Part 2

58 10 3
                                    

Wulan merebahkan tubuhnya di kursi kerja yang terasa sangat nyaman saat ia merasakan lelah dan letih dalam bekerja. 

Setelah dua belas jam berkutat dengan banyaknya pasien Wulan merasa ingin cepat pulang untuk mengistirahatkan tubuhnya, dengan pergerakan cepat Wulan membereskan barang-barangnya dan bersiap meninggalkan ruangan tersebut. 

Tok… tok… tok

"Masuk"

"Lo mau kemana? "

"Mau pulang, capek banget gua hari ini. Makin hari makin banyak pasien gue"

"Lo kan mau survei tempat lan, kok malah pulang sih"

"Astaga gue lupa raf"

"Lo hari ini harus ke pondok dan periksa keadaan pak Rifandra"

"Yaudah mana alamat nya, biar gua sekalian jalan"

"udah gue kirim"

"Iya, gua pergi dulu"

"Oke.. "

======================

Wulan gadis Cantik berhijab maroon itu berjalan menyusuri sebuah pondok pesantren terbesar di malang, matanya menyapu pandang ke seluruh pondok pesantren dengan senyum yang mengembang, kakinya tetap menelusuri pondok pesantren dimana ia akan menjadi dokter pribadi di pondok tersebut. 

"Hufftt… indah juga pemandangan nya" Guam Nya tak lepas dengan senyum manis melihat struktur bangunan dan tumbuhan yang mampu membuat pondok pesantren itu menjadi asri ditambah dengan para wali santri yang sedang berkunjung dikarenakan hari ini merupakan hari kepulangan para santri. 

Wulan semakin dalam menelusuri pondok pesantren untuk menghilangkan rasa kesal pada sahabatnya yang laknat, disaat dirinya penuh dengan jadwal praktek di rumah sakit dan harus ditambah dengan menggantikan tugas sahabatnya menjadi dokter pribadi di pondok ini. 

"Assalamu'alaikum Dokter"

" Waalaikumsalam "

"Perkenalkan nama saya Gendis, saya dapat amanah dari pak kyai untuk membawa dokter ke ndalem"

"Yaudah sekarang kita kesana aja"

"Baik dokter"

Wulan dan Gendis berjalan ke arah ndalem, sesekali Wulan melihat interaksi antara orang tua dan para santri, mereka berpelukan seperti melepas rindu, melihat itu Wulan terharu. Dulu kedua orang tuanya sibuk bekerja sampai-sampai ia harus berangkat dan pulang sekolah tanpa orang tua. 

Tak terasa Wulan sudah sampai di ndalem, keadaan ndalem terlihat sederhana tapi mampu memanjakan mata, ditambah lagi dengan desain ruangan dan juga pajangan kaligrafi yang cukup terkesan simpel namun tetap terlihat indah. 

"Dokter maaf, dokter tunggu disini dulu ya. Kiai mungkin masih bertemu dengan para wali santri. Maaf saya tinggal karena ini sudah masuk jam saya mengajar"

"Tidak apa saya sendirian, ustadzah mengajar saja" 

"Baik kalau gitu saya tinggal dokter"

Wulan melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah satu jam ia menunggu pemilik pesantren ini, namun sampai saat ini belum juga datang. 

Untuk mengalihkan rasa bosannya ia memainkan handphone dan membuka akun sosial media. Jari-jari lentik dengan lancar menscrool aplikasi instagram nya, perhatian nya langsung terfokus oleh salah satu postingan foto pernikahan sang mantan. Tanpa ragu Wulan memberikan tanda love untuk postingan tersebut. 

Hawa panas terasa di dalam tubuh Wulan, dengan menengok kanan kiri Wulan melepas hijab maroon nya dan melepas dua kancing teratas di kemejanya. Rasa kantuk menghampiri Wulan yang sudah lelah bekerja sehari full di rumah sakit, tanpa sadar, dengan perlahan mata Wulan mulai tertutup dan mengarungi lautan mimpi yang segera hadir di tidurnya. 

"Astaghfirullahal aadzim"

Suara salah satu wali santri mampu membangunkan Wulan dalam keadaan terkejut, masih dalam keadaan setengah sadar Wulan memperhatikan keadaan sekitar yang mulai ramai. Wulan menoleh kesamping mendapati seorang laki-laki yang sedang memegang jilbab yang ia lepas tadi. 

"Apa yang kalian lakukan di rumah ini? berduaan dan dengan baju yang acak-acakan"

Wulan tak mampu berkata-kata, ia terlalu terkejut dengan ini semua ditambah lagi dengan tuduhan para wali santri pada dirinya dan juga pria yang duduk disamping kanan Wulan. 

"Yaallah kalian melakukan zinah ditempat ini? " 

"Umi ini hanya salah paham umi, ini gak seperti yang terlihat" Pria itu bangkit dan berusaha menjelaskan yang sebenarnya. 

"Bohong, saya melihat semuanya si mbaknya sudah berpakaian berantakan dan juga rambut yang acak-acakan. Kalian bisa lihat sendiri"  Semua mata tertuju pada Wulan, dengan cepat ia merapikan baju dan juga merembut jilbab yang masih dipegang oleh pria yang tak ia kenal. 

"Sebelumnya maaf, saya tidak kenal dengan pria ini dan juga kami tidak melakukan apa-apa"

"Alah bohong, untung saya yang melihat kalau para santri yang melihat bagaimana coba? "

"Kalau tidak ada tindakan juga sore ini saya akan mengeluarkan anak saya dari pondok ini"

"Iya saya juga" Lanjut ibu-ibu yang lain, dan  membuat Wulan semakin panik. 

"Ibu-ibu dan bapak-bapak para wali santri saya harap tenang, saya akan mengambil keputusan untuk menikahi anak saya dan juga wanita yang ada disamping nya"

"Maaf saya tidak terima, dengan keputusan kiyai. Saya disini datang untuk menggantikan tugas teman saya tapi saya disini malah dituduh yang macam-macam, saya tidak menerima keputusan  kiyai. Maaf saya pamit"

Ketika Wulan hendak pergi dari krumunan, orang-orang sudah berteriak akan mengeluarkan anak-anak mereka dari pesantren tersebut. 

"Beri kami waktu untuk merundingkan ini semua, dan saya mohon dokter jangan dulu pergi. Kami akan mencarikan jalan keluar"

Namamu di Lauh Mahfuz kuDove le storie prendono vita. Scoprilo ora