06. JiNo La News VS RARADL

3.8K 551 90
                                    

Brak.

“Hey, aku dapat berita bagus!” Dobrakan itu diiringi dengan seruan yang membuat seluruh anggota departmen media memandangnya dengan kesal. Namun Damian tidak peduli dan langsung menghampiri Bastian yang memandangnya jengah.

“Yeah, Kak, apakah itu?” tanya Bastian tidak benar-benar penasaran.

Damian menarik salah satu kursi dan mengeluarkan sebuah map dari tas. Ia mengeluarkan beberapa lembar foto, menyejajarkannya di atas meja Bastian yang langsung membolakan matanya—tidak percaya. “Kemarin—saat sedang berjalan pulang—aku melihat mobil Halbert yang mengebut kembali ke RARADL, jadi aku mengikutinya. Kebetulan sekali satpam yang menjaga tidak ada dan sensor keamanannya mati.”

“Kakak yakin?” Bastian memandang gambar-gambar itu dengan takjub. Baru kali ini Damian mendapatkan bahan berita yang benar-benar bagus dan serius. Sejauh ini bahan berita paling apik yang pernah rekannya itu lakukan hanya ‘Latar Belakang Danish Lee Tidak Seindah Senyumnya’, hanya itu. Kala itupun ia masih syok kalau Damian berhasil mengajak nyonya besar Ozero wawancara, bahkan sampai mengungkit masa lalu yang ceritanya masuk kategori tragis.

Bastian memandang Damian penuh tanya. “Maksudku, Kak, mungkin satpamnya khilaf meninggalkan pos jaga, tapi sensor keamanannya mati? Aku tidak percaya.”

“Serius, Bastian, aku tidak bohong. Kalau aku bohong dari mana aku mendapatkan gambar-gambar ini?” sanggah Damian, menunjuk-nunjuk lembaran gambar di meja. Empat tahun berkarir dan atasannya—yang anehnya lebih muda darinya—masih selalu meremehkan dirinya.

“Aish, Kak, jangan marah, aku hanya bertanya. Kamu tahu sendiri betapa ketatnya RARADL.” Bastian meletakkan kembali lembaran gambar itu ke atas meja. Tangan kanannya ia gunakan untuk menopang dagu. “Ini akan jadi berita yang kontroversial, sepuluh tahun berdiri baru kali ini RARADL sampai kecolongan. Direktur pasti akan senang sekali.”

Ada binar kepuasan di mata laki-laki berpipi tembam itu. Bastian rasa mungkin ia bisa melihat senyum atasannya kali ini, bukan pandangan datar atau tatapan super tajam. Ia dengan semangat bangkit.

“Nanti makan siang aku yang traktir, Kak,” kata Bastian, menepuk bahu Damian sekilas sebelum bergegas keluar dengan lembaran gambar di tangan.

“Ya! Bastian! Kamu serius?!” seru Damian senang.

Bersamaan dengan itu Vermont kembali membawa kopi pesanan orang kantor. Ia memandang Bastian yang terlihat sangat bahagia dengan bingung, menghampiri Damian yang masih duduk di depan meja si manajer.

“Kopi Kak?” tawar Vermont, menyodorkan satu cup kopi pada Damian yang langsung diterima dengan senyum lebar.

“Ow, makasih Vermont, tahu banget Kakak haus,” ucap Damian, langsung meminum kopi yang diberikan oleh Vermont.

“Kak Bastian kelihatan happy banget, perasaan tadi pagi masih biasa saja.” Vermont mendudukkan dirinya di kursi yang terletak tidak jauh dari sana. Ia memandang Damian dengan penasaran. “Kakak tahu sesuatu?”

***

BEBERAPA PETUGAS RARADL TERLIHAT PINGSAN DI LORONG. APA YANG SEDANG TERJADI SEBENARNYA?

“Sial!” Jean memasukkan ponselnya ke dalam saku jas dan melangkah dengan terburu-buru. Ia berniat menemui Daniel—selaku pengawas utama lab ini—saat matanya tidak sengaja menemukan laki-laki itu sedang mengobrol serius dengan Petugas Lee.

“Maaf, mengganggu Dokter Kim, Petugas Lee,” ucap Jean, menghentikan pembicaraan dua atasannya itu dengan berani. Ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah artikel yang baru saja ia baca. “Saya tidak tahu kenapa mereka bisa mendapat gambar-gambar itu dan mempublikasikannya.”

Petugas Lee memandang Daniel, mereka berdua terlihat berpikir selama beberapa saat.

“Apa kita hapus saja artikelnya dan mengajukan sanksi terhadap perusahaan yang menerbitkan artikel ini?” tanya Jean, tidak sabar dengan respon lambat keduanya.

“Tidak, itu percuma, situs-situs lain pasti sudah men-copasnya. Dan perusahaan yang menerbit artikel itu adalah JINO La News, sanksi tidak akan membuat pemiliknya jera,” sahut Daniel. Ia memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan memandang Jean tajam. “Lebih baik cari tahu kenapa sensor keamanannya mati dan kenapa orang-orang menggila. Kita harus segera melanjutkan penelitian, merman itu terlalu membuat kita semua penasaran.”

“Baik, Dokter, saya permisi.” Jean membungkuk dan bergegas pergi. Ia menyadari kalau mood atasannya itu sedang tidak bagus. Kerugian akibat insiden beberapa hari yang lalu lumayan besar dan membuat pelaksanaan penelitian terhadap merman tangkapan mereka tertunda.

[N#1] SIREN || MeanieOù les histoires vivent. Découvrez maintenant