28. Filosofi Permen

650 104 0
                                    

"Permen itu diulum untuk meresapi setiap rasaya. Bukan dikunyah hingga langsung habis begitu saja. Sama seperti perasaan, dinikmati dulu jangan tergesa-gesa untuk mengakhirinya."

🍂

"Kurang ajar dia, berani-beraninya boncengan sama Galang! Awas aja kalau ketemu, gue bejeg-bejeg tuh anak!" Jessica berujar penuh emosi. Dia beserta gengnya berjalan menuju toilet di saat jam pelajaran masih berlangsung. Kebiasaan kalau tidak suka dengan guru yang mengajar pasti melarikan diri.

Naomi yang terlalu polos mengelus punggung Jessica. "Sabar Jes... Sabar... Tambah tua lo entar."

Sela terkikik mendengarnya. "Emang Jessica udah tua, kali... " Tak terima dengan celoteh Sela, Jessisca menjitak kepala gadis itu kesal.

"Gak bisa dibiarin itu, Jes! Nglunjak lama-lama tuh anak!" Eva semakin membuat suasana semakin panas.

"Kompor, dasar!" celetuk Lisa. Memang Eva adalah anggota geng Jessica yang berwajah paling sadis bahkan sikapnya juga paling sadis. Gadis itu selalu membujuk Jessica melakukan hal-hal negative.

"Nah! Ini orangnya!" Eva mengejutkan teman-temannya dengan suara cempreng. Dia melihat Raya yang akan keluar dari toilet. Jessica tersenyum licik menarik rambut Raya masuk kembali ke toilet dan memojokkannya ke tembok.

Raya kesusahan menelan salivanya. Sial sekali harus berhadapan dengan maklampir SMA Cendana. Mana Kayla sudah kembali ke kelas lagi. Jadilah Raya menerima nasib naasnya di tangan kelima gadis sangar ini seorang diri. "A-ada apa, Jes?"

Jessica memelotot sampai bola matanya nyaris lepas. "Lo masih tanya kenapa? Gue udah pernah bilang ke elo, kalau gue rese cuma sama orang yang cari gara-gara sama gue! Dan elo, sudah berani-beraninya cari gara-gara sama gue!"

"Ga-ga gara-gara apa, Jes... Gue gak ngerti?" Raya semakin gelagapan berhadapan dengan Jessica. Tangannya meneteskan keringat dingin dan jantungnya berdegup kencang. Fix, Jessica sangat menyeramkan, seperti berniat makan orang.

"Jangan pura-pura gak tahu! Gue pacarnya Galang, dan elo berani-beraninya boncengan sama Galang! Berarti lo cari mati sama gue!"

"Sorry, Jes... Gue gak niat buat boncengan sama Galang, kemarin Satriya yang nyuruh."

"Udah, Jes... gak usah basa-basi langsung kerjain aja, cewek sok cantik! Udah deketin Satriya, eh... sekarang deketin Galang." Eva benar-benar kompor.

"Gak gitu, Jes..."

Sela, Naomi dan Lisa tidak mau ikut campur untuk urusan pembulian. Mereka tidak mau kena getahnya meskipun mereka berlima saru geng. Maaf-maaf saja tidak sudi kalau di hukum bersama.

Jessica menatap Raya dari atas sampai bawah dengan tatapan remeh. Gadis itu mencari apa yang menarik dari Raya. Dan akhirnya Jessica memilih rambut Raya yang panjang.

"Gunting! Cepet!" Otomatis Raya terbelalak.

Eva langsung menyodorkan gunting pada Jessica. Gadis itu memang selalu membawa gunting kemana-mana. Seperti saat ini gunting itu sangat berguna.

Tanpa disuruh Eva sudah meposisikan diri memegangi kedua tangan Raya kebelakang. Dan gunting itu siap meluncur ke rambut indah milik Raya.

"Satu.... "

"Dua... "

"Ti-"

"JESSICA! KEBIASAAN, KAMU SAMA KOMPLOTAN KAMU KABUR JAM PELAJARAN IBU!" tiba-tiba Bu Elisabeth datang sambil membawa penggaris kayu. Memasang wajah yang tidak bersahabat.

SAGARA (End)Where stories live. Discover now