4. Tatapan

33 7 2
                                    

"Mana teman lo?" Tanya Kevin.

"Siapa? Yura? Dia di kelas gak laper katanya." Sahut Winda. "Iya, ouh."

"Siapa tuh Yura?" Kepo Arka. "Temannya Winda, kita sekelas." Sahut Kevin.

"Owh, cantik gak bro?" Arka cengengesan.

"Cantiklah namanya juga cewek, gimana sih lo." Sambar Steff menonyor kening Arka.

Laki-laki tersebut adalah Steffan Leonard. Dia juga termasuk deretan cogan di sekolah sejak dulu waktu masih duduk dibangku sekolah dasar. Wajahnya terlihat seperti blasteran orang Eropa dan Indonesia, ini yang membuat para kaum hawa tertarik dengan ketampanan Steff. Dia juga suka sekali bercanda dan lebih banyak bicara juga pastinya ketimbang Rey dan Kevin yang irit kata dalam hidupnya.

"Kenalan." Arka menjulurkan tangannya.

"Gue Arkana Ardan, panggil aja Arka gans." Imbuhnya bangga. Winda meraih juluran tangan Arka.

"Gue Winda Leandra, panggil aja Winda cans." Winda tak mau kalah.

"Yaelah, gue juga dong. Gue Steffan Leonard panggil aja Steff." Sambar Steff.

"Winda." Winda tersenyum manis.

Melihat Rey yang sedari tadi diam saja dan sibuk berkutat dengan ponselnya. Steff langsung melontarkan beberapa pertanyaan untuknya karena Steff mulai bosan melihat tingkah sahabatnya ini. Biasanya Rey cerewet apabila sedang berkumpul dengan sahabat-sahabat gilanya ini, kecuali Kevin dan Rey yang tidak gila.

Memang, Rey hanya cerewet dan lebih banyak omong pada orang-orang tertentu yang dia rasa, dia nyaman dan sudah kenal akrab dengan orang tersebut, namun anehnya disini ia malah jadi bisu diam seribu bahasa.

"Ekhem, ekhem." Daham Steff.

"Ngapain sih anak es diem aja dari tadi? Gak bisa ngomong lo? Sariawan? Sakit gigi? Atau kepikiran si doi? Si Debby tuh." Heran Steff kesal.

"Apaan sih, nggak." Jawab Rey setengah malas.

Debby Fesya, dia adalah gadis yang disukai oleh Rey. Debby ini juga sahabat kecilnya Rey, tapi malah sekarang Rey menyukainya. Memang benar kalau cinta datang gak akan bisa untuk dihindari dan cinta tidak memandang siapa orangnya. Tapi, Debby seperti biasa-biasa saja dengan Rey, mungkin ia hanya menganggap Rey sebatas sahabatnya saja dan nggak lebih.

"Mau kemana Rey?" Tanya Kevin melihat Rey berdiri dari duduknya.

"Kelas, nih buat bayar jajan kalian. Sekalian gue titip bayarnya, kalau masih kembali ambil aja." Rey memberikan uang.

Winda pun mendadak bingung dengan sifat aneh Rey dan pada akhirnya dia jadi gemas sendiri dan langsung melempar pertanyaan pada sahabatnya Rey, sebenarnya Rey ini kenapa sih? Sensitif banget, apa dia lagi datang bulan?.

" Hei, kenapa Rey dingin banget sifatnya?" Kepo Winda.

"Keseringan make AC di rumahnya, hehe." Arka cengengesan. "Cih, gue serius." Decih Winda kesal.

"Gue lebih serius." Sahut Arka angkuh. Ya, memang Arka ini agak sableng gitu anaknya.

"Nggak papa. Rey memang gitu anaknya, jadi harus ekstra sabar buat hadepin sifatnya. Dia sulit ditebak. Dan baru kali ini dia aneh kayak gitu." Sambar Kevin.

"Maklum tuh manusia gak tau spesies jenis apa, dia emang suka kumat anaknya." Ucap Arka ngawur.

"Otak lo yang suka kumat meng." Kesal Steff menjitak kepala Arka.

Steff memang suka bercanda, namun pikirannya tidak terlalu miring seperti Arka yang sableng itu.

"Ouh gitu, gue kira dia gak sedingin itu. Tapi, ternyata gue tertipu oleh penampilannya yang kelihatannya ramah." Winda mengakui.

LOVE STORY - Pelangi Dilangit KelabuWhere stories live. Discover now