31. Die

2.2K 165 44
                                    

Toey tampak bingung. Sedari tadi ia menelpon kerabatnya dan tak bisa menemukan satupun orang dengan golongan darah yang sesuai.

Toey duduk di lantai, sembari ia memijat pelipisnya.

"Gua harus apa sekarang?"

Tubuhnya bergetar. Jantungnya berdegup tak karuan. Kepalanya pusing. Mengapa golongan darah ini harus sulit ditemukan?

Meski Toey yang kini begitu sibuk membantu orang yang bahkan baru saja ia kenal, Nanon masih saja bekerja dengan kesibukannya.

Hampir sepanjang hari Nanon berada di gedung itu, sembari ia melakukan segala hal yang diperintahkan oleh atasan.

Ia mengikuti rapat untuk membahas proyek besar, sesekali mencocokkan nada dengan musik.

Ini sudah hari kesepuluh sejak Nanon mulai bekerja disana. Masih juga belum ada memasuki dapur rekaman.

Tapi, Nanon tak peduli. Tak mungkin proyek besar seperti ini terburu-buru untuk mengerjakan sesuatu. Semuanya harus matang, dan semua harus sempurna.

"Nanon?" ucap wanita yang sudah menginjakkan usia empat puluhan.

Nanon yang baru saja tiba di rumah, dan masih berbicara dengan layar ponselnya, mengabaikan panggilan dari sang ibu.

Mama Nanon tampak paham meski sedikit kecewa. Bagaimana bisa seorang Nanon masih tetap bekerja dikala sang kekasih sedang terbaring di rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri.

Nanon memegang gitar di tangannya, kemudian berjalan dengan terburu keluar dari rumah itu. Bahkan sebelum Mamanya berucap lagi.

"Apa Nanon memang sesibuk itu?" Wanita itu berucap dalam hati.

Hari-hari berlalu dan kejadian yang sama tetap terjadi. Nanon hanya mengabaikan dunia. Ia hanya peduli dengan ponselnya. Seakan otaknya telah terperangkap dalam lingkaran.

"Tiiitt... Tittt... Tittt...!" suara yang ricuh di rumah sakit itu, menandakan bahwa kondisi Ohm semakin parah. Toey mengeluarkan air matanya sembari menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

"Ohm, maaf gua belum bisa bantuin. Gua bakal cari darah itu secepatnya."

"Dokter, Saya minta tolong cari darah yang sesuai. Tak peduli berapapun biaya yang harus dikeluarkan. Tolong dokter," ujar Toey sembari memegangi tangan Dokter itu.

"Kami juga sedang berusaha untuk mencari pendonor. Kami akan usahakan secepat mungkin."

Ini sudah hari kelima, dan darah belum juga ditemukan.

Nanon, yang kini telah terbangun dari tidurnya, melirik ke sekitar, kemudian merasa sesuatu yang kurang tengah terjadi.

Nanon menuruni anak tangga, menemui sang mama di dapur.

Nanon menuangkan segelas air putih ke dalam gelas kaca itu, kemudian meneguknya.

"Ma, Ohm dimana?"

Mama Nanon seketika berubah kaku. Pandangannya kosong. Dugaannya benar, Nanon tak tahu bahwa Ohm tengah kritis.

Wanita itu berbalik, menatap dalam mata Nanon yang tampak sangat tenang.

"Kamu ga tau, Non?"

"Maksudnya?"

"Ohm sedang kritis, Nanon!"

Nanon membulatkan matanya. Jarinya yang berubah lemas kini menjatuhkan gelas itu ke lantai.

"Ma–maksud ... Mama ga bercanda, kan?"

Addicted | OhmNanon (BL) 🔞Where stories live. Discover now