21. Perasaan Kacau dan Gamang(?)

1.1K 145 48
                                    

"Masih pusing sama mual?"

Risya menggeleng pelan. Memilin bibirnya dengan dada yang kian merasakan sesak. Tenggorokannya seakan sakit karena menahan tangis. Bahkan, rasanya ia tidak berani menatap suaminya sendiri.

Kejadian tadi malam, sukses membuat adanya benteng di antara mereka. Baik Tejo atau Risya, sama-sama bungkam perihal berita kehamilan Risya. Naasnya, Tejo sama sekali tidak membahas hal itu.

Pun sampai sekarang, laki-laki itu pagi ini sudah siap dengan pakaian kerjanya. Mencegah Risya untuk melakukan apapun. Menyuruh perempuan itu istirahat. Sarapan pun membeli di depan, tadi Tejo membelinya sendiri.

Dada Risya terhimpit oleh rasa sesak yang semakin nyata. Tejo memang melarangnya melakukan sesuatu. Seperti; membereskan rumah, mencuci baju, menyapu, tapi sikap lelaki bukan menunjukkan kepedulian. Namun, sebaliknya. Risya merasa jika lelaki itu memang tidak menerima kehadiran sosok janin yang sedang ia kandung sekarang.

Ketika terbangun malam hari, Risya dapat melihat punggung kokoh itu yang membelakanginya. Terisak pelan, dirinya mengusap perutnya yang masih rata. Berbisik, "Jika memang kamu tumbuh di dalam sini, ibu nggak akan kecewa sama sekali. Terima kasih karena kamu udah hadir, meski harus secepat ini." Berharap janin yang ada dalam rahimnya itu mendengar.

Risya tidak tahu apa yang ada di pikiran Tejo. Sama sekali tidak. Hubungan mereka baru berjalan dua bulan, tidak secepat itu untuk saling mengenal satu sama lain. Sejauh ini, mereka hanya suka bercanda bersama, tanpa saling mengenal dari dalam.

Mereka memang saling mencintai. Namun, sebuah rasa saja tidak cukup untuk menjadi pondasi kokoh dalam suatu hubungan.

Kini Risya tahu, mereka sebenarnya belum saling memahami. Belum saling mengerti. Masih ada benteng tinggi yang bernama keegoisan di antaranya.

Menarik lengan kemeja yang lelaki itu pakai, Risya meminta, "Kalau aku minta Mas Jo jangan pergi kerja hari ini, gimana?" Dengan suara lirih, penuh harap.

Di jauhkannya tangan Risya dari lengan bajunya. Tejo mengusap kepalanya sejenak. "Nanti, kalau aku gak kerja, kita mau makan apa?"

Ketika suara deru mesin motor menjauhi halaman kontrakan, Risya tahu, jawaban tadi hanyalah sebuah pengalihan.

part dihapus untuk kepentingan penerbit.

Indramayu, 29 agustus 2020

I Found the Love (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang