Prolog

29.7K 2.4K 567
                                    

"Good morning, everyone." Di dalam ruang pertemuan gedung Soma TV—salah satu stasiun televisi swasta nasional paling populer di Indonesia, sepuluh orang telah duduk mengelilingi sebuah meja persegi. Seluruh pasang mata tertuju pada sosok yang baru saja membuka meeting.

Tasya, kru kreatif yang duduk di sisi kiri mengeluarkan dehaman kecil, ekspresinya tak terbaca. "Jadi rencana kita selanjutnya gimana, Pak Produser?"

Pria yang duduk di kepala meja sontak menoleh ke arah Tasya. Tatapannya terlihat serius. "Bisa ulangi kembali pertanyaan Anda, saudari Tasya?"

"Jadi rencana kita selanjutnya gimana?"

"Bukan yang itu. Kalimat selanjutnya."

Tasya mengerutkan kening, sedikit bingung, "Pak Produser?"

Tawa keras kontan berkumandang. Pria yang disebut Pak Produser itu tak dapat menahan cengiran lebar yang terpatri di bibirnya. "Kok gue deg-degan sih dipanggil Pak Produser—"

"Tomi, bisa kita mulai meetingnya?" Tanpa basa-basi, Sutradara berambut gondrong yang duduk sisi kanan memotong kalimat sang pemimpin. Di antara kru yang hanya bisa menatap Produser baru mereka dengan raut pasrah, Jefri satu-satunya yang masih memiliki energi untuk bersuara.

"Oh, sorry, sorry, gue masih amaze soalnya." Tomi buru-buru menegakkan punggung, memperhatikan anak buah di sekitarnya dengan kekehan pelan. "Gue nggak nyangka setelah hampir empat tahun kerja jadi Asprod*nya Sarah, sekarang gue bisa naik jabatan!"

(*Asisten Produser)

Tasya menghela napas panjang. "Tom, seandainya Mbak Sarah nggak lagi hamil, kayaknya rada impossible dia mau nyerahin tanggungjawab program ini ke lo."

Kru lain langsung manggut-manggut, menyetujui pendapat itu. Sejak 2 bulan kemarin, mereka sebenarnya sudah mempersiapkan program unggulan baru di bawah kepemimpinan produser asli mereka, Sarah Gautama. Namun sekitar 1 bulan lalu, wanita bertangan besi itu tiba-tiba dikabarkan hamil. Masalah pun bermunculan saat daya tahan tubuh Sarah mulai menurun. Morning sickness yang terus menerus terjadi membuat Xavier, suami Sarah yang juga merupakan seorang Dokter memintanya agar lebih banyak beristirahat dan tak terlalu stres.

Setelah diskusi panjang selama hampir 7 hari, akhirnya Kepala Divisi mereka memutuskan untuk memindahkan Sarah ke program anak-anak di slot Minggu pagi yang tekanan kerjanya jauh lebih rendah. Dan sebagai gantinya, kini Tomi maju menggantikan Sarah menakhodai program prime time.

"Gue tahu lo semua masih nggak rela Sarah cabut, tapi kita semua udah mempersiapkan program ini dari jauh-jauh hari. We can handle it, Guys." Tomi beranjak dan berdiri di depan whiteboard. "5 minggu lagi kita akan menggantikan Paradoks Cermin—suspense dating show yang tayang di musim ini." Lalu menoleh pada Malik, Asprod yang duduk di sebelah Tasya. "Rating and sharenya PC gimana?"

"Menanjak terus." Malik meneliti berkas di mejanya sekilas. "Sampai episode 5, rating PC masih kalah sama Finest." Pria itu membandingkan Paradoks Cermin dengan judul program yang ditangani tim Sarah di musim sebelumnya, "tapi begitu masuk episode 6, mereka unggul 0,5 persen. Dan di episode 8 yang baru tayang minggu lalu, rating mereka naik lagi. 1 persen lebih tinggi dari Finest."

"Kalau dilihat dari perkembangannya, rating episode terakhir PC pasti bakal melesat tinggi," sambung Ardi yang menjabat sebagai senior kreatif.

"Harus kita akui PC memang punya konsep acara yang bagus." Tanpa sungkan Tomi memuji kehebatan tim rival abadi mereka di Soma TV. "Tapi nggak perlu berkecil hati. Konsep yang kita ajukan sekarang juga nggak kalah menarik," ujarnya sembari menuliskan sesuatu di atas whiteboard. "Mishmash Tower—itu judul program baru kita."

THE UNDERLING PURPOSE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang