[ E M P A T ]

1K 66 2
                                    

Happy Reading!!

***

Baru saja sampai didepan gerbang sekolah, Aleta dikejutkan dengan sebuah tangan yang merangkul bahunya.

“Ihh lepas!” Aleta berusaha menjauhkan tangan yang menyender dibahunya.

“Kenapa?” tanya Tera.

“Banyak orang liat, buta lo!” ketus Aleta.

“Kamu kan pacar aku, ya wajar dong?” ucap Tera sambil melirik Aleta.

Aleta yang kesal pun menendang Tera dengan sekuat tenaganya, hingga Tera terpundur kearah jalan dan sebuah mobil yang tengah melaju menabraknya.

Tera terjatuh dan tergeletak dengan darah yang keluar dari kepalanya, Aleta kini membeku tak tau apa yang harus ia lakukan.

Tak lama, ambulance datang dan Aleta ikut bersama ambulance tersebut. Ia merasa bersalah, ia terus menggenggam jemari Tera dan berdoa.

***

Aleta duduk dan menunduk di kursi tunggu, menunggu kabar dari dokter tentang kondisi Tera.

Pikirannya kini tak bisa tenang, ia sangat takut.

“Teraa!!” teriak seorang wanita paruh baya yang menangis sembari berjalan dengan tergesah kearah Aleta.

Aleta berdiri dan menahan air matanya.

“Tante, maafin aku tante.” ujar Aleta sembari berlutut dikaki wanita paruh baya tersebut.

“Berdiri, engga apa-apa nak.” wanita tersebut membantu Aleta untuk berdiri.

“Kamu? Aleta kan? Yang pernah bantu tante?” ujar mama Tera.

“Iya tante.” sahut Aleta dengan suara serak dan masih menunduk.

Mama Tera mempersilahkan Aleta duduk disebelahnya dan menceritakan kronologi yang dialami Tera.

“Maaf ya tante, aku bakal tanggung jawab kok untuk bayar pengobatannya.” ucap Aleta dengan air mata yang terus menetes.

“Engga usah, kamu cukup bantu tante jagain Tera, besok tante harus keluar kota jenguk omanya Tera yang sakit.” jawab mama Tera.

“Oke tante, aku bakal lakuin.” jawab Aleta sembari mengusap air matanya.

“Kamu engga usah merasa bersalah lagi yaa, ini emang takdirnya.”

Dengan mata yang agak membengkak karena air matanya yang terus menerus mengucur.

***

Keesokan harinya, sepulang sekolah Aleta akan menuju ke rumah sakit untuk menjaga Tera, sesuai perjanjiannya dengan mama Tera.

Aleta menyusun buku-bukunya ke dalam tasnya dengan terburu-buru. Ansell yang melihatnya hanya mengangkat bahunya acuh.

Sesampainya di rumah sakit, Aleta langsung masuk ruangan dimana Tera berada.

Aleta menghembuskan nafasnya dan duduk di kursi samping ranjang.

“Maaf ya, maafin gue.” ucap Aleta dengan lembut sembari memandangi wajah Tera yang pucat, tangan yang diinfus dan jari yang terpasang oxymeter.

“Sebenernya engga sepenuhnya salah gue sih ya kan? Coba aja lo engga ganggu gue, engga bakalan terjadi kayak gini.” Aleta mencoba menghibur dirinya dan Tera yang masih berbaring di ranjang.

Aleta yang merasa bosan dengan suasana seperti ini, ia mengeluarkan sebuah buku novel di tasnya. Ia membaca dengan suara yang sangat pelan dan lembut, agar Tera juga bisa mendengarnya.

“Hahaha kocak banget engga sih?” ujar Aleta dengan tawanya ketika membaca scene yang lucu menurutnya, seolah-olah ia bisa mengajak Tera untuk tertawa bersamanya.

Aleta kembali melanjutkan kegiatan membacanya, namun selang beberapa halaman, ia memberhentikan bacaannya.

“Kering banget tenggorokan gue, hmm gue ke coffe shop bentar ya. Deket kok dari sini, lo jaga diri baik-baik jangan kemana-mana.” ucap Aleta kepada Tera yang masih dengan mata tertutup.

