🌲34

14.8K 1.4K 233
                                    

Vote and komen dulu kalo udah baca❤

Happy reading
____________

"ANJING TONI BANGSAT!" teriak Gara saat berhasil melepas topeng yang di pakai Toni.

"Yah ... ketahuan, deh," kekehnya menatap remeh Gara.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Gara memukuli Toni dengan membabi buta tanpa ampun, bahkan darah segar keluar dari hidung dan mulut Toni.
Toni tidak bisa melawan karna pergerakannya dikunci Gara.

"ANJING!" teriak Gara menendang dada Toni berkali-kali membuat Toni memuntahkan darah .

"Uhuk-uhuk." Toni memuntahkan banyak darah.

Bugh

"Agrhh!" Erang Gara saat merasa benda keras itu menghantam punggungnya.

Gara berbalik saat merasa ada orang lain selain Toni di sini. Dan benar saja, Penti—kekasih Toni itu ikut andil dalam rencana menculik adiknya.

Gara menatap tajam Penti dengan nafas memburu. Merampas balok kayu di tangan Penti kemudian memukulnya ke lengan Penti membuat cabe itu terjatuh dengan ketakutan.

Toni? Sudah tidak bisa bergerak lagi.
Kaki dan tangannya patah, mungkin.
Dan jangan lupakan dadanya yang bahkan sudah berdarah akibat tendangan Gara.

"MAU LO APA JALANG!" teriak Gara kembali memukuli lengan Penti dengan balok kayu.


Sedangkan di sisi lain kini Geri berusaha membuka matanya. Membangkitkan kesadaraanya saat mendengar suara sang abang.

"Abang ...," lirihnya dengan sangat pelan bahkan seperti berbisik.


"Uhuk-uhuk." Geri terbatuk membuat Gara mengalihkan atensinya ke arah Geri.

"Adek ...," lirih Gara namun kembali menatap tajam penti.

"JAWAB ANJING!" bentak Gara membuat Penti kaget dan terisak.

"PUNYA MULUT KAN, LO? JAWAB GUE BANGSAT!" Bentak Gara menjambak rambut Penti dengan kuat membuat Penti menjerit kesakitan.


"GUE DENDAM SAMA LO, GARA-GARA KALIAN SEMUA RENCANA BOKAP GUE SAMA BOKAPNYA TONI HANCUR!" Penti menjawab sambil berteriak.

Ya ... memang benar, rencana ini memang sudah mereka rencanakan dua hari yang lalu tepatnya saat bokap Toni memperlihatkan foto Faro dan sikembar pada Toni yang dia dapatkan dari ruangan kerja Faro.

Orang tua Penti dan Toni dekat, sama-sama maruk akan harta dan sering menggelapkan uang perusahaan. Jadi tidak salah jika merekalah yang bekerja sama menculik Geri dan mencelakai anak itu.

"Sayangnya kalian salah pilih lawan," ujar Gara melepas jambakan di kepala Penti dengan kasar.

"Kalian nyulik adek gue, nyiksa adek gue. Sama aja kalian nyerahin nyawa kalian ke malaikat maut." Gara tertawa mengatakannya.

Tangan Gara terangkat mengambil balok kayu itu lagi menghentak-hentakkannya ke lantai sambil menatap Penti dan Toni bergantian.

Toni masih sadar dan berusaha mendudukkan dirinya sambil meringis menahan sakit di seluruh tubuhnya.

Dan ... BUGHH!

Suara kayu jatuh itu sangat besar, lebih tepatnya saat Gara melempar kayu itu ke badan Toni membuat Toni menjerit kemudian tidak sadarkan diri.

Benar, bukan? Sama saja seperti mereka menyerahkan nyawa kepada malaikat maut. Gara tidak pandang bulu jika sudah menyakiti adiknya.
Dan kali ini benar- benar berlebihan.

Geri sudah sesegukan melihatnya.

Sedangkan Gara belum mau melepaskan Penti dari cengkramannya.
Tatapannya membunuh membuat Penti begitu ketakutan.

"ADEK! ABANG!" teriak Salsa dan Faro dari arah pintu. Di sana ada polisi dan banyak bodyguard, sebagian berlari ke arah Toni dan memindahkan kayu dan sebagian lagi ke arah Gara mencoba menahan Gara agar tidak lepas kendali.


Salsa berlari kearah Geri dan melepaskan Tali yang megikat anaknya. Membawanya dalam pelukan berusaha menenangkan.
Sedangkan Faro menarik Gara agar melepaskan Penti tapi malah Faro yang Gara dorong hingga hampir jatuh.

"Udah, Nak, udah. Biarin polisi yang kasih dia hukuman," ujar Faro tapi Gara seolah tuli dan kembali menampar pipi Penti dengan Keras.

"Biarin abang bunuh dia, Dad, dia udah pukul adek abang. Dia udah nyulik adek abang. Dia udah bikin adek abang kesakitan!" teriak Gara berderai air mata kemudian menendang Penti.

Faro menyuruh beberapa bodyguard memegang Gara. Menariknya agar tidak menendang Penti lagi.

"LEPASIN ANJING!" Bentak Gara mencoba melepaskan dirinya dan berhasil.

Gara kembali menendang dan menampar Penti sampai Penti tidak sadarkan diri dan itu sedikit membuat Gara puas.

Polisi tidak berani bentindak jika Faro tidak menyuruhnya. Dan para polisi memilih mengurus Toni yang sudah tidak sadarkan diri dengan berlumuran darah.

Setelah merasa cukup dengan Penti Gara berdecih dan berlari pada adiknya.

"Adek, ini gue, hei." Gara mengambil alih Geri dalam pelukan Salsa.

"Takut." Geri sesegukan di pelukan Gara.

"Maaf, adek gak nurut."
Geri mempererat pelukannya meminta maaf. Dirinya merasa bersalah karna tidak menuruti permintaan Gara agar menemaninya.
Jika saja Geri tidak nakal mungkin dia tidak akan berakhir di gudang seperti sekarang.

"Abang yang minta maaf karna telat nemuin adek," bisik Gara mengecup adik nya berkali-kali.

"Sakit."

"Dimana ."?

"Dada adek," jawab Geri menunjuk dada dan perutnya.

"Kita kerumah sakit sekarang," ujar Salsa memeluk kedua anaknya yang di angguki Gara kemudian menggendong adiknya.

"URUS SEMUANYA, SAYA KECEWA DENGAN KELALAIAN KALIAN!" bentak Faro kemudian ikut membantu sulungnya membawa Geri kemobil.

Dua bodyguard mengikuti Faro dan yang lainnya tinggal di gudang mengurus Toni dan Penti.
Para polisi mengamankan para murid yang sudah berdatangan. Mengatakan bahwa sekolah di liburkan sampai kasus ini selesai.

Ujian? Akan di tunda dulu sampai semuanya beres.

🌲🌲
Twins Crazy

Mangap kalau ga bagus.

Ini imajinasi aku ya, gak usah terlalu dikaitkan dengan real life.

Ngerti, kan, sayang?

See you next part❤


TWINS CRAZY Where stories live. Discover now