Chapter 16 - Mono

122 15 2
                                    


"Still stuck in that time when we called it love"

***

Martinez's POV

Aku memandang lurus ke depan, di sana terlihat pantulan diriku yang sedang tersenyum. Entah mengapa untuk sekarang aku hanya ingin menikmati hidup. Tanpa beban pikiran apapun, namun nyatanya kehidupan tidak sesederhana itu.

Saat ini, persis di sini aku sedang berusaha menguatkan diriku. Berusaha tersenyum saat semuannya sedang tidak baik-baik saja.

Namun seberapa protes kita pada Tuhan, toh kapasitas kita sebagai manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah kurasa cukup aku beranjak menuju nakas di dekas kasur. Tanganku mencoba meraih kalender

Meraih dan melihatnya lamat-lamat, aku menyunggingkan senyum kecil, disana tertera tahun 2028. Usiaku sudah kepala 3, begitupun dengannya.

Ternyata waktu berlalu begitu cepat tak membiarkan orang-orang untuk bernafas sehari tanpa hari dan jam berlalu.

Semuanya berlalu begitu cepat, apalagi mempunyai seorang pendamping seperti dia. Aku menjalani hari-hari dengan bahagia dan penuh rasa syukur.

Aku mengalihkan pandangan, menatapnya yang sekarang tengah tertidur lelap, ia baru saja pulang beberapa jam yang lalu, bahkan sekarang sudah terbaring dan masih memakai kamejanya.

Awal pernikahan, aku sangat kesal dan terkejut, bagaimana bisa seseorang yang dari luar Nampak terlihat tidak manusiawi, bisa begitu manusiawi dengan segala kekurangannya. Lagi-lagi aku tersenyum, dalam tidurnya ia biasa mengigau, bermimpi apa saja. Sampai sempat aku tidak bisa tertidur sampai subuh menjelang, karena dia terlalu berisik mengigau, tapi aku tidak tega membangunkannya.

Juga, ketidaksukaannya pada seafood sudah di level tinggi, dia akan kesal jika di kulkasnya terdapat salah satu makhluk laut. Pernah kita berdebat mengenai hal tersebut, bagaimana mungkin ia sampai memberlakukan aturan seperti itu?

Namun akhirnya lagi-lagi aku yang mengalah, membiarkan egoku dikalahkan olehnya.

Kemudian aku duduk di pinggir bed, memperhatikannya lagi. Jemariku naik menelusuri alisnya yang tebal. Lalu turun bergerak kematanya yang indah dan sangat tajam jika menatapku. Hidungnya yang mancung, dan bibir itu, tidak terlalu tipis namun juga tidak terlalu tebal.

Aku ingat saat setelah selesai resepsi di salah satu hotel dia membawaku buru-buru menaiki lift untuk menuju kamar kami, sesampainya di lift ia buru-buru langsung menciumku dengan tergesa-gesa. Saat itu tentu aku sadar apa yang kami lakukan bisa saja tertangkap basah oleh orang. Namun bukan Kim Namjoon jika ia peduli pada opini orang lain mengenai dirinya.

Wajah polosnya saat tertidur membuatku merasa bersalah, wajah itu akan menua seiring berjalannya waktu, dan mata itu akan tertutup selamanya. Rasa sesak itu semakin memenuhi rongga hati.

***

"Sayang, bangun..." tanganku yang dingin menyentuh wajahnya pelan, berusaha membangunkannya yang sekarang masih tertidur lelap. Namun tak lama matanya bergerak terbuka, ia menggerjap sebentar sebelum tersenyum samar.

"Hmm, 5 menit lagi," katanya, matanya masih terpejam. Aku menggeleng, berusaha beranjak dari tempat tidur.

"Hari ini aku mau ke makam Mami, udah lama ga kesana lagi,"

Aku berucap sambil menggosok-gosok rambutku yang masih basah dengan anduk. Selanjutnya yang ku dengar adalah Ia hanya bergumam sebagai respon.

Namun tiba-tiba aku mempunyai ide, sudah lama kami tidak bermain-main seperti saat awal pernikahan kami. Mungkin karena kesibukan dan bertambahnya usia, kami mulai mengurangi hal itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 01, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

This is me trying || Kim NamjoonWhere stories live. Discover now