Part 40

1.4K 191 66
                                    

Amerika.

Setelah melihat dosen keluar dari kelas, Nancy langsung berdiri. Dia menoleh ke arah Tzuyu yang duduk tepat di sampingnya. Dia mengerutkan kening, heran melihat  raut wajah Tzuyu yang tidak seperti biasanya. Hari ini Tzuyu terlihat sangat murung.

"Kamu kenapa?" tanya Nancy.

Tzuyu mendongak, kemudian membuang napas kasar. "Menurut Kamu, Taehyung itu tipe cowok yang setia nggak, sih?"

Mendapat pertanyaan seperti itu dari Tzuyu, Nancy mengatupkan bibirnya sembari berpikir. Dia menatap Tzuyu dan kemudian mengangkat jari telunjuknya. "Kalau dari pandangan aku, sih, Taehyung itu tipe yang setia."

"Oh, iya?"

Nancy mengangguk mantap. "Iya. Buktinya dulu waktu Kamu masih koma, Dia nggak ninggalin Kamu, kan? Kalau Dia nggak tipe cowok setia, pasti saat itu juga Dia udah ninggalin Kamu."

Benar juga. Bahkan setelah diperlakukan tidak baik oleh Tzuyu, Taehyung tidak meninggalkannya.

Apa selama ini Tzuyu yang salah? Apa selama ini Dia terlalu meragukan cinta Taehyung?

"Sejujurnya, aku kecewa waktu Kamu bilang Kamu udah putus sama Taehyung. Padahal, Dia itu cowok yang baik, cocok buat Kamu."

Ya, Taehyung memang cowok yang baik. Tetapi mengapa? Mengapa Tzuyu bisa berbuat jahat pada cowok itu? Mengapa Tzuyu lebih memilih mempercayai perkataan Taeyong daripada mendengarkan penjelasan Taehyung?

Tzuyu saat itu mungkin memang hanya salah paham. Dia tidak bisa membayangkan sesakit apa Taehyung saat Dia abaikan dan putuskan? Yang jelas, Tzuyu merasa sangat bersalah. Dia sudah menyakiti seseorang yang sangat Dia cintai di dalam hidupnya.

"Aku tahu, aku yang salah. Aku yang udah mutusin Taehyung. Padahal Dia udah setia sama aku, tapi aku malah ngeraguin Dia. Aku nggak percaya sama cinta tulusnya Dia."

Tzuyu menahan napas, mencoba menahan rasa sesak dalam dadanya. Dia tersenyum getir. "Aku jadi ngerasa kalau aku nggak pantes sama cowok sebaik Taehyung. Apaan aku ini? Cewek egois, keras kepala, seenaknya diri. Aku nggak pantes sama Dia, aku terlalu banyak kekurangan. Cewek kayak aku ini nggak baik buat Taehyung."

"Tzuyu ... Kamu jangan ngomong kayak gitu. Kamu nggak seburuk itu. Kamu--"

"Aku buruk. Aku bener-bener buruk." Tzuyu menampik. Dia menatap Nancy dengan sorot pedih. "Lagian, udah tiga tahun kita nggak ketemu, pasti Taehyung udah bahagia sama cewek lain, cewek yang pastinya lebih baik dibanding aku."

Nancy menggeleng tegas. "Taehyung masih nungguin Kamu, kok. Dia masih setia sama Kamu!"

Tzuyu menyorot Nancy dengan sorot hampa. Dia lalu terkekeh. "Udahlah, itu nggak mungkin."

Nancy menghela napas. Dia tidak bohong. "Padahal Taehyung emang masih nungguin Kamu. Hanbin yang bilang." Batinnya.

"Terus ... kapan Kamu pulang ke Korea?" tanya Nancy.

Tzuyu tercenung sesaat. Dia menunduk, menghela napas sedih. "Aku pengin pulang. Tapi aku malu sama papa, sama Taehyung, sama semuanya. Aku udah bikin mereka sedih. Aku udah ninggalin mereka. Mungkin kalau pulang ke sana, mereka nggak bakal mau maafin aku, mereka pasti masih kecewa banget sama aku."

Nancy memutar bola matanya. Dia menyorot Tzuyu dengan wajah tampak gregetan. "Pulang aja, Tzuyu. Nggak usah mikir yang kayak gitu. Mereka semua pasti nungguin Kamu pulang. Apalagi papa Kamu, pasti Dia kangen banget sama Kamu."

Tzuyu menahan napasnya. Dia menggeleng, kemudian berdiri. "Aku mau ke perpus," katanya, lalu berjalan menuju pintu kelas.

Berpapasan dengan Yeri. Yeri mengernyit. "Lo mau ke mana, Yu?" tanyanya.

Please Love Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang