[2] destiny, haruto ✓

10 | uncovered

sudah dua minggu setelah kejadian jihan mengunciku di bilik toilet.

jihan dan kedua temannya itu kena teguran oleh pihak sekolah, kali ini orang tua mereka juga turun tangan dan baru saja menghampiriku untuk meminta maaf.

ya aku maafkan saja. lagipula, untuk apa menyimpan dendam?

dan, itu berarti sudah dua minggu juga aku tak bicara lagi dengan haruto.

bahkan jika berpas-pasan dikoridor saja ia memalingkan wajahnya, seperti tidak kenal sama sekali denganku.

entah apa yang ada dalam pikirannya kali ini. haruto memanglah anak yang pikirannya sangat sulit di tebak.

"(y/n)? sedang bertengkar dengan haruto ya?"

aku langsung menoleh ke sumber suara. aku menggeleng pelan sembari tersenyum, "ngga kok. biasa saja."

"biasanya udah bareng, tumben sekarang agak renggang gitu."

"bukan masalah besar kok. jangan khawatir, minju-ya."

minju mengangguk lalu duduk di depanku lalu menunjukkan sebuah kertas.

huh? tanda tangan haruto dan jeongwoo?

"lihatlah, mereka seperti mengadakan fansign di depan! ramai sekali. ini aku dapat tanda tangan mereka. kau mau?" tanya minju.

aku menggeleng, "tidak. tidak perlu."

"masa tanda tangan idola sendiri gamau sih?"

aku hanya tersenyum tipis.

ah minju, bagaimana jika kau tau bibir haruto itu pernah bersentuhan dengan bibirku?

hehe, mengingatnya membuatku malu.

sekaligus sedih.

dan bahagia.

perasaanku memang tidak punya pendirian. dalam satu kejadian aku merasakan tiga hal sekaligus. dan, ya, memang hanya haruto yang dapat melakukannya.

"oh ya (y/n), aku sempat dengar rumor yang beredar. katanya kau adalah mantan kekasih haruto. bukannya menghinamu, aku mau jujur kalau aku tidak percaya. tapi, apakah itu benar?"

seketika aku tercekat. bagaimana ini? apa yang harus ku jawab?

apakah sekarang saatnya masa lalu aku dengan haruto akan terbongkar?

"iya. itu bukanlah rumor, melainkan sebuah fakta. kami berpacaran sebelum treasure debut. tapi sekarang kami tak punya hubungan apapun lagi selain seorang idola dengan penggemarnya."