• 04 - BERTEMU LAGI •

4.4K 404 36
                                        

04 – BERTEMU LAGI

SHEERA KELUAR dari kamar mandi setelah membasuh diri. Dengan handuk putih yang masih membalut kepalanya, ia duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan meja. Ia menatap bingkai foto yang ada di atas meja. Foto kecilnya bersama Sheena yang sedang dirangkul sayang orangtuanya. Sheera masih menyimpannya, ia menatap foto itu dengan lekat. 

“Boleh, nggak, kalau sekarang aku bilang I miss you ke kalian?” ujarnya sambil menatap foto. Tidak lama Sheera tertawa getir, menyadari ucapannya yang bodoh. “Udah terlalu lama aku nggak merasakan pelukan itu lagi, ya. Kira-kira berapa lama? Kapan kalian mau peluk aku lagi kayak dulu?” ujarnya lirih. “Apa kalian pikir cuman Sheena yang butuh dipeluk dan diberi kasih sayang lebih, sementara aku enggak?”

“Nyatanya sekuat apa pun, aku tetap butuh kasih sayang kalian. Aku juga sama seperti Sheena. Tapi kalian sama sekali nggak paham apa yang aku butuhkan. Sampai aku jadi seperti ini.” Mata Sheera beralih menatap foto Sheena yang tampak tersenyum ceria. Tatapan sendunya berubah menjadi kilatan sengit yang sarat kebencian di dalamnya. “Gue bener-bener benci banget sama lo. Karena lo, gue jadi nggak pernah merasakan kasih sayang itu lagi.” Sheera menatap foto itu datar.

Tidak. Ia tidak menangis atau hanya mengeluarkan air mata setitik pun. Sheera merasa air matanya sudah cukup ia habiskan. Karena dulu sering menangisi orangtuanya yang tega membuangnya ke sang oma. Padahal saat itu ia baru berusia enam tahun. Ia baru kembali ke rumah ini saat mulai masuk SMA. Dan itu artinya, ia telah berpisah dengan orangtuanya selama hampir sepuluh tahun. Mengingat hal ini lagi membuat Sheera merasa begitu kesal. Ia mengambil foto itu, memasukkannya ke dalam laci meja. Lebih baik seperti ini. Lebih baik ia membuang semua kenangan buruk keluarganya yang tidak tahu kapan akan kembali bahagia.

Sheera melepas handuk di kepalanya. Kemudian membaringkan diri di atas tempat tidur. Ia menatap langit-langit kamar. Lukisan matahari kecil, awan putih, serta langit biru menghiasi atap kamar itu. Ia menyukai matahari. Itulah kenapa atap kamarnya terdapat lukisan matahari.

Tiba-tiba terdengar suara dari arah bawah. Sheera bangkit dari atas tempat tidur, membuka pintu balkon kamar. Ia tersenyum masam, melihat pemandangan hangat di bawah sana. Sheena dan orangtua mereka yang bersiap-siap berangkat menghabiskan waktu akhir pekan di puncak.

“Sheera.” Dari bawah, Sheena melihat Sheera yang hanya bisu memperhatikan mereka.

Anjani dan Irawan ikut melihat ke arah balkon kamar Sheera.

“Ma, tolong bujuk Sheera agar mau ikut dengan kita ke puncak, ya. Sheena mau Sheera ikut dengan kita. Supaya kita bisa liburan sama-sama.”

Anjani hanya diam tidak menanggapi permintaan Sheena. Dia mengalihkan pandangan menatap sang suami. Mengerti arti tatapan itu membuat Irawan mengusap lembut kepala putrinya. “Sheena, kamu tahu, kan, Sheera itu orangnya keras. Sekalinya Sheera bilang nggak mau, Sheera akan tetap menolak ikut dengan kita.”

“Tapi Sheena yakin, kalau Mama dan Papa yang bujuk, Sheera pasti mau ikut.”

“Sheena.” Anjani ikut menegur, sembari tangannya yang bergerak merapikan jaket yang dipakai sang putri. “Sheera nggak mau ikut. Dia bahkan tega dorong kamu tadi, kan? Padahal kamu cuman pengen ngajak dia.”

“Tapi, Ma—”

“Sudah, ya, Sheena. Biarkan saja dia. Mama yakin, Sheera akan liburan sendiri dengan kedua temannya itu,” sela Anjani lagi.

G E M I N IWhere stories live. Discover now