05. Dalang?

1K 58 65
                                    

Satya tengah memeriksa barang-barang yang ada di pabrik. Namun seseorang meneleponnya membuatnya segera menghentikan aktivitasnya dan mengangkat teleponnya terlebih dahulu, karena menurutnya telepon ini sangat penting.

"Iya ada apa?"

"Alana baik-baik saja?"

"Ya dia baik-baik saja,"

"Dia tidak menyusahkan mu kan?"

"Sedikit..."

"Boleh kah aku minta tolong?"

"Ya katakan saja,"

"Biarkan Alana menghubungi adiknya untuk sebentar saja, masalahnya Sara itu sangat merindukan kakaknya, biarkan dia merasa lega setelah menghubungi kakaknya."

"Bagaimana jika dia mengatakan yang sebenarnya? Jika dia diculik?"

"Jika dia mengatakan yang sebenarnya, akan ku urus Sara disini,"

"Baiklah kalau begitu."

Setelah mematikan sambungan teleponnya--Satya segera pergi dari pabrik untuk menemui Alana. Namun diperjalanan yang lumayan dekat itu Satya malah bertemu dengan istri temannya.

"Mas Satya," panggil Neha, istri temannya Satya.

"Ada apa mbak?" tanya balik Satya.

"Kau melihat suamiku?" tanyanya.

Satya menggelengkan kepalanya. "Suamimu berkeliaran terus ya? Oh mungkin dia sedang berada di kebun teh? Sudah cari kesana?" balasnya dengan ramah.

"Oh iya bisa jadi," Neha mengangguk-anggukkan kepalanya. "Suami dan adiknya itu selalu saja menyusahkan ku. Riyan pergi tanpa bilang dan membuatku khawatir sedangkan Tapasya? Dia juga sama, berkeliaran tanpa memberitahu juga."

"Ingatkan mereka untuk memberitahumu selalu," jawab Satya.

"Kakak!" teriak Tapasya yang baru saja datang dengan nafas yang tersengal-sengal.

Neha langsung berkacak pinggang. "Kau ini! Dari mana saja?!"

"Kak Arga mengajakku jalan," katanya sambil tersenyum malu-malu.

Rupanya disana ada Arga yang ikut berlari juga. Satya sedikit terkejut dan mengangguk mengerti. Mungkin nasehatnya sudah masuk ke kepala Arga?

"Oh rupanya dengan mas Arga..." Neha juga ikut tersenyum senang dan mengerti. Oh mungkin mereka sedang pendekatan, baguslah.

"Maaf mbak, aku mengajak jalan Tapasya tanpa bilang-bilang dan membuat mbak khawatir," ucap Arga dengan ramah.

Neha mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tidak masalah, jika denganmu, Tapasya pasti akan baik-baik saja."

Tapasya menoleh pada Arga dengan malu-malu. "Hmm aku pulang ya?"

Arga mengangguk canggung.

Tapasya dan Neha pun segera pergi meninggalkan kedua pria ini. Satya langsung menahan tawanya sambil melihat Arga, sedangkan Arga sendiri menatap Satya datar. Seolah-olah mereka bertukar jiwa.

"Kau mulai mendengar nasehatku sekarang?" tanya Satya.

"Tidak," ketus Arga. "Lagipula kau benar, sampai kapan aku harus menunggu Sara? Sedangkan usia ku tidak selalu muda?" tambahnya dengan begitu dramatis.

"Baguslah kalau kau paham..."

Arga mengangguk pasrah.



Ceklek

Alana yang semula bersantai-santai di kursi sambil menonton televisi pun terdesak bangun dan mengambil sapu yang tidak jauh darinya. Ia berlari menuju kamar sang penculik, karena itu satu-satunya ruangan yang belum Alana bersihkan.

SANA [Revisi]Место, где живут истории. Откройте их для себя