12

4.1K 593 17
                                    

Malam sudah semakin larut, Sasuke baru saja menyelesaikan lirik lagu yang dibuatnya. Tinggal dipoles sedikit lagi, Sasuke yakin lagunya akan kembali menjadi hits kali ini.

Merapikan sisa pekerjaannya, tak sangaja Sasuke menatap potret dirinya dan mantan calon istrinya yang masih terpajang di atas meja kerjanya. Menghela napasnya kasar, Sasuke memilih memasukkan potret tersebut ke dalam laci, enggan melihat kenangan itu.

Tubuhnya sudah lelah, Sasuke berniat untuk segara tidur. Ia memasuki kamarnya dengan perlahan, takut Hinata terganggu dengan kehadirannya. Gadis itu sudah tidur lebih dahulu setelah mendapat izin dari Sasuke. Tidak mungkin Sasuke membiarkan Hinata menunggunya hingga selesai, ia tidak tega.

Salah satu kebiasaan Hinata, ia tidak akan mematikan lampu tidur yang ada di atas nakas sebelum Sasuke tidur. Katanya agar Sasuke tidak tersandung kakinya sendiri saat memasuki kamar yang dalam keadaan gelap.

Perhatian sekali.

Sasuke sudah terlalu lelah, ia memilih langsung berbaring di atas ranjangnya dan melewati acara mandi ataupun menggunakan skincare routinnya.

Sebelum terpejam, Sasuke memandang Hinata yang berbaring menghadapnya dengan wajah damai. Matanya yang tajam seolah merekam seluruh wajah Hinata yang tertidur pulas. Tanpa riasanpun, bahkan saat tidur seperti ini Hinata terlihat menawan. Kemana saja ia hingga baru menyadarinya saat ini?

Jemari panjang Sasuke menelusuri garis wajah Hinata. Dimulai dari menyibakkan poni ratanya hingga menampilkan keningnya yang mulus, kemudian turun ke kedua alisnya yang alami. Diusapnya perlahan kedua alis tersebut, lalu turun ke kelopak mata yang menyembunyikan mata menawan Hinata. Tidak ingin terlalu lama menyentuh kelopak mata Hinata, takut mengganggu tidur nyenyaknya, jemari Sasuke kembali turun ke hidung bangir Hinata, dan terakhir ke bibir penuhnya yang sedikit terbuka.

Sasuke menelan ludahnya kasar, ingin rasanya ia mengumpat. Kenapa Hinata tertidur saja bisa membangunkan hasratnya yang lama terpendam. Sialan!

Tubuhnya seolah bergerak sendiri, Sasuke mendekat ke arah Hinata. Kepalanya sedikir turun, berusaha menuju ke bibir Hinata. Dipejamkannnya kedua mata, teringat akan rasa bibir Hinata yang tidak bisa dilupakannya. Kenyal, lembut dan manis.

Tersisa jarak satu sentimeter, Sasuke buru-buru menjauhkan wajahnya. Diusapnya wajahnya dengan kasar. Untung saja Sasuke masih bisa mengendalikan dirinya. Sebenarnya apa yang Sasuke pikirkan? Selama ini ia bisa mengendalikan dirinya dengan baik, mengapa jika dengan Hinata ia selalu saja hampir tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Sihir apa yang digunakan gadis muda itu pada Sasuke hingga membuat seorang penyanyi kelas dunia itu uring-uringan saat hendak menjemput mimpinya.

Ingin rasanya Sasuke meminta haknya sebagai suami, namun Sasuke tidak berani. Ia tidak ingin membuat Hinata takut atau menjauhinya. Sasuke lebih memilih menjalaninya seperti biasa, tanpa ada paksaan. Biarkan saja semuanya mengalir seperti air. Lambat laun Sasuke percaya, akan tumbuh rasa di hatinya dan Hinata yang mampu mengobati lukanya yang belum sepenuhnya kering.

Jujur Sasuke belum mencintai Hinata. Belum bukan berarti tidak 'kan? Sasuke tidak menutup diri maupun hatinya, ia ingin belajar menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Hinata, istrinya. Bagaimanapun juga, Sasuke akan selamanya hidup bersama Hinata. Ia tidak ingin bercerai ataupun menikah lagi.

Baginya, hidup hanya satu kali, kesempatan datang hanya satu kali, dan menikah hanya satu kali. Sejak dulu Sasuke selalu berprinsip seperti itu. Ia tidak pernah menganggap pernikahan ini main-main. Hinata sekarang adalah tanggung jawabnya, dengan cara apapun Sasuke akan memenuhi tanggung jawabnya pada Hinata. Termasuk membahagiakan gadis itu.

Yes, Boss! (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang