.

Apa sakit hatimu sangat dalam Jake? Maafkan Papa. Ya, kamu benar. Semua ini salah Papa. Batin Dimas sambil menundukkan kepalanya menahan tangis yang akan pecah.

Ya, Jake seperti itu karena belum lama ini dia baru saja kehilangan Ibunya untuk selamanya. Berujung membuatnya salah paham dengan Ayahnya sendiri. Rasa sakit hati itu masih sangat baru, jadi begitu menguasai dirinya saat ini.

Integral | Jake Sim ✓Where stories live. Discover now