BAB 5 - FINALE (bagian 2)

109 14 124
                                    

.

.

Shohei mungkin memang sedang galau, tapi telinganya tetaplah tajam untuk menangkap suara ribut-ribut di bawah. Jeritan (alay? Oh tidak, kali ini terdengar mengerikan) Takahiro, suara Hiroki, dan kemudian disusul suara bak! keras entah apa.

"Suara apa itu?" gumam Sho, bertukar pandang dengan Shohei yang juga bertanya-tanya.

Shohei memutuskan beranjak dari pojok suram kamar, langsung cepat beringsut kearah pintu yang tidak dikunci. Kenop diputar, suara derit pintu dramatis saat daun pintu didorong perlahan-lahan.

Shohei mengintip ke bawah tangga, Sho yang seenak jidat naik ke badan si anjing juga ikut mengintip. Jiwa kepo untuk menonton keributan bangkit. Dasar penikmat drama.

Suara Hiroki terdengar dari arah dapur di samping tangga, "Sumpah, ayah, sumpah demi bulu ketiak Kak Ryota, bukan aku yang--"

"HEI! Kenapa namaku disebut?!" Ryota berseru.

"Oke, ralat, sumpah demi rambut rumput laut Kak Tomoya--"

"Sekarang aku pula yang kena?!" Protes dari Tomoya.

"Maaf, habisnya--"

"Jangan mengalihkan pembicaraan, bocah sialan!" teriak Takahiro, menggaung sampai ke atas loteng. Shohei dan Sho yang mendengarnya sampai berjengit.

"Dengar Hiroki Moriuchi--"

"Oke, cukup untuk drama hari ini." Sho banting pintu, geleng-geleng sambil berjalan kearah kolong kasur. Hendak sembunyi.

Dan Shohei masih mempertanyakan apa yang diperdebatkan oleh Hiroki dan ayah tirinya sampai bisa seheboh itu. Sahut-sahutan argumen masih terdengar dari bawah sana.

"Tunggu, kemana Nobu?" Si anjing baru menyadari non-eksistensi si burung hantu kalem itu.

"Pergi keluar entah kemana," jawab Sho datar.

Beberapa saat kemudian, si burung hantu yang sedang dibicarakan datang juga. Terbang masuk tanpa suara melalui jendela yang masih terbuka. Raut wajahnya agak... terkejut? Syok? Terburu Entahlah.

"Hei, kalian berdua!" Nobu berseru. "Mana Hiroki?"

"Sedang ada di bawah. Kenapa?"

Nobu tak menjawab Shohei, alih-alih ia dengan panik mengitari ruang loteng. Seperti sedang mencari sesuatu.

"Oi, apa yang sedang kaulakukan?" gerutu Sho yang geram melihat tingkah si burung hantu.

Ekspresi Nobu horor saat berkata, "Kalian mungkin tak akan percaya dengan berita yang kudengar saat keluar tadi."

Duo anjing-kucing kompak menatapnya heran. Tumben sekali hari ini mereka begitu serasi kelakuannya.

"Sho," si burung hantu menunjuk kolong kasur, "cepat ambilkan sneakers yang ada di bawah kasur."

"Hah? Sneakers yang mana?"

"Yang semalam dipakai Hiroki! Duh, cepat ambil!"

"Ck, iya, iya..." Si kucing hitam merangkak masuk ke kolong kasur, lalu keluar dengan cepat sambil menarik sebuah sneakers hitam bertali hitam dengan giginya.

Shohei duduk di sebelah Nobu, bertanya, "Memangnya mau kau apakan sneakers itu? 'Kan hanya ada sebelah saja."

"Nah, itu dia masalahnya."

"Cepat jelaskan. Kau membuat kami bingung, sialan."

Hening dramatik sejenak. Nobu menarik napas dalam dan menghembuskannya kuat-kuat. Shohei dan Sho yang sudah pasang telinga untuk mendengar berita yang akan dibawakan oleh si burung hantu jadi tegang sendiri.

TSUNDERELLA [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora