5. Perasaan Yang Aneh

30.3K 3.1K 76
                                    

Papa pernah bertugas di Bandung, hanya 2 tahun saat Erina lulus SD hingga Erina naik kelas 3 SMP, tetapi Bandung memiliki kesan tersendiri bagi Erina. Setiap pulang sekolah waktunya dihabiskan dengan bermain, lalu sore hari latihan Taekwondo hingga maghrib, malamnya nongkrong di pos ronda seperti bapak-bapak.

Belajar? Erina mana pernah belajar saat dia SMP hingga lulus SMA, tapi anehnya dia selalu masuk 3 besar. Oh jangan pikir dia pakai orang dalam, Erina jelas adalah bibit unggul. Otaknya yang encer cepat menyerap pelajaran. Maka dia hanya belajar saat di sekolah.

Prinsip Erina saat masih sekolah itu simpel. Sekolah adalah tempat belajar, rumah adalah tempat bermain dan tidur. Urusan kerja PR? Pagi sebelum berangkat sekolah baru dikerjakan, jika tidak tahu? Oh ada Satria tempatnya nyontek lalu digantikan oleh Jingga saat dia SMA.

Setelah lulus SMA, Erina jarang berkunjung ke Bandung, paling hanya karena dia mendapat penerbangan ke Bandung karena biasanya Nini Nada yang akan berkunjung ke Jakarta bersama keluarga Mama Anya.

"Sa, lo gak buta arah kan?" tanya Erina memecah keheningan.

"Enggak. Kenapa?"

Jujur, Erina tidak tahu alamat rumah Nini Nada, kan setiap ke Bandung Satria yang selalu nyetir memang laknat si Erina ini. Merempet ke arah cucu durhaka.

"Gue gak tau alamat rumah Nini Nada," ucap Erina dengan santai seolah itu bukan masalah.

"Arah ke sana kamu gak ingat?"

Erina berpikir keras, wajahnya serius.

"Gue ingat.."

"Ya?"

"Depan rumah Nini itu ada pohon mangga, terus belakang rumahnya ada taman, cat rumahnya warna krem, dan--"

"Nama daerahnya apa? Kamu ingat?" Arsa memotong ucapan Erina yang mulai ngawur. Pria itu menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Gue cuma ingat Bandung doang, intinya bukan tempat ketemunya Dilan sama Milea," ucap Erina.

"Telepon orangtua kamu saja kalau begitu, tanyakan alamat rumah Nini kamu," usul Arsa. Erina meraih ponselnya kemudian mendial salah satu nomor dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya.

"Selamat pagi menjelang siang, Papahanda," sapa Erina begitu panggilannya dijawab oleh sang Papa tercinta.

"Ya, kamu sudah sampai Bandung?"

"Udah nih Pap, tapi ada masalah."

"Kenapa kamu selalu diikuti masalah ya mbak?"

"Masalah tuh emang doyan sama setan Pap, aku kan temenan sama setan."

"Jadi apa lagi sekarang?"

"Aku gak tahu alamat Nini Nada, Papa kirim alamat Nini via whatsapp ya?"

"Oke. Assalam--"

Erina langsung menutup sambungan begitu saja. Anak gaada akhlak.

Tak lama kemudian chat dari Papa masuk.

Komandan
Lain kali salamnya dijawab
dulu mbak. Tunggu Ibu Anya
yang kirim lokasinya.

Kan aku temen setan Pap,
kegerahan kalau jawab salam.

Komandan
Istighfar kamu mbak.

Astaghfirullah aladzim.
Bercanda Pap.

Ponsel Erina berbunyi, chat dari Mama Anya yang mengirimkan lokasinya.

"Ohh di Dago Village, Sa."

PERTIWIKde žijí příběhy. Začni objevovat