Spin Off 3 : Tay's Birthday (1)

799 50 1
                                    

Cerita 1 : Pluem

Tepukan pelan membangun kan Tay dari tidurnya. Saat matanya terbuka, Tay dapat melihat dua bola mata berwarna hitam sedang menatapnya. Tay tersenyum lebar. Tangannya memegang pipi gembul pemilik kedua bola mata itu lalu mencubitnya pelan. Bukannya kesakitan, pemilik pipi itu malah tertawa. "Pagi, Pluem.'' sapa Tay.

"Pagi!!'' seru Pluem kembali menepuk pipi Tay senang. Tay ikut tertawa melihat Pluem tertawa, namun senyumannya hilang saat ia melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 7 pagi.

"Pluem, dimana Daddy?" tanya Tay segera bangun dari tidurnya sambil menggendong Pluem.

"Mam mam..." jawab Pluem sambil memperagakan orang yang sedang makan.

"Bapak mau mandi, kamu kembali ke Daddy ya. Bilang kalau Bapak lagi mandi, ok?" tanya Tay yang dijawab Pluem dengan angukkan.

Tay lalu menurunkan Pluem ke atas lantai lalu menahan tawa saat ia melihat Pluem berjalan keluar kamar dengan kaki mungilnya sambil berteriak "Daddy!! Daddy!!" setelah melihat Pluem pergi, Tay segera masuk ke kamar mandi untuk mandi. Hari ini hari yang sangat penting baginya, dan Tay tidak boleh sampai terlambat.

20 menit kemudian Tay keluar kamar sudah mengenakan setelan jas berwarna hitam dan dasi berwarna biru. Tay berjalan menuju ruang makan dan tersenyum saat melihat New sedang berusaha menyuapi Pluem. "Pagi, Hin." sapa Tay lalu duduk di kursi sebelah Pluem.

"Aw, sudah siap kamu? Aku belum mandi dan ganti baju... Pluem susah sekali sarapannya." keluh New yang sedikit terkejut melihat Tay sudah siap untuk berangkat.

"Pluem juga belum mandi?"

"Belum, kalau dia mandi dulu nanti berantakan bajunya. Tuh lihat..." New lalu menunjuk ke baju Pluem yang kotor karena makanan.

"Ya udah kamu mandi dulu sana, biar aku yang suapin Pluem. Kalau Pluem sudah selesai sarapan, aku bawa ke kamar mandi."

"Ok, makasih ya." New lalu berdiri meninggalkan Tay dan berjalan memasuki kamar.

Tay mengambil piring makanan Pluem lalu menatap Pluem dengan tatapan tajam. "Hayo siapa yang gak mau sarapan??" tanya Tay dengan nada dingin, ingin membuat Pluem takut namun Pluem merasa nada bicara Tay lucu jadi Pluem hanya tertawa.

"Peeem!!" jawab Pluem semangat. Tay tertawa mendengar jawaban Pluem, sadar bahwa Pluem tidak bisa takut padanya.

"Kenapa Pluem gak mau sarapan??" tanya Tay lagi.

"Mau main!! Cama Bapak!!" jawab Pluem lagi yang membuat Tay semakin tersenyum.

"Kalo mau main, sarapan dulu yak. Nih, aaaaa..." Tay memasukkan sendok ke mulut Pluem dan Pluem menerimanya dengan senang. Sarapan sudah Pluem habiskan selama 5 menit, Tay segera membawa Pluem ke kamar mandi supaya New bisa memandikan Pluem. Beruntungnya, pakaian Tay masih rapi jadi ia tidak perlu mengganti baju kembali. Tay kembali ke meja makan untuk sarapan. Meski ia mual sedari tadi tapi Tay sadar ia tetap harus sarapan. Hari ini ia tidak boleh membuat kesalahan. Masa depannya dan Pluem taruhannya.

***

Suasana ruang sidang mulai ramai, kebanyakan anak buah dari bapaknya Tay yang datang. Tay tak berhenti melihat jam dinding yang ada di ruangan. Keringat dingin mulai bercucuran. New yang duduk di sebelahnya pun merasakan kegugupan Tay. "Te.." Tay menoleh saat mendengar panggilan suaminya. "Kamu gugup?" tanya Tay yang dijawab dengan angukkan.

"Aku takut mereka menolak.."

"Kan aku udah bilang, kamu bisa aja langsung ganti dokumennya secara kamu ini kan mafia. Polisi juga pasti takut padamu."

"Gak, Hin. Aku mau melakukannya dengan benar karena ini menyangkut Pluem... tapi sekarang aku jadi ragu apakah mereka mau menerimaku atau tidak..."

New tersenyum mendengar kalimat suaminya. "Kalau kali ini gagal, kita bisa coba lagi. Pluem gak akan kemana-mana kok. Ya kan?" New kali ini bertanya pada anak laki-laki berumur 2 tahun yang ada di pangkuannya. Pluem yang tidak mengerti pertanyaan Daddy nya hanya mengangguk semangat. Tay ikut tersenyum melihat tingkah Pluem. Tangan kanan Tay mengelus pipi gembul Pluem lalu mencubitnya, membuat Pluem tertawa.

Tak lama terdengar pengunguman bahwa para hakim memasuki ruangan sidang. Tay semakin tegang. Tanpa sadar mencari tangan New dan menggenggamnya erat. New yang sadar bahwa Tay butuh dukungan menggenggam erat tangan Tay juga. Sidang pun berlangsung secara khidmat. Para hakim menanyakan beberapa pertanyaan kepada Dinas Sosial dan Dinas Perlindungan Anak dan terkadang menanyakan pertanyaan kepada Tay. Meski Hakim Ketua berusaha mencairkan suasana sidang, namun Tay masih merasa tegang.

"Tay Tawan Vihokratana." jantung Tay berhenti saat mendengar namanya dipanggil oleh Hakim Ketua.

"Iya, Yang Mulia." jawab Tay.

"Ini pertanyaan terakhir dari saya." Sang Hakim menunggu jawaban dari Tay sebelum bertanya kembali. "Kau tahu suatu saat kau akan menjadi pemimpin dari kelompok mafia yang mungkin kita semua tahu kehidupan mafia sangatlah tidak aman untuk anak-anak. Apakah kamu bisa melindungi dan mencintai Pluem seperti anakmu sendiri?"

Tay terdiam mendengar pertanyaan hakim. Tay menelan ludahnya sekali sebelum ia menjawab. "Saya yakin saya bisa melindungi Pluem. Saya memiliki anak buah terlatih yang siap membantu daya melindungi Pluem dan urusan mencintai.... Saya sudah mencintai Pluem seperti anak sendiri saat saya pertama kali melihatnya." kali ini Tay menoleh ke arah Pluem lalu tersenyum saat melihat Pluem sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Apa hukumannya jika kau sudah tidak mencintai Pluem lagi?"

"Oh, saya akan menghukumnya, Yang Mulia." kali ini New yang berbicara. "Dan hukuman saya bisa lebih berat daripada hukuman Anda..." lanjut New yang membuat orang-orang di dalam ruangan tertawa.

"Kalau begitu, Pluem?" kali ini Hakim Ketua memanggil Pluem. Pluem yang merasa dipanggil kini melihat ke depan. "Pluem, kamu kenal siapa orang yang ada di sampingmu?" tanya Hakim Ketua.

Pluem menoleh ke arah Tay lalu berseru "Bapak!!" jawab Pluem bersemangat.

"Kalau begitu, Tay Tawan Vihokratana kau saya sahkan sebagai ayah adopsi dari Pluem Purim. Sekarang, secara hukum kau adalah ayah dari Pluem Purim. Selamat." ucap Hakim Ketua lalu memukul palunya, membuat orang-orang bertepuk tangan.

Tay? Ia langsung menangis saat mendengar suara keputusan Hakim. Tay segera mengambil Pluem lalu mengangkatnya ke atas. "Pluem anak siapa???" tanya Tay pada Pluem.

"Bapak!!" lagi, Pluem menjawabnya dengan semangat. New hanya tersenyum melihat interaksi ayah dan anak di hadapannya.

"Hin! Pluem sekarang anakku, aku bapaknya Pluem!!" seru Tay bangga.

"Iya Tay, sekarang kamu ayahnya Pluem." jawab New.

Nama New sekarang berubah menjadi Pluem Purim Vihokratana, Tay dan New saat itu tidak sadar bahwa nama itu hanya bertahan selama 17 tahun saja.

***

PermulaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang