03. Arga Yang Berguna

1.2K 60 29
                                    

Alana masih tertidur pulas di kursi sang penculik, walaupun sedari tadi ayam terus berkokok dan sinar matahari sudah menyinarinya lewat jendela tapi tak membuatnya terbangun dari tidurnya. Begitu pula dengan Satya, rupanya sang penculik juga ikut tertidur di kursi ruangan tamu dengan posisi dia tertidur sembari duduk dan bersandar ke kepala kursi sedangkan si korban berbaring dengan menjadikan paha Satya sebagai bantalannya.

Se-malam Alana tidak bisa tidur karena ini tempat baru baginya. Dan mana ada manusia yang bisa mudah mengantuk dan tertidur pulas setelah kemarin diculik? Dan masih tinggal ditempat penculik? Mungkin kebanyakan orang akan ketakutan dan berupaya kabur, tapi Alana? Ya, gadis itu pada awalnya tak bisa tidur, tapi sekarang? Gadis itu justru tertidur dengan pulas di samping penculiknya sendiri, seolah nyaman dan tidak takut sama sekali.

Semula Satya hanya menemani Alana menonton televisi, akan tetapi keduanya justru tertidur pulas diwaktu yang bersamaan.

Ceklek

Pintu kamarnya Arga terbuka lebar sama dengan ekspresinya saat ini setelah melihat apa yang dia lihat di kursi ruang tamu. Matanya melotot dan mulutnya terbuka lebar.

Katakan Arga berpikir yang tidak-tidak. Satya seperti pria dewasa yang normal, ber-malamam bersama gadis cantik yang juga normal. Atau mungkin saja Satya mengganas dan memaksa gadis itu. Arga segera menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikirkan kotornya.

Pria berusia 24 tahun itu segera menghampiri kedua manusia yang tertidur pulas itu. Memperhatikan mereka--tak ada yang aneh, Arga pun menghela nafas lega. "Awas saja sampai kau macam-macam pada anak gadis orang ya!" gerutunya. "Ingat ya, kau akan punya anak kelak!" tambahnya mengingatkan orang yang sedang tertidur.

Arga terlihat berpikir. "Pasti mereka ketiduran disini, tidak apa-apa. Sebagai sahabat yang baik... Aku akan membuat sarapan untuk sahabatku yang sekarang menjabat sebagai penculik, dan korbannya. Sungguh baik kau sebagai manusia Arga. Gadis mana yang beruntung mendapatkan mu kelak?" gumamnya dengan ekspresi dramatis.

Pria itu segera membersihkan dirinya lalu membuat sarapan sesuai rencananya.

🖤🖤🖤

Satya terbangun dari tidurnya yang sangat nyenyak itu. Sudah lama pria itu tidak tidur se-nyenyak ini, padahal dirinya tidur sambil duduk. Memang pegal-pegal sejujurnya, hanya saja ini begitu pulas, ia tidak bermimpi buruk dan sebagainya.

Matanya langsung melirik Alana yang masih tertidur. Pemandangan yang sangat asing baginya, tapi kenapa hatinya terasa begitu tersentuh? Ia memandangi gadis itu dengan seksama. Tangannya menyelipkan rambut-rambut yang menghalangi wajah gadis itu.

Satya akui Alana memang cantik, sangat cantik. Ia tak pernah melihat gadis secantiknya. Kata orang cantik itu berbeda-beda, mata orang berbeda-beda. Menurutnya Alana pas dimatanya.

Namun secara tidak diduga sang korban justru membuka matanya, otomatis mata mereka saling berpandangan. Satya sedikit terkejut dan buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Alana yang masih setengah sadar tersenyum dengan percaya diri. "Habis melihat perempuan tercantik ya?"

Satya memutar bola matanya malas. "Kau berat, badanku pegal-pegal karena mu! Aku saja baru bangun dan hendak melemparkan mu ke jurang!" ketusnya.

"Uh, takut..." kata Alana dengan nada yang dibuat se-dramatis mungkin lalu tertawa meledek sang penculik.

"Kau benar-benar tidak ada takut-takutnya ya? Aku ini penculik! Apa kau lupa? Kau juga korban!" Satya mengingatkannya lagi. Apa semua korban penculikan seperti ini? Ia merasa tak dihargai sebagai penculik.

SANA [Revisi]Where stories live. Discover now