59. "Mereka"

502 89 14
                                    

"Malam ini kita mungut sampah gak?"

Dua cowok bertopeng elektronik dengan visual babi sedang berdiskusi di ruang yang minim pencahayaan. Keduanya memakai pakaian yang sama persis dari ujung kaki hingga kepala. Bahkan suara mereka pun terdengar sama karena speaker topeng berteknologi tinggi yang mereka kenakan.

"Ya iyalah! Semakin banyak sampah yang kita kumpulin, semakin dekat kita dengan tujuan."

"Target kita malam ini siapa? Beruang buluk, tukang parkir murahan, atau koruptor sampah?"

Lawan bicaranya bergidik. "Kita lihat aja nanti. Atau... Tiga-tiganya juga bisa," seringainya di balik topeng.




HYUNG~ HYUNG~




"Hyung... Gue takut," lirih Lino memegang erat selimutnya di atas dada.

"Tenang, kan ada Woojin hyung!" sahut Chan, sementara Woojin yang rebahan di tengah mereka cuman bisa menghembuskan nafas pasrah.

"Udah-udah, sebaiknya kita tidur, eh lebih tepatnya pura-pura tidur." tegur Woojin.

Hening.

Mereka mejamin mata seperti yang Woojin perintahkan. Tapi gak lama kemudian si Lino membuka matanya.

"Hyung..." ucap Lino nyaris seperti berbisik.

"Hem?" sahut Woojin.

"Kalau gue ketiduran beneran gimana?" tanya Lino.

"Awas aja loe! Gue colok mata loe pake high heels dakjal!"

"Dakjal cewek apa cowok sih?" Chan ikutan nimbrung.

"Tidur!" gertak Woojin.

Malam semakin larut. Sudah gak terhitung berapa puluh kali mereka menguap. Mata semakin tidak bisa diajakin kompromi lagi. Kek ada yang nindihin gitu. Padahal suasana hening, tapi berasa kek ada yang nyanyiin lagu tidur gitu.

Namun tiba-tiba ada hal yang membuat mata mereka melek. Terdengar suara tawa yang menggelegar, juga suara langkah kaki yang begitu riang.

"AHAHAHAHAHA!!! SEBENTAR LAGI RUMAH DAN SEISINYA BAKAL JADI MILIK KITA!"

"BUAHAHHAHAHAHAAA!!!"

Lino, Chan, dan Woojin saling tatap satu sama lain, seakan nanyain "loe barusan denger gak?"

Setelah yakin mereka mendengar suara yang sama, ketiga bersaudara tersebut saling bertukar isyarat untuk segera melaksanakan rencana mereka, yakni pura-pura tidur.

BRAKKKK!!

Pintu kamar di tendang seenaknya, kemudian terdengar suara tawa menggelar, memenuhi seisi kamar.

"Hallo manusia-manusia laknat?" kedua oknum bertopeng babi tersebut menatapi para tiga bersaudara.

"Nyenyak ya tidurnya?" tanya salah satu dari mereka yang lebih tinggi kemudian menginjak dada Chan.

Meskipun keras, tapi pengalaman jadi tukang parkir membuat tubuh Chan rada kebal dengan kekerasan. Pasalnya dulu Chan sering digebukin sama preman jalanan yang mau ngambil uang hasil kerja kerasnya.

Bugh!

Giliran tubuh Lino yang ditendang. "Dasar pilih kasih! Ini akibatnya!"

"Ahahahaha!! Tendang aja terus, suka gue lihatnya!! Lagian gue muak banget ngelihat muka dia buahahaha!!"

"Nih juga satu beruang gendut obesitas!" Kepala Woojin ditendang. "Gak lama lagi bakal gue jadiin beruang geprek loe!"

"Well, sekarang kita ambil yang mana nih?"

"Jujur, gue gak sabar pengen nguliti beruang."

Deg! Jantung Woojin berdebar lebih cepat seakan-akan ingin meledak. Dalam hati berdoa kedua adiknya gak ketiduran beneran biar bisa nolongin dia nanti.

"Okedeh! Kita ambil beruang mutan aja."

Tubuh Woojin ditarik dengan tidak hormat dan kasar. Kedua orang bertopeng itu menyeret tubuhnya seperti karung sampah. Bahkan sesekali tubuh Woojin yang macem buntelan karung beras tersebut di tendang-tendang.

"Berat banget anjir!" gerutu pria bertopeng.

"Kebanyakan dosa ya begini!" sahut partnernya.

"Tapi gak apa-apa, kan ada kita yang bantu dia buat nebus dosa-dosanya..."

"Buahahahahaha!!"

Keduanya tertawa seiring menjauhnya dari kamar, menyeret Woojin menuju lift.

Sementara itu, di kamar...

Lino dan Chan perlahan membuka mata mereka saat merasakan kehadiran dua orang misterius tersebut mulai menjauh.

"Anjir! Woojin hyung di bawa kemana??" heboh Lino.

"Ayo kita susul!" seru Chan. Mereka bedua segera berdiri dan berniat untuk mengikuti jejak 'mereka'.

Namun... Saat hendak menggapai pintu, kenop pintu tersebut berputar sendiri!!

Ada orang lain yang hendak membuka pintu dari luar!

Chan dan Lino panik lekas membungkam mulut mereka. Apa orang-orang bertopeng itu balik lagi??

Chan dan Lino bertukar isyarat untuk segera bersembunyi di samping pintu.

Lino di sisi kanan, sementara Chan di sisi kiri.

"Pas nanti orang itu nongol, langsung kita tangkap barengan, peluk kuat-kuat jangan sampe lepas terus itu kita gebukin!"

Begitu kira-kiranya telepati antara Chan dan Lino yang berancang-ancang untuk menangkap kedua orang bertopeng.

Perlahan, pintu mulai terbuka sedikit demi sedikit, seakan menandakan bahwa orang yang berada di luar juga tengah dalam keadaan waspada.

Krieeeeet...

Lino dan Chan menghitung momentum dengan bertukar pandang.

Satu...

Dua...

Tiga...

TANGKAP!

Lino dan Chan menangkap orang tersebut, memeluk badannya kuat-kuat sambil menjamin mata.

"Hahaha! Kena loe!" seru Chan dan Lino masih dengan mata terpejam sambil menyunggingkan senyum kemenangan.

Kemudian mereka membuka mata dengan percaya diri.

"??"

Keduanya membulatkan mata. Boro-boro nangkap 'orang'_-

Nyatanya mereka malah saling menangkap satu sama lain atau kata ilmiahnya mah pelukan_-

Sementara orang yang ingin mereka tangkap malah....










































MENODONGKAN PISTOL KE KEPALA MEREKA!!

Chan dan Lino kaget bukan kepalang, pasalnya dua orang tersebut bukan orang-orang bertopeng, melainkan orang yang amat mereka kenal...





































































"Felix? Hyunjin?"

"Jangan berisik atau gue tembak?!"

Hyung~ Hyung~ [stray kids] |END|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang