7 | how?

796 171 23
                                    

"ayo kembali jadi pacarku lagi."

a-apa..!?

apa manusia ini sudah kehilangan kewarasannya!!?

semua orang yang ada disekitar kami terkejut. bahkan aku juga terkejut, sangat.

jeongwoo pun terpaku ditempatnya dengan mulut yang terbuka.

"heol..."

"apa?! 'pacarku lagi'? itu berarti mereka sudah pernah berpacaran sebelumnya?"

"...daebak."

"a-aku kehabisan kata-kata."

itu ucapan dari orang-orang yang ada di sekitar kami. diujung sana aku melihat ada yang pingsan karena terkejut.

aku bingung ingin merespon apa. bibirku terlalu kaku untuk bicara dan badanku serasa enggan untuk bergerak sedikit pun.

"wae? ada apa ini--"

aku melihat minju diujung sana yang sedang kebingungan. ia bertanya-tanya pada orang yang ada disekitarnya, namun ia tak mendapat balasan.

lebih baik jangan bertanya, minju-ah. kau akan menyesal.

"(y/n)? haruto?" minju memandang kami bingung.

tiba-tiba jeongwoo menarik haruto untuk menghindar, "bodoh, dasar gila." aku dengar jeongwoo berbisik demikian.

minju berlari ke arahku, "apa yang terjadi? kenapa orang disana pingsan? kenapa disini menjadi hening? dan, kenapa kau mematung seperti ini?"

minju melontarkanku banyak pertanyaan yang membuat kepalaku jadi sakit.

"ke uks, ayo." ajakku sambil menarik lengan minju.

langkahku terhenti karena ada tiga perempuan di depanku. menatapku sinis dari atas hingga bawah.

ah, cobaan apalagi ini!?

"ikut dengan kami." seru salah satunya kepadaku.

aku tak tau harus menjawab apa. menaikkan satu alisku sepertinya membuat mereka paham kalau aku bertanya, untuk apa?

satu yang lainnya berdecak dan mencengkram pergelangan tanganku.

aku meringis pelan sambil menghempas tangan orang itu.

"apa!?" bentakku.

ia melepas cengkramannya dan menatapku sinis.

"apa hubunganmu dengan haruto?" tanya lainnya.

disebelahnya menyikut lengannya, "frontal sekali kau, jihan."

"aku malas berbasa-basi." jawab gadis kuncir satu yang dipanggil jihan tadi.

oh, namanya jihan.

"ayo pergi." minju menarikku untuk pergi, tapi lagi-lagi jihan menahanku.

"jawab pertanyaanku tadi! apa hubunganmu dengan haruto!?"

"apa hubunganku dengan haruto? apa jika terjadi sesuatu pada kami itu berdampak padamu? apakah hubungan kami adalah urusanmu?"

jihan terdiam. aku berdecih. sangat mudah mematahkan perkataan gadis ini.

gadis yang berponi itu selangkah mendekat ke arahku, "tidak. kami hanya ingin tau. perbaiki nada bicara dan kata-katamu itu."

"oh, iyakah? apakah kata-kataku menyinggung kalian?"

yang mengenakan pita dirambutnya itu berdecak sebal, "dasar bodoh! kenapa kita membuang-buang waktu hanya untuk meladeni gadis standar ini? ayolah, dia tidak setara dengan kita."

dalam hati, aku ingin tertawa sekencang-kencangnya.

aku tidak setara dengan mereka? iya, memang benar. mereka lebih rendah daripadaku, bisa dilihat dari caranya bicara dan perilakunya bukan?

"daripada beradu mulut denganku, lebih baik kalian saling mengoreksi kata-kata dan nada bicara kalian masing-masing. aku rasa itu lebih berguna." kataku lalu menarik minju pergi.

berdebat bukan masalah besar kok. aku juara dalam lomba debat nasional sewaktu sekolah menengah pertama lalu.

"minju-ya. mereka siapa?" tanyaku pada minju.

"yang mencengkrammu adalah jihan. yang berponian itu yuna. dan yang suka dengan aksesoris kepala itu yujin." minju mendesah pelan, "mereka memang merasa sangat berkuasa disekolah ini."

"kenapa?"

"hanya karena orang tua mereka adalah donatur besar."

merasa berkuasa dengan kekayaan orang tua? memalukan.

"ada apa tadi? kenapa semuanya memandang kau dan haruto?" kini minju yang bertanya.

aku menggeleng, "tidak ada apa-apa. kau tau sendiri kan bagaimana haruto dengan aku, sahabat di masa lalunya?"

minju mengangguk sebagai jawaban.

jelas minju tau. ia selalu bersamaku dan ia pasti melihat bagaimana perilaku haruto kepadaku.








































(author pov)

"apakah otakmu tertinggal di dorm!? kenapa kau sangat bodoh dan nekad seperti itu!? aish! bagaimana bisa YG merekrut orang aneh sepertimu ini?!"

jeongwoo memarahi haruto begitu mereka berdua tiba studio dance yang sepi itu.

haruto hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. ia merasa kebingungan.

"k-kenapa kau marah? apa salahku?"

jeongwoo membulatkan matanya tak percaya, "apa? kau bertanya apa salahmu?"

"ya! aku merasa aku tidak berbuat kesalahan. justru kau yang salah! kenapa kau menarikku dengan kasar dan terus mengumpat padaku disepanjang jalan tadi!?"

haruto tidak mengelak. memang itu yang ia rasakan. ia tidak merasa bahwa dirinya melakukan kesalahan.

jeongwoo mengusap wajahnya kasar dan menatap malas sahabatnya ini. "mau sampai kapan kau seperti ini?"

haruto jadi terdiam dan enggan menatap jeongwoo.

"aku pernah menasihatimu. ayolah, haru-ya, jangan keras kepala. kita adalah member treasure! kita adalah idol!" bentak jeongwoo.















































"buang saja perasaanmu. kau dan dia tak akan mungkin bisa bersama."

[2] destiny, haruto ✓Where stories live. Discover now