21

4.3K 517 29
                                    

Di ruang tamu kediaman Hyuuga, Sasuke duduk dengan wajahnya yang datar dan ekspresi serius menatap sang kepala keluarga Hyuuga. Kedatangan Sasuke bukan untuk menemui Hinata. Ia memang sengaja datang untuk bertemu dengan Hiashi, meminta izin untuk membawa Hinata kembali pulang ke Jepang.

"Saat ini saya masih suami dari Hinata. Saya meminