6 | start again?

875 181 35
                                    

"jadi yang waktu di bali itu hanya untuk konten?"

haruto mengangguk, "iya. aku yakin banyak diantara teume berpikir bahwa kami ke sana untuk syuting mv debut."

"aku berpikir demikian."

kini aku dan haruto berada di rooftop sekolah. sewaktu ia asal bicara tadi di kelas, aku langsung menariknya ke rooftop.

ah, sepertinya tempat ini sudah kami nobatkan sebagai tempat kami bertemu dan berduaan.

ya karena tempat ini sepi dan jarang yang mau datang kesini. mungkin karena kurang nyaman. jika sedang panas, disini benar-benar sangat panas, dan jika sedang berawan, disini sangat sejuk.

"(y/n)-ah..."

"iya?"

"mengingat bali membuatku merasa sedih."

aku jadi terdiam.

kenapa selalu saja ada yang membahas tentang masa lalu yang tidak mengenakan itu?

entah minju ataupun manusia satu ini, sama saja.

aku menepuk punggungnya sesekali, "sudahlah. sekarang kan kita bersama dengan perasaan yang bahagia. yang sedih-sedih jangan diingat terus."

"pemarah."

"pemarah? aku sedang bicara baik-baik dan kau mengatai aku pemarah!?"

haruto malah terkekeh, "aku tidak mengataimu, aku memanggilmu."

"namaku (y/n)!" seruku sebal.

"tidak. kau adalah pemarah. buktinya saja sekarang kau sedang marah."

aku memandangnya dengan tatapan kesal, "pengganggu!"

"pemarah~"

ia tertawa dan semakin bahagia. aku memasang wajah sebal, tapi kalau boleh jujur hatiku merasa senang.

senang bahwa haruto si pengganggu yang sangat percaya diri itu kembali di sisiku.

aku ingin terus seperti ini. bersama dengannya dalam kurun waktu yang lama dan dalam perasaan yang bahagia.

apakah Tuhan akan mengabulkan perkataanku seperti Ia mengabulkan perkataan haruto?














































"hajeongwoo~ hajeongwoo~"

"kenapa mereka sangat tampan?!"

"aku ga suka sama haruto. gantengnya kurang ajar, aku makin cinta tanggung jawab ya!"

"hajeongwoo! aku rindu perform kalian waktu di yg treasure box yang oh yeah."

"jeongwoo, ayo foto bareng!"

jeongwoo tersenyum, "a-ayo."

jeongwoo memang sangat ramah. tapi, memang sudah seharusnya seorang idol berperilaku seperti itu bukan? kalau dipikir lagi, ia bisa membantu mempromosikan grupnya.

aku memandang kedua idol itu, jeongwoo dan haruto dari jauh. tak sedetik pun orang-orang disana menjauh dari mereka dan tak juga berhenti mengagumi kerupawan mereka.

seketika aku terkejut karena haruto melambaikan tangan ke arahku.

entah ke arahku atau apa, tapi banyak siswi disekelilingku sekarang berseru histeris karena dilambaikan oleh idola kelahiran 2004 itu.

untung saja aku tidak bersama minju kali ini. ia sedang ada urusan dengan coachnya di club dance. kalau ada minju, dipastikan ia akan menjerit histeris juga sambil menggoyangkan tubuhku karena menganggap dirinya dilambaikan oleh haruto.

haruto tersenyum dan berjalan ke arahku, "(y/n)-ah."

dia menyebut namaku dengan sangat lembut. suatu hal langka. biasanya ia menyebut namaku dengan jahil.

seketika telingaku memanas. banyak siswi yang memandangku dari atas ke bawah dan sepertinya mulai membicarakanku.

aku dengar sedikit, seperti;

"siapa dia?"

"entahlah. kenapa haruto terus mencari dan bersamanya?"

"apakah ia kekasih haruto watanabe?"

"ah, tidak mungkin! mau jadi apa treasure jika mengetahui maknaenya berpacaran dengan perempuan biasa sepertinya?"

"benar. apalagi treasure baru memulai karir debutnya. bisa-bisa kalah bersaing hanya karena masalah kencan dengan perempuan standar seperti dirinya."

aku memandang sinis sumber-sumber suara yang membuat telingaku memanas itu.

apa maksudnya? kalau haruto mempunyai hubungan denganku, apakah karir treasure langsung hancur lebur!?

dasar tong kosong!

bagaimana kalau mereka tau aku berpacaran dengannya dulu? apa aku akan dibully habis-habisan?

tanpa ku sadari, kini haruto berada depanku. senyumnya mengembang dan tiba-tiba tangannya mengusak pucuk kepalaku. lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku.

aku sangat gugup. mau apa lagi dia ini.

"sudah. jangan dipikirkan perkataan mereka."

"a-apa?"

"aku dengar juga kok."

aku menarik haruto untuk menjauh dari sana. tapi ia malah menahanku.

aku menoleh lagi kepadanya dan memberi raut wajah yang seolah-olah berkata, ayo pergi dari sini, mau ngapain lagi?

gantian, ia malah menarikku. sulit untuk menolak, karena jelas tenaganya lebih besar daripadaku.

"kenapa?"

"aku mau bicara."

aku menaikkan satu alisku, "apa? jangan disini. lebih baik di kelas atau dirooftop, lebih sepi."

"tidak. disini saja."

"berhenti bercanda, haru--"















"ayo kembali jadi pacarku lagi."

[2] destiny, haruto ✓Where stories live. Discover now