14. Expedition

2.6K 366 39
                                    

Suasana malam di markas sementara Pasukan Pengintai bisa dibilang cukup sepi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suasana malam di markas sementara Pasukan Pengintai bisa dibilang cukup sepi. Angin berhembus yang membawa udara dingin membuat siapapun enggan untuk berdiam diri di luar sana. Namun hal ini tidak menjadikan halangan bagi gadis bermarga Frisch itu untuk melangkahkan kakinya mengelilingi kastil tua itu. Entah kenapa rasanya dia sedang ingin menenangkan pikirannya daripada memilih untuk tidur di kamar bersama teman-temannya. Akhir-akhir ini dia jadi sering susah tidur karena hari ekspedisi yang akan dilaksanakan besok.

Kenyataan yang menyatakan bahwa Eren adalah manusia setengah titan cukup menganggunya. Bukankah bisa jadi ada orang lain yang memiliki kekuatan yang sama dengan Eren? Contohnya Titan Colossal dan Titan Berzirah. Dia yakin, kedua titan itu adalah orang-orang yang memiliki kekuatan itu. Lalu apakah masih ada lagi? Dan apa tujuan orang-orang tersebut menghancurkan dinding? Siapakah musuh mereka selama ini? Para titan atau orang-orang yang mampu mengendalikannya?

Dia duduk di rerumputan dan menyenderkan tubuhnya yang sudah lelah di sebuah pohon yang berada di belakang markas ini. Lalu dengan tenang dia menutup matanya mencoba menikmati dinginnya malam ini.

"Frisch, margamu Frisch kan?" Sebuah suara yang dia kenal mengagetkannya.

"Reiner?" Lelaki itu langsung duduk di sebelahnya tanpa mengatakan apapun.

"Bagaimana kau bisa tahu marga keluargaku?" Tanya gadis itu lagi. Pasalnya dia tidak pernah memperkenalkan dirinya menggunakan nama belakangnya.

Reiner sempat terlihat berpikir sebentar sebelum akhirnya menjawab pertanyaan itu. "Aku melihatnya di list anggota pasukan baru milik Ketua Regu Ness–"

"–Dua tahun kita berteman, kenapa kau tidak pernah memberi tahu nama belakangmu kepada kami?"

Rachel sempat mengalihkan pandangannya dari lelaki itu untuk melihat sekumpulan bintang di atas langit. "Entahlah, hal itu hanya mengingatkanku pada keluargaku."

"Kau punya seorang kakak?" Lagi, pertanyaan Reiner membuatnya kembali bingung.

"Darimana kau tahu?"

"Hanya menebak." Jawabnya acuh.

Gadis itu menghela napasnya berat. Memang benar, sedekat apapun dia dengan teman-temannya, tak pernah sekalipun dia menceritakan tentang hidupnya. "Keluargaku sudah meninggal semua, Reiner." Ucap gadis itu enteng.

Reiner tersentak mendengar perkataan gadis itu, "Maaf."

Teman sebayanya itu akhirnya bangkit dari duduknya bersiap untuk meninggalkan Rachel. Mungkin dia sadar bahwa gadis ini sedang ingin menikmati waktunya sendiri. "Berhati-hatilah besok dalam ekspedisi." Pamit Reiner sambil meninggalkannya sendiri disitu.

SPECTRUM // Levi Ackerman Where stories live. Discover now