13

6.2K 837 47
                                    

"Ayah, bangun." Menma menggoyangkan badan Naruto namun, Ayahnya itu hanya menggeliat, menyingkirkan tangan Menma dan menarik selimutnya sampai dagu.

Menma menggembungkan pipinya dengan kesal. Naruto selalu susah bangun selain itu, dia kadang lebih kekanakan darinya.

"Ayah, ayo bangun. Paman tampan diluar."

"Huh? Siapa?" tanya Naruto dengan suara serak khas bangun tidur.

"Paman tampan. Ayo, Ayah bangun."

Menma menarik selimut Naruto dan memaksanya mencuci wajah. Setelah itu, Menma menyeret tangan Naruto ke aula depan. Disana sudah berkumpul Minato, Kushina, Sasuke dan beberapa orang yang tidak dikenali Naruto.

"Naru, Menma. Kemari." Kushina melambaikan tangan dan Menma berlari riang menghambur ke pangkuan Kushina sedangkan Naruto duduk disamping Minato. Berhadapan dengan Sasuke yang menatapnya tajam.

"Ada apa, Pangeran?" tanya Naruto dengan tidak nyaman.

"Nak, Pangeran akan membawamu hari ini ke mansionnya." Ucap Minato.

"HAH?!" pekik Naruto. Ia sangat terkejut mendengarnya.

"Tunggu dulu," Naruto menatap wajah Sasuke yang tidak menyiratkan emosi, "Pangeran, bisakah secepat ini?" tanya Naruto dengan frustrasi.

"Mn," Sasuke mengangguk singkat, "Ibu suri tau kamu adalah anak tuan Minato. Ibuku masih menghargai tali kekeluargaan mantan Kaisar dengan bawahannya dan Ibu suri mengizinkanku mengangkat selir lagi."

"Ayah," Naruto merengek dengan sedih ke Minato. Ia tidak mau, perasaan sedih dan kesal itu mengungkung dadanya.

Minato menatap wajah yang mirip dengannya itu dengan lembut. Ia mengusap kepala Naruto dengan kasih sayang, ia mengerti Naruto pasti sangat terkejut dan tertekan.

"Aku dengar Pangeran membutuhkanmu sebagai tabib pribadinya. Kenapa kamu menolaknya? Selagi di mansion Pangeran. Kamu bisa belajar banyak hal. Nak, tidak banyak yang akan kamu temukan di perbatasan." Ucap Minato dengan hati-hati.

Naruto mengernyitkan dahi dan menatap Kushina, berharap Ibunya akan memahami perasaannya namun, Kushina juga mengangguk menyetujui Minato.

Naruto hanya pasrah menerima nasib dan membesarkan hatinya sendiri. Ia menyemangati berulang kali kalau pasti banyak informasi tentang kedokteran maupun tanaman obat di mansion Pangeran. Mengatakan itu, perasaan kecewanya berkurang.

"Jadi, Ayah dan Ibu akan pulang?" tanya Naruto.

"Ya. Kami harus sebelum matahari tenggelam. Kami sudah berkemas."

Naruto menghela nafas dan menatap Sasuke yang daritadi diam menatap wajahnya. Sungguh, Naruto merasa kedinginan ditatap es seribu tahun itu.

Naruto dan Menma berdiri di depan kereta yang sebentar lagi akan membawa orangtuanya pulang ke perbatasan dan sesuai keputusan Sasuke, Sumire akan ikut bersama Minato dan Kushina untuk pemulihan.

"Ibu," Naruto merengek lagi pada Kushina. Melihat anaknya dengan ekspresi berat membuat hatinya terpukul namun, demi keselamatan Naruto. Ia akan merelakan putranya.

"Nak. Dengarkan Ibu, sebentar lagi kamu akan masuk ke dalam sistem selir di mansion Pangeran. Ibu berpesan jangan pernah bertengkar dengan selir lain untuk mencari perhatian Pangeran. Jadilah anak yang baik dan pelajari apapun yang bisa kamu pelajari. Mengerti?" pesan Kushina.

"Ya, aku akan melakukannya." Naruto mengangguk dan meraih Menma yang sudah berkaca kaca.

"Ayah, kenapa kita tidak ikut nenek? Apa kita tidak akan bertemu mereka lagi?" tanya Menma.

MY PRINCE [SASUNARU]Where stories live. Discover now