BAB 2

11.8K 1.9K 411
                                    

Di dalam sebuah gedung berdesain modern, Tomi dan kru MMT berkumpul di control room yang cukup luas di lantai dasar. Meski ada 15 orang di sana, ruangan itu sama sekali tak terasa sempit. Dua baris meja panjang dan kursi-kursi ditata rapi menghadap ke arah puluhan monitor yang menunjukkan seluruh kegiatan di lantai teratas gedung itu.

"Mereka mulai panik." Berdiri di antara Tasya dan Jefri, Tomi tertawa menyaksikan ekspresi para pemain saat memasuki kamar tidur masing-masing. Setiap ruangan memiliki desain serupa. Tempat tidur berukuran single, kamar mandi standar, nakas kecil di samping tempat tidur, dan lemari pakaian berukuran kecil di depan ranjang. Satu hal yang membuat suasana kamar semakin suram adalah tidak adanya jendela untuk melihat keadaan di luar. Dibanding hotel, ruang kecil itu lebih cocok disebut losmen sederhana yang dingin dan lembab.

"Tentang Bug," sembari mengawasi monitor, Ardi memutar kursinya dan mendongak sebentar ke arah Produser di belakangnya, "apa lo yakin nggak akan ada masalah?"

Tomi mengedikkan bahu, "Gue maunya malah si Bug bikin masalah. Lebih bagus lagi kalau dia bisa lolos sampai akhir. Tapi ..." menggantung kalimatnya sejenak, ia menatap kru di sekelilingnya sambil mengerling jail. "Gue sih berharap worst case yang kita bahas kapan hari beneran kejadian. Rasanya itu bakal lebih seru."

Seluruh pasang mata sontak membeliak ketika mendengar kata 'worst case' keluar dari bibir Tomi.

"Kalau sampai yang kita takutin terjadi, gue nggak tahu apa yang bakal dilakuin Bug buat membalikkan keadaan."

Kecemasan Sutradara direspons Tomi dengan tawa culas. "Bug yang kita pilih bukan sekadar pemain biasa, Jef. Yah, bukan cuma Bug aja, sih. Semua pemain terpilih punya kelebihan masing-masing. Gue menunggu kejutan dari mereka."

"Tapi, Tom, kalau misal nih, ternyata Bug milih main aman gimana?" Pertanyaan Tasya seketika menghapus ekspresi ceria di wajah Tomi. "Maksud gue, gimana kalau seandainya dia udah puas sama partner awal yang dipilihnya dan nggak berniat berkhianat? Eksistensi Bug jadi useless, dong?"

Tomi melipat kedua tangan di depan dada. Tak butuh waktu sedetik, air mukanya kembali cerah. "Mau Bug tetep setia sama partnernya atau mau nyari inang baru—apa pun keputusannya nggak masalah. Karena alasan utama gue memunculkan Bug adalah untuk menciptakan ketegangan di antara mereka." Mengingat reaksi para pemain ketika Thomas mengumumkan tentang Bug, seringaiannya semakin lebar. "Sekarang mereka nggak akan bisa tidur nyenyak. Sampai akhir acara mereka semua akan terus-terusan saling curiga dengan satu sama lain!"

Tasya sontak terperangah. "Gue nggak nyangka ternyata lo lebih sadis dan drama dari Mbak Sarah."

Bukannya menyanggah tudingan itu, Tomi justru mengeluarkan tawa membahana. "Guys, sekarang waktunya kita menyiapkan tantangan untuk prisoners!" Lalu menepuk tangannya penuh semangat, meminta perhatian mereka semua. "Let's get started!"

***

Hari ke-2 di MMT, bel pagi berbunyi tepat pukul 7 pagi.

"Good morning, Prisoners!" melalui speakers, suara Thomas bergema di seluruh koridor. "Silakan berkumpul di ruang makan sekarang juga."

Tak butuh waktu lama, para pemain keluar dari kamar masing-masing. Suasana canggung di antara mereka masih terasa kental bahkan saat mereka duduk di ruang makan.

Atas instruksi dari Thomas, mereka duduk di kursi yang sudah ditandai dengan nama mereka. Setiap hari hingga 3 minggu ke depan, mereka akan melakukan rolling tempat duduk, sebagai salah satu cara untuk lebih mengenal satu sama lain.

THE UNDERLING PURPOSE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang