18.selimut

10.4K 1.9K 458
                                    

Happy reading!❤
.

.

.

.
"Sudah matang!" Ibu Xiaojun mengeluarkan kue cokelat yang baru ia buat dari oven. Mata Jeno dan Mark berbinar melihat makanan manis tersebut.

"No no. Bukan untuk kalian manis" kue tersebut ditaruh ditempat yang tidak dapat dijangkau oleh si kembar.

"Ini sudah malam dan sangat benar benar butuh ekstra tenaga ternyata bermain dengan mereka. Hendery bersihkan luka bekas gigitan Mark yang ada di lengan kananmu cepat!" ibu Xiaojun menggelengkan kepalanya, cucu cucunya ternyata sangat bar bar dari yang ia kira.

Xiaojun melihat kearah Jeno dan Mark yang masih terbangun sempurna.

Kembali lagi kepada hari yang melelahkan untuk membuatnya tertidur.

"Selamat malam kalian semua" ibu Xiaojun masuk kearah kamar Xiaojun dan pergi untuk tidur. Menyisakan empat orang yang masih enggan menutup matanya. Dengan Jeno dan Mark yang terus menerus memandang kearah kue cokelat dan Hendery yang tengah membersihkan luka gigitan di lutut dan tangannya.

"Sakit?" Xiaojun duduk disamping Jeno dan Mark. Yang berhadapan langsung dengan pria yang kesakitan tersebut.

"Kau pikir?" Hendery menatap Xiaojun sinis. Pria tersebut sudah tau jawabannya hanya dengan melihatnya.

"Obati dengan benar. Luka kemarin belum sembuh total bukan?" Xiaojun tertawa kecil melihat Jeno dan Mark yang tidak lagi menatap kue. Melainkan menatap Hendery yang sedang meringis kesakitan.

"Hm" jawaban singkat tersebut diberikan kepada Xiaojun.

"Hend- bukankah kita harus berdiskusi tentang kejadian hari ini?" Xiaojun menghela napasnya pelan.

"Tentu. Itu harus dilaksanakan secepatnya" Hendery mengangguk dan melanjutkan kegiatan memperban tangan kanannya.

"Jadi?" Xiaojun menatap Hendery gelisah.

"Sudah kukatan bukan? Jual saja mereka di online shop. Aku yakin pasti ada yang membelinya" Hendery mendengus kecil. Sejak awal menurutnya itu ide yang cemerlang.

"Sekali lagi kau mengucapkan hal tersebut kubunuh kau saat itu juga" Xiaojun hampir saja melayangkan obat obatan yang ada di depannya.

"Baiklah maaf. Aku hanya bercanda, tentu saja kita harus mencari si 'Jung' bodoh tersebut. Atau bawa mereka kepolisi" Hendery menatap Jeno dan Mark yang menatapnya tampa dosa, seakan mereka tidak melakukan apapun padanya.

Mark mengkerucuti bibirnya dan Jeno memainkan rambutnya sendiri. Bahkan hal tersebut berhasil meluluhkan dinding kokoh pada hatinya.

"Tidak-" Xiaojun baru saja hendak berprotes kala saja ia tidak mengikuti manik mata Hendery.

Mata Hendery terlihat sedikit berkaca kaca, entah apa yang menghasuti dirinya.

"Maafkan aku, aku memang sudah gila berniat menjual kalian berdua" Hendery tersenyum tipis. Beberapa hari yang lalu karna sangat kesal dengan si kembar ia bahkan sudah mencari situs penjualan anak kalau saja kelakuannya tidak dihentikan oleh Xiaojun.

"Mereka memaafkanmu" Xiaojun merapikan rambut Jeno. Dan sebelum tangan Mark menyerang rambut kembarannya Xiaojun buru buru memangku Jeno dipahanya.

"Awalnya kesepakatan kita adalah menyembunyikan mereka dari orang tua kita masing masing" Xiaojun menunduk sedikit. Ia merasa bersalah karna ia tidak tahu bahwa sang ibu akan datang ke apart mereka.

"Berhenti merasa bersalah, Xiaojun. Itu masih ibumu bukan ayahmu. Tenang saja" Hendery membereskan sisa darahnya lalu dengan cepat membuang kapas kapas yang kotor karnanya.

"Ayahku ya..." Xiaojun tersenyum tipis, dibalik rasa dendam dirinya kepada sang ayah tetap saja terkadang ia merindukannya. Mereka terakhir berkomunikasi saat awal Xiojun masuk dunia sekolah menengah atas.

Memang sudah lama sang ibu dan ayah bercerai. Hanya saja Xiaojun tetap menjaga komunikasinya dengan sang Ayah.

Sampai ia tahu alasan dari cerainya orangtua mereka bukan karna nenek dan kakeknya yang tidak merestui hubungan mereka. Melainkan karna adanya perselingkuhan diantara keduanya.

Rumit untuk dijelaskan.

"Ah- maafkan aku, aku tidak bermaksud mengembalikan luka lamamu" Hendery jelas tau sedikit kehidupan Xiaojun. Dua minggu sempat berhubungan membuat keduanya sedikit mengenal satu sama lain.

"Hm. Lalu apa yang harus- ah tidak maksudku kau pasti tahu bukan bahwa dulu ibuku dan babamu sempat berhubungan juga? Itu tidak memungkinkan ibuku akan tinggal diam mengetahui hal ini" Xiaojun memberi kode kepada Hendery untuk memangku Mark yang mulai goyah.

Hendery mengerti dan bangkit dari duduknya. Ia mengangkat Mark lalu duduk disamping Xiaojun.

"Hm" Hendery menyenderkan kepalanya dipundak Xiaojun. Dan tak ada penolakan dari sang empunya.

"Lalu apa yang kita lakukan?" Xiaojun menumpukkan kepalanya diatas kepala Hendery. Pemandangan yang cukup menggemaskan untuk dilihat.

"Mencari Jung atau menerima kenyataan" Hendery mulai menutup matanya mengikuti Jeno dan Mark.

"Lalu apa yang lebih memungkinkan?" Xiaojun bertanya kepada pria disampingnya.

"Tentu saja opsi kedua" Hendery tersenyum kecut.

"Kau ini! Selalu saja menyerah duluan" Xiaojun reflek membangunkan kepalanya dan sedikit menjitak Hendery.

"Aduh! Sakit ada bekas cakaran Mark disana!" Hendery mengaduh kesakitan.

"Bagaimana bisa sekujur tubuhmu dipenuhi luka oleh si kembar. Padahal aku sudah memotongi kuku mereka" Xiaojun bertanya keheranan, setiap kali ia menyentuh Hendery pasti Hendery akan mengaduh kesakitan.

"Salahkan dua bocah ingusan ini, jangan aku" Hendery kembali menyenderkan kepalanya.

"Terserah"Xiaojun memutar bola matanya cepat. Rasa kantuk menyerangnya dan ia hampir tidak bisa mengontrolnya.

Tiba tiba saja Hendery mengangkat kepalanya dan mengambil sesuatu.

Dingin yang awal menyelimuti keduanya terganti dengan rasa hangat dan lembut.

"Tidak ada salahnya mencoba tidur di ruang tv"Hendery menyamankan posisi Mark dan Jeno, lalu ia menarik Xiaojun untuk bersandar dibadannya.

Satu selimut besar untuk empat manusia.

Tidak buruk.














Tbc💚
Jangan lupa votemet guyss komen kalian sebisa mungkin aku baca bacain koo😭💚.
Sayang kalian semuaaa💚.
Btw iya ceritanya nggak jelas ya:" wkwk.

-yung🌱

Baby {henxiao}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang