Hari terakhir

46 19 24
                                    

Ida mengajak bintang ke sebuah warung yang menjual makanan khas Cirebon. Mereka duduk dan mengobrol sambil menunggu pesanan mereka datang. 

Para pengunjung hilir mudik mencari makanan di sekitar jalan. Sebagian yang hadir di sana sudah menginap dari kemarin. Mereka yang menginap kebanyakan dari luar kota. Bahasa mereka juga berbeda-beda dari kelompok satu dengan kelompok lainnya. Terkadang Ida tersenyum saat mendengar bahasa yang tidak dimengerti olehnya. Bukan maksud mengejek, tetapi karena ia tidak mengerti.

Bintang selalu tersenyum saat Ida tersenyum. Senyum Ida sangat manis, tetapi sangat ketus saat berbicara. Ida selalu diajarkan untuk menjaga diri baik-baik dari godaan laki-laki. Ia selalu ingat ucapan ayahnya, kalau masih kecil tidak boleh pacaran. Banyak sekali di luar sana yang terjebak dalam pergaulan bebas hanya karena sebuah kata cinta. Kirno tidak ingin putrinya mengalami hal yang seperti itu. Itulah kenapa Kirno sangat ketat menjaga putri semata wayangnya.

Pesanan mereka pun datang. Bintang dan Ida makan sambil sesekali bercanda dan tertawa. Saat mereka hendak pergi setelah makan, Kirno datang dan menyeret tangan Ida.

"Pulang kamu!" Kirno menarik tangan Ida dengan kasar.

"Ampun, Pak!" Ida memohon ampun karena sang ayah memegang tangan Ida dengan kuat. Ida kesakitan.

"Pak, tolong jangan marahi Ida! Saya yang ajak Ida kesini. Kami hanya hanya sedang mengerjakan tugas, Pak." Bintang mencoba menjelaskan. Namun, Kirno yang telah dikuasai amarah itu tidak ingin mendengar apa pun.

"Diam kamu! Kalian masih kecil, berani pacaran sampai membohongi orang tua. Saya tidak akan membiarkan anak saya rusak karena kamu!" maki Kirno. Ia menarik Ida masuk ke dalam angkot.

Bintang berlari untuk mengejar angkot tersebut. Namun, sebuah sepeda motor melintas dengan kecepatan tinggi dan menabrak tubuh Bintang. Bintang terpental ke trotoar dan kepalanya membentur tepian trotoar. Ia pun tergeletak di pinggir jalan.

"Bintang!" Ida berteriak menatap Bintang dari dalam angkot.

"Pak, Bintang kecelakaan. Kita harus menolongnya, Pak!" Ida ingin turun dari angkot, tetapi Kirno tetap mencekal tangan Ida dengan kuat. "Pak, Ida mohon! Lepaskan Ida, Pak! Ida harus membantu Bintang," ucap Ida. 

"Banyak orang di sana. Nanti juga ada yang menolong," jawab Kirno dengan tegas.

Ida hanya bisa menangis pelan di dalam angkot. Ia dan Bintang belum selesai mengerjakan tugas. Namun, Bintang kecelakaan dan Ida tidak bisa menolongnya. Ia merasa sangat bersalah pada Bintang.

***

Keesokan harinya, di sekolah. Ida mencari Bintang di kelasnya. Ia harap Bintang hanya terluka ringan dan tetap masuk sekolah. Ida ingin meminta maaf padanya karena telah meninggalkannya kemarin.

"Eh, Kak Ida! Nyari Bintang, ya?" tanya Sofi, teman sekelas Bintang.

"Iya. Bintang masuk, gak?" tanya Ida.

"Lho, Kak Ida belum tahu?" 

"Tahu, apa?" tanya Ida heran.

"Bintang berhenti sekolah karena mengalami kecelakaan kemarin. Orang tua Bintang membawa Bintang pindah kembali ke Jakarta," papar Sofi.

"Hah?" Ida tercengang mendengar penuturan Sofi. Apa lukanya parah? Kenapa sampai dibawa pindah kembali ke Jakarta? Ida semakin khawatir dan perasaan bersalah itu semakin menghantuinya. "Terima kasih, ya, Sof." 

"Iya, Kak, sama-sama." 

Ida berlari ke ruang kepala sekolah. Ia ingin mencari tahu kebenaran cerita Sofi. Ia berlari di lorong sekolah yang mulai sepi karena jam belajar sudah dimulai. Tiba di depan ruangan kepala sekolah, Ida berdiri sebentar untuk menarik napas dalam. 

Ketos Pujaan Berbaju BatikWhere stories live. Discover now