058| End

3.3K 170 33
                                    

"Itu tidak benar!" Semua orang mengarahkan pandangannya ke sumber suara. Terlihat kakek Mario dan beberapa polisi yang seraya mengarahkan pistolnya ke arah Felix.

"Jangan mencoba mendekat! Kalau kalian tidak mau Aeera kenapa-napa!" Felix semakin mendekatkan pisau ke arah Aeera. Aeera sangat merasa ketakutan.

Sang komandan langsung memerintahkan bawahannya untuk mundur.

"Felix jangan gegabah, Lix!" peringat Arsen.
"Tolong lepasin Aeera!" lanjutnya.

"Nak Felix tolong jangan kayak gini, kamu hanya salah paham dengan saudari almarhum Riska," ujar sang komandan menenangkan Felix.

"Kakek itu kenal sama kamu Felix. Kamu jangan ngerusak hidupmu hanya karena gara-gara dendam di masa lalu. Apa selama ini kamu tidak merasa menyesal telah membunuh tante Riska?" Suara itu berasal dari kakek Mario.

Felix menunduk.
"Saya memang menyesal Kakek," jawabnya. Ia kembali menatap kakek Mario.
"Tapi rasa dendam saya jauh lebih besar daripada rasa penyesalan saya!" teriaknya.

"Felix, gue emang nggak tau apa yang terjadi sebenarnya. Tapi sekarang gue yakin lo cuma salah paham, Lix!" ujar Aldo.

"Gue nggak peduli!" balas Felix.
"Cih! Kalian semua hanya ganggu rencana gue aja. Padahal niat gue awalnya cuma ingin buat Aeera lumpuh selamanya, tapi sekarang lebih baik gue bunuh Aeera aja sekalian!" ketusnya.

"Felix!" teriak Arsen memperingati.

Melihat pisau yang dipegang oleh Felix sudah mengenai lehernya, Aeera reflek menggigit kuat tangan Felix hingga membuat pria itu meringis seketika. Luka kecil sudah ada di leher Aeera akibat goresan dari Felix.

"Awwh!" ringis Felix setelah Aeera menggigit tangannya sangat kuat.

Aeera langsung berlari melangkah ke arah Arsen. Namun naas, Felix terlebih dahulu menarik tangan Aeera lalu segera menyayat tepat di pergelangan tangan gadis itu. Sungguh Aeera sangat merasa kesakitan.

Dorr.

Dorr.

Tembakan pistol yang dilakukan oleh dua anggota kepolisian tepat mengenai kaki kanan seorang Felix. Tubuh Felix ambruk.

Brakk.

"Aeera!" Teriak semua orang karena Aeera yang tiba-tiba terjatuh pingsan. Mereka semua langsung melangkah ke arah Aeera.

Felix tergelak sendiri di saat sakit yang amat dahsyat di kakinya.
"Hahahaha, Aeera udah mati. Yey dia udah mati," ujar Felix heboh sendiri.

Arsen dan Aldo merasa heran ke arah Felix. Tingkah laku Felix sekarang tidak jauh berbeda dari orang gila.

Para petugas kepolisian segera mengamankan Felix.
"Saudara Felix memiliki gangguan mental setelah kematian ayahnya," ujar sang komandan.

Arsen dan Aldo merasa iba dengan keadaan Felix saat ini. Biar gimana pun Felix adalah sahabat terdekat mereka.

Tidak memperdulikan orang-orang di sekitarnya, Arsen langsung menggendong Aeera ala bridal style untuk ia bawa segera ke rumah sakit.

Ia sungguh sangat merasa takut jika terjadi sesuatu hal yang membahayakan pada Aeera. Apalagi ia melihat sendiri, Felix melukai Aeera tepat di sekitar nadi gadis itu.

🍂🍂🍂

Sudah cukup beberapa lama Arsen, Febi dan Aldo menunggu dokter keluar dari ruangan Aeera. Mereka semua merasa sangat takut jika sesuatu terjadi pada gadis itu. Cairan bening keluar dari mata mereka bertiga.

VERLEDEN [TAMAT]Onde histórias criam vida. Descubra agora