[ E N A M ]

968 67 1
                                    

Happy Reading!!

***

Sudah 1 minggu Tera dirawat di rumah sakit,  hubungannya pun dengan Aleta sudah terjalin sangat dekat. Hubungan mereka menjadi rekat dalam waktu satu minggu saja.

“Ternyata emang ada kebahagiaan setelah kesakitan.” gumam Tera lalu terkekeh kecil.

“Gila ente?” ujar Aleta yang menjitak Tera agar sadar dari lamunannya.

“Iya, ana gila gara-gara cinta ente.” sahut Tera dengan tawa candanya.

“Hari ini udah bisa pulang, tapi harus dicek lagi untuk terakhir kalinya.” ucap Aleta sembari melipat selimut yang habis dipakai oleh Tera.

“Akhirnya, bisa bebas.” Tera yang lega dengan ucapan Aleta, meregangkan otot-otot lengannya.

“Engga semudah itu ya, masih harus minum obat terus cek ke dokter satu minggu sekali.” sahut Aleta.

“Yang penting bisa keluar dari sini.”

“Keramasin rambut kamu gih, bau banget engga keramas berapa hari.” kata Aleta dengan menutup hidungnya.

Bukannya langsung membersihkan rambutnya, Tera malah mengarahkan rambutnya ke arah Aleta.

“Ih bau tau!” Aleta menjauhkan kepala Tera dari dirinya.

“Ghrrr.” Tera mengaum seolah-olah dirinya adalah seekor macan. Dan mengejar Aleta.

Hingga akhirnya mereka tertawa bersama, mereka tak pernah menyangka akan bisa menjalin sebuah status, karena melihat bagaimana gigihnya Aleta yang terus menerus menolak Tera.

Kini jam sudah menunjukkan pukul 15.05, dan Tera sudah memakai pakaian rapi dan bersiap untuk pulang kerumahnya.

“Naik taksi aja ya engga apa-apa kan?” tanya Aleta.

Tera hanya tersenyum lalu menariknya ke sebuah motor sport.

“Punya siapa? Jangan maling loh ya.” ucap Aleta.

“Engga kok, engga usah banyak tanya. Nih, engga maling kan?” sahut Tera lalu mengeluarkan kunci motornya. Baru saja Tera ingin menyalakan motornya, Aleta menyingkirkan tangan Tera dari kunci tersebut dan merebutnya.

“Kamu, aku bonceng. Ntar malah kenapa-napa ditengah jalan.” ucap Aleta.

“Emang bisa?” tanya Tera.

“Bisa lah, walaupun masih jinjit sih. Ah udah lah, cepetan naik.” pintah Aleta dan Tera langsung naik.

“Bisa beneran kan, ay?” Tera masih takut dengan apa yang akan dilakukan Aleta.

“Diem!”

Tera hanya mengangkat bahunya acuh dan langsung memeluk perut Aleta dari belakang.

“Lepasin ih!” Aleta mencubit tangan Tera, namun tak mempan. Akhirnya Aleta membiarkannya.

Diperjalanan, Tera masih erat memeluk Aleta dan kepalanya ia letakkan dipunggung Aleta.

***

Mereka sampai dirumah Tera. Mereka berdua langsung masuk dan duduk disofa.

“Mau minum apa non?” tanya ART dirumah Tera.

“Air putih aja, bi.” jawab Aleta.

“Tunggu sini yaa, gerah banget mau mandi. Atau mau ikut?” goda Tera. Dan Tera langsung berlari ketika mendapat tatapan tajam dari Aleta.

Selama menunggu Tera yang tengah membersihkan diri, Aleta sibuk memandangi foto-foto yang terpajang didinding. Dan ia tak sengaja melihat sebuah foto dimana ada seorang laki-laki yang tak asing baginya berada difoto keluarga Tera.

“Liatin apa?” tanya Tera.

“Ha? Eh engga.” sahut Aleta lalu kembali duduk disofa.

“Laper engga?” ucap Aleta kemudian Tera mengangguk.

“Mau aku masakin engga?”

“Boleh.”  jawab Tera.

“Ada request?”

Kayaknya aku pengen Lasagna.”

“Okay.”  jawab Aleta dengan mengacungkan jempolnya.

Kini Aleta tengah berkutik dengan barang-barang dapur. Ketika ia sedang fokus memarut keju, Tera malah mengganggunya, ia bergelayut di lengan Aleta.

“Duhh, engga bisa nih kalo kayak gini.” ucap Aleta yang tak bisa menggerakkan tangannya untuk memarut.

“Yaudah deh.” Tera melepaskan gelayutannya dan memilih untuk menunggu Aleta dimeja makan.

“Jadi istri aku aja deh kamu mah.” ucap Tera sembari menopang wajahnya dengan kedua tangannya.

“Ngawur.” sahut Aleta.

“Emang kamu engga mau nikah sama aku?”

“Engga.”

“Kok gitu sih?” tanya Tera.

“Pacaran sama kamu kan cuman iseng aja.” sahut Aleta dengan enteng.

“Oh gitu.”

15 menit kemudian, oven sudah berdenting dan Aleta langsung mengambil Lasagna yang tadi ia panggang.

“Nih.” Aleta mengambil piring dan meletakkan Lasagna diatasnya lalu ia sajikan didepan Tera.

“Langsung makan aja engga usah banyak komen. Kalo enak abisin, kalo engga enak ya engga usah lanjutin.” ujar Aleta yang melepaskan celemeknya.

“Kamu mah engga mau denger kritikan.” jawab Tera.

***

Aleta kini sudah berada dirumahnya, Kenzo masih saja bertanya, mengapa kemarin sempat tak pulang. Ia ingin jujur bahwa ia menemani Tera, namun ia tak ingin mendengar ocehan dari Kenzo.

“Jujur sama abang, kamaren lo kemana?”

“Kerja kelompok bang, mau pulang tapi udah gelap terus ujan. Jadi sama mamanya temen gue disuruh nginep.” ucap Aleta dengan jurus berbohongnya.

“Beneran loh ya?” curiga Kenzo masih belum meredam.

“Tanya lagi, gue pites.” kesal Aleta.

“Lo kalo waktunya pulang, pulang ya. Sepi banget abang sendiri dirumah.” ujar Kenzo.

“Kapan sih mama sama papa pulang? Lama banget.”

“Namanya aja jagain oma Sonya yang sakit, ya engga tau dong kapan sembuhnya. Makanya doain ya.” ucap Kenzo sembari mengelus kepala Aleta.

“Iyaa.”

“Abang mau nanya nih.” ujar Kenzo membenarkan posisi duduknya.

“Apalagi?”

“Udah punya pacar belom? Udah ada kan pasti yang kepincut?” tanya Kenzo dan Aleta hanya menganggukkan kepalanya.

“Siapa? Cerita ke abang, ntar kalo dianya engga baik kan abang bisa tau.”

“Tera.” jawab Aleta.

“Ceritain dong.”

Dan Aleta langsung menceritakan  semua tentang Tera kepada Kenzo namun tidak tentang ia yang sudah mencelakai dan harus menjaga Tera dirumah sakit. Karena ia takut jika abangnya akan mengocehinya.

“Jutek banget sih, terus-terus.” Kenzo mengeluarkan suaranya ketika Aleta bercerita.

Kemudian Aleta kembali melanjutkan ceritanya. Hingga akhirnya Kenzo ikut bercerita tentang wanita yang ia idamkan. Dan terjadilah sesi saling curhat antara kakak beradik tersebut.

***

[15 September 2020]

If I'm YoursDonde viven las historias. Descúbrelo ahora