PROLOG

498 28 5
                                    


"Ini bukan sekedar basa-basi biasa seperti yang selalu kamu lakukan' kan?"

Aku menarik nafas pelan, dia sudah gila atau aku yang sedang bermimpi disiang bolong?

***

Cahaya kilatan dari kamera terus menerus menghujami wajah cantiknya. Gadis pemilik mata coklat muda ini tersenyum tipis menatap kamera. Sudah dua jam lebih ia terus berpose, kakinya sudah hampir mati rasa namun semua harus ia tahan. 'sebentar lagi' batinya. Wajahnya yang nyaris sempurna terlihat begitu indah di depan kamera, bibir tebal yang ranum, juga tubuh anugrah tuhan yang begitu indah membuatnya digilai para laki-laki.

Bukan berlebihan jika pria manapun akan bertekuk lutut dihadapannya, dengan wajah sempurna dan tubuh yang indah, mereka pasti rela memberikan apa saja untuknya. Mungkin para laki-laki itu rela membayar untuk siapapun yang bisa membawanya walaupun ke dalam mimpi, memiliki wajah campuran Eropa dan Asia membuatnya digilai berbagai macam laki-laki, namun tentu saja bukan hanya itu. Hampir semua brand kosmetik di Asia memuat wajahnya sebagai Brand Ambassador.

Didepannya dua orang pria berkalung 'Staff' mengarahkan kipas angina agar rambut hitam bergelombangnya berterbangan. Lalu dibelakanya ada seorang wanita yang mengangkat gaun merah yang sedang ia kenakan agar gambar yang di tangkap kian sempurna. Para staff disana terkagum-kagum dengan wajah itu, wajah yang selalu jarang menunggingkan senyum, terutama kepada orang asing yang tidak ia kenal sebelumnya.

Setelah suatu suara mengintrupsi pendengaranya ia segera beranjak pergi dan mendesah lega. Seorang wanita berumur 30 tahunan menghampirinya dengan senyum manis sambil membawakan handuk kecil dan segelas air putih ditangannya.

"Kamu selalu amazing y/n" senyuman lebarnya menandakan bahwa hari ini ia telah menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna seperti biasa. Yang dipuji hanya tersenyum tipis lalu merebut air putih yang berada ditangan asistennya.

"Aku ingin mengunjungi mami hari ini, " matanya bergerak memandangi asistennya, ucapan ia yang tiba-tiba membuat raut wajah assitennya sedikit berubag, terkejut.

"Somi, kenapa? Wajah kamu terlihat kaget, aku salah ngomong ya?" ucapnya sambil menuju ke ruangan khusus untuk berganti baju, dengan cepat Somi mengambil kimono dan memberikannya pada y/n. belum sempat Somi menjawab tiba-tiba dering telepon somi membuat ia cepat-cepat mengangkat dan beranjak keluar dari ruangan itu.

Somi kaget bukan tanpa alasan, dua hari yang lalu y/n dan ibu nya bertengkar hebat. Masalah apa yang ia dan ibunya hadapi somi pun belum mengetahuinya. Namun yang pasti media dan fans nya diluar sana tidak mengetahui jika hubungan ibu dan anak itu tidak harmonis. Semuanya ditutupi dengan rapi. y/n mengambil ponselnya yang berada di nakas. Lalu jari-jari lentiknya mengetik sebuah nama di layar ponselnya.

"Halo mi, Apa kabar?" y/n membuka suara, diujung telepon sana seorang perempuan berusia lanjut tersenyum tipis lalu berdehem sebelum menjawab sang pemanggil.

"Kapan kamu pulang? Sudah dua hari kita belum bertemu." Alih-alih menjawab pertanyaan yang ia lontarkan, ia malah mendapatkan pertanyaan yang ditujukan padanya. Butuh beberapa detik untuknya menjawab, mengambil napas berat lalu menghembuskannya seolah-olah itu adalah sebuah pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab.

"Rencananya hari ini, kalo ga ada jadwal ya Mi" ia berucap sejujurnya, walaupun ada rasa bersalah dihatinya karena mungkin ia akan membatalkan lagi janjinya. Sudah sering ia bertengkar hebat dengan ibunya hanya karena janji yang ia buat tidak bias ia tepati.

"Selalu saja begitu, mami sudah tua. Mati sebentar lagi" jawaban ketus di sebrang sana membuat hatinya bergetar, karirnya sebagai super model membuat ia mendapat jadwal yang sangat padat dan tak jarang sampai tidak pulang dan menemui ibunya berbulan-bulan.

"Mi jangan gitu aku jadi ngerasa bersalah lagi kan."

Tidak ada jawaban hanya hembusan nafas berat dan deheman di sebrang sana

"Yaudah ya aku tutup, aku telepon lagi nanti Mi"

Tidak ada jawaban selain nada telepon terputus di ujung sana, y/n meluruskan punggungnya yang sangat pegal akibat pemotretan yang tiada henti seharian ini. Ia berbaring disofa panjang yang nyaman ini. Sebelum matanya tertutup somi menepuk bahunya pelan. Ia kaget lalu bangkit dan duduk ditempatnya.

"Tadi perwakilan dari KNJ corporation meneleponku, sebagai calon model yang akan menghiasi bebrapa produknya dengan wajah cantikmu, kamu harus hadir di meeting pertama besok." Ucapan Somi terdengar sebagai perintah yang memang tidak bisa ia tolak, kesekian kalinya ia harus membatalkan janjinya dengan san Mami.

"Jangan memasang wajah seperti itu y/n aku tahu kamu lelah. Tapi semangat ya."

Somi menepuk pundak boss nya khawatir dengan mata memelas ia membalas dengan senyuman tipis dan langsung menenggelamkan wajahnya pada bantal sofa yang ada disisinya.

***

Jam menunjukan pukul 2 pagi, namun ia belum saja terlelap. Walaupun tubuhnya lelah namun pikirannya terus saja mengajaknya untuk berfikir bagaimana ia akan menjalani hari esok. Bukan tentang pekerjaan yang ia akan lakukan, namun lebih kepada masalah pribadi yang terus saja menerpanya. Baru satu tahun yang lalu Ayah yang sangat ia cintai meninggal dunia, lalu lima bulan kemudia calon tunangannya pergi meninggalkannya karena kecelakaan mobil.

Ia sempat depresi setelah satu persatu orang yang sangat ia cintai meninggalkannya. Yang ia punya kini hanya seorang ibu yang mempunyai penyakit Alzheimer. Setiap hari ia menunggu suaminya pulang, setiap kali y/n mengunjungi ibunya setiap kali itu pula ia selalu diserang pertanyaan-pertanyaan yang sudah berkali-kali ibunya tanyakan.

Kepalanya sudah mau pecah, belum lagi dengan gossip-gosip miring akhir-akhir ini yang menyebutkan bahwa ia model yang menggunakan tubuhnya untuk bisa dijadikan berbagai Brand Ambassador oleh perusahaan besar. Gosip itu semua bermula dari dua tahun lalu juga ketika ia menandatangani untuk menjadi Brand Ambassador Victoria Secret dan sampai sekarang ia berada di puncak kejayaanya. Walaupun sempat depresi dan vakum namun nyatanya y/n tetap manjadi model papan atas yang sangat sukses di abad ini.

"Bi inah?" ia melihat kearah pintu kamarnya yang tertutup, ini jam dua pagi namun ia mendengar suara langkah kaki yang menjauh. Jelas bukan ibu atau assistenya karena mereka tidak tinggal disatu rumah yang sama. Ia hanya tinggal bersama bi Inah Asisten Rumah Tangganya yang sudah seperti saudara.

Tiba-tiba bulu kuduk nya berdiri, ia mengingat kejadian seminggu yang lalu ketika bi inah bercerita bahwa ada langkah kaki yang mengikuti bi inah ketika ia akan ke kamar mandi. Mengingat cerita itu ia cepat-cepat menutupi tubuhnya dengan selimut dan mencoba memejamkan matanya.

Cepat tidur y/n ayo

Ucapnya dalam hati. 

This is me trying || Kim NamjoonWhere stories live. Discover now