🌼 Dua Orang Yang Berbeda 🌼

34 28 17
                                    

Jangan lupa follow, ya!
Ninggalin jejak vote ya, gratis kok. ☺
Ngasih komen juga biar rame. 😉
.
.
.

Suara pluit panjang memekik nyaring. Saat ini jam pelajaran olahraga. Pak Teni, begitu sapaannya. Pria bertubuh semampai, perawakan tegap dengan bentuk hidung yang standar. Tidak mancung tapi bukan pesek dan warna kulit yang sawo matang. Pak Teni sedang berdiri sigap di tengah lapangan sambil berkacak pinggang. Semua murid kelas XI IPS 2 dan XI IPS 3 berlari kecil mengambil barisan.

Pak Teni memicingkan mata melihat Excel dari kejauhan yang terlihat acuh, dia berjalan santai menuju barisan paling belakang bersebelahan dengan Rafa yang hanya menoleh sekilas.

"Apa sudah semua yang berkumpul?" tanya Pak Teni dengan nada tegas.

"Sudah, Pak!" Salah satu perwakilan kelas XI IPS 2 menyahuti lantang.

"Sudah sembuh, lo? Taruhan kita belum berakhir 'kan?" tanya Excel seraya mengerling sinis.

Rafa tidak menjawab. Pandangannya lurus ke depan. Dia mendengarkan Pak Teni yang sedang membagi kelompok untuk tanding basket.

Setelah melakukan pemanasan lari mengelilingi lapangan yang gedenya nauzubillah, kedua tim mengambil tempat untuk memulai pertandingan. Tim mereka di ketuai oleh Rafa dan Excel sebagai perwakilan kelas masing-masing.

Geng penyihir, begitulah sebutan untuk Vania dan kedua temannya. Mereka sedang duduk di sisi lapangan sambil menyoraki tim Excel dan Rafa.

"Van, yang lo incar sebenarnya siapa, sih?" tanya Lisa yang tengah menyibak tangan ke wajahnya karena keringat yang bercucuran.

"Gue mau deketin si Excel, karena dia cucu dari pemilik grup Bram Adiputra," jawab Vania.

"Pengusaha properti terkaya itu?" sahut Putri mendelik terkejut.

"Lo tau dari mana? Gue pikir Excel anaknya Pak Anto, Manajer di perusahaan papanya Elo!" ujar Lisa.

"Dasar kudet! Lo itu pacarnya Elo bukan, sih?!" celetuk Vania menoyor kepala Lisa.

"Emang Elo yang ngasih tau gitu ke gue. Ya, gue taunya gitu!" balas Lisa tidak terima.

"Gue juga baru tau seminggu lalu. Gue nggak sengaja dengerin pembicaraan Bayu sama Fajar, waktu dari toilet mau balik ke kelas," kata Vania lagi.

Lisa dan Putri menghadapkan badan mereka ke arah Vania.

"Sumpah, gue kaget banget saat Bayu bilang Excel nggak mau balik ke rumah kakeknya karena dia nggak suka hidup diatur-atur," jelas Vania sambil mengunyah snack milik Putri.

"Terus ... terus ... apalagi?!" tanya Putri antusias.

"Kalian tau, waktu Bayu nyebutin nama Kakek Bram, gue penasaran dong. Langsung, deh, gue googling. Mata gue hampir melonjak tau nggak saking histerisnya," lanjut Vania bersemangat.

"Kalau gitu, Pak Anto itu siapanya Excel?" tanya Putri.

"Pamannya Excel, adik dari ibunya Excel!" jawab Vania.

Lisa mengibas rambutnya ke belakang punggung seraya mencomot snack milik Putri.

"Berarti, selama ini Excel tinggal sama pamannya. Oh, God! Lo wajib deketin!" seru Lisa bersemangat.

"Lalu, Rafa?" Mendadak Putri teringat kejadian di taman belakang. Rafa menjadi alasan Vania merasa geram dan melabrak Diandra.

"Rafa itu pacar idaman gue, makanya gue nggak rela ada orang lain yang dekat-dekat sama dia."

Unforgettable Story (Completed) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang