56. Langkah Awal

689 104 28
                                    

"Astaga... Gak bangun-bangun juga?" Woojin memasang wajah kesal sekaligus khawatir. Matanya tiba-tiba membulat saat melihat bercak lebam di lengan Lino.

Gak bisa dibiarin lagi ini mah! Woojin harus segera bertindak!

Tanpa babibu, Woojin langsung pergi ke kamar mandi lalu kembali sambil membawa se-ember air.

BYUUUUUUR!!

"UHUKH! UHUKH!!"

Chan dan Lino kompak batuk-batuk sambil menepuk dada.

"Anjir paru-paru gue tersumbat! UHUKH!"

"Ada masalah apa sih Hyung? Gue lagi asik-asik mimpi pelukan sama Rose di Titanic, terus tiba-tiba kapalnya tenggelam... Eh pantesan, tahunya elu biang keroknya!" sungut Chan.

"Ya, ya, ya... Marahin aja gue terus..." Woojin dengan muka santuy. "Sekarang gue tanya sama kalian. Changbin mana?"

"Ya ampun hyung, mentang-mentang badan Changbin kecil, loe belagak gak lihat dia. Kasihan dia hyung pagi-pagi udah dinistain." Ujar Lino. Tanpa melihat ke samping, Lino menepuk-nepuk guling, "Bin! Bangun Bin!" Lino tersenyum pada Woojin. "Hehe..." Tawa Lino bergetar. "Kok empuk, ya?" tanyanya.

Woojin balas tersenyum. "Hehe..."

Chan noleh ke samping Lino, terus ikut-ikutan nyengir. "Hehe..."

"Hehe..."

Mereka saling senyum dan siap untuk mendaftarkan diri sebagai penghuni rumah sakit jiwa.

Lama. Mereka terdiam di tempatnya masing-masing. Saudara mereka hilang satu-persatu dari urutan yang termuda. Sekarang mereka tinggal menunggu giliran.

"Ini gila..." Lirih Chan.

"Gak masuk akal..." Timpal Lino.

"Loe gak merasa sakit, Lin?" tanya Woojin.

"Hah?" Lino membeo.

"Tangan loe..." Woojin melirik tangan Lino, diikuti oleh Chan dan Lino.

"TANGAN GUE?! LOE APAIN GUE TADI MALAM CHAN?!" Lino menarik kerah baju Chan.

"Bukan gue..." Jawab Chan malas.

"Bukan Chan..." Bela Woojin. "Pasti mereka. Gue yakin. Tadi malam gue dengar suara langkah kaki, suara orang digebukin, dan bantingan pintu. Ada orang yang masuk ke rumah kita."

"Tapi semua pintu udah kita kunci!" sahut Chan.

Woojin menatap Chan, lalu menatap Lino kemudian menatap keduanya sekaligus dengan serius. Woojin mendekatkan wajahnya. "Gue rasa... Mereka bukan datang dari luar. Tapi sejak awal, mereka ada di dalam... Hidup dan tinggal bersama kita... Di rumah ini."

Lino dan Chan dengan lekas mendekati Woojin dan duduk berdempetan. "Hyung loe jangan ngomong gitu... Gue takut!" kata Lino sambil meluk tangan Woojin.

"Apa mereka hantu?" tanya Chan memeluk erat tangan Woojin yang satunya.

"Gak mungkin. Gue yakin mereka manusia. Gue yakin banget! Dan kalian... Bisa-bisanya kalian gak bangun padahal tadi malam ribut banget!" kata Woojin.

"Sumpah Hyung, gue gak denger apa-apa."

"Iya, hyung. Gue juga. Sampai gue babak belur begini pun gue gak sadar."

Woojin berpikir sejenak. "Hem... Kalau dipikir-pikir, selama ada kasus penculikan ini, kita memang sering bangun kesiangan. Padahal udah atur alarm."

"Iya juga ya... Gue baru nyadar." Lino dan Chan manggut-manggut. Sejak awal memang ada yang gak beres. Semenjak tragedi hilangnya Seungmin, semua aktivitas di rumah ini jadi berantakan. Semuanya kacau dan tidak terorganisir.

"Gue punya rencana..." Ujar Woojin.

"Apaan Hyung...?"

Mereka mendekatkan wajah masing-masing.






























































"Haha... Nungguin ya?"

"Aish Hyung!"

"Jangan tidur di kamar ini."

"Hah?"

"Kamar ini biang keroknya."

Hyung~ Hyung~ [stray kids] |END|✓Where stories live. Discover now