Kejadian ini, membuat Aleta yang begitu kesal bahkan hampir membenci Tera, kini ia menjadi sosok yang cerewet didepan Tera. Walaupun Tera tak merasakannya.

Aleta berjalan menelusuri koridor rumah sakit dengan sangat tenang menuju coffe shop untuk beristirahat sebentar.

Baru saja masuk kedalam coffe shop tersebut, seseorang yang membawa sebuah cangkir kopi menabrak Aleta, sekarang baju Aleta terkena cairan kopi yang sedikit panas.

“Aww panas!” ringis Aleta.

Seseorang itu segera mengelap baju Aleta menggunakan tissue.

“Maaf ya maaf, engga sengaja.”

“Eng.. engga apa-apa kok.” jawab Aleta.

“Maaf banget ya, ini pake aja buat nutupin nodanya.” ucap wanita tersebut dan memasangkan sebuah syal dilehernya.

Dengan baju yang kotor seperti itu, tak mungkin akan ia kenakan sepanjang hari. Ia akhirnya memutuskan pergi kesebuah mall yang kebetulan dekat dengan rumah sakit.

Ia berjalan dengan sedikit bete, hingga ia sampai disebuah pusat perbelanjaan. Aleta hanya membeli satu baju dan melipir disebuah coffe shop yang ada di mall tersebut.

“Nyusahin banget emang, padahal kalo engga gini kan udah tamat tuh cerita.” gumam Aleta lalu memesan sebuah minuman.

Aleta membawa minumannya dan mencari tempat duduk, namun matanya tak sengaja melihat Ansel yang tengah duduk dicoffe shop dimana Aleta berada. Tanpa basa-basi, Aleta menghampiri Ansel.

“Ansell!” teriak Aleta dan refleks Ansel menoleh kearah seseorang yang memanggilnya.

“Kenapa lo disini?” tanya Ansel.

“Emang engga boleh?” sahut Aleta.

Ansel tak langsung meresponnya, ia kembali fokus ke layar handphone ditangannya.

Aleta menyeruput minumannya sambil menatap wajah Ansel tanpa berkedip, hal itu membuat Ansel meliriknya. Ia tersenyum dengan mulut penuh dengan minuman, tetapi Ansel tak menghiraukannya.

“Ansell.” panggil Aleta dengan nada manja.

“Kenapa sih cuek banget? Hmm?” tanya Aleta.

“Engga, gue pergi duluan ya. Lo nikmatin aja minuman lo.” Ansel berdiri dan meninggalkan Aleta.

“Siapa yang masukin lo ke kulkas sih, jadi dingin banget.” gumam Aleta lalu berdiri dan berjalan kembali menuju rumah sakit.

***

Langit mulai menggelap dan hujan, Aleta baru saja menyelesaikan bacaannya. Matanya, kini tak tahan lagi untuk terbuka lebar, sangat mengantuk dan akhirnya ia tertidur dengan kepala diatas ranjang Tera.

Tak lama Aleta terlelap, pintu ruangan terbuka dan sosok lelaki masuk dengan membawa sebuah bingkisan buah.

Ia menaruh buah tersebut diatas meja dan melirik Aleta yang memakai baju pendek, ia merasa iba dan melepas mantelnya kemudian ia pakaikan ke Aleta.

“Lo jagain orang sakit, tapi engga bisa jaga diri biar engga sakit.” ucapnya dengan tersenyum tipis dan mengacak rambutnya pelan.

Lelaki itu pergi tanpa membangunkan Aleta.

Sebuah petir dengan suara yang sangat kuat membangunkan tidur Aleta. Aleta melihat jam di hpnya dan ternyata sudah jam 23.45.

“Ini mantel siapa?” gumam Aleta dan melirik penjuru ruangan.

“Buat yang masangin nih mantel, makasih ya. Siapapun lo! Kalo gue tau bakal gue balikin.” ujar Aleta.

Kemudian ia kembali tidur, suara hujan dan suhu yang dingin, mengantarkan Aleta tidur dengan sangat nyenyak.

***

[09 September 2020]

If I'm YoursWhere stories live. Discover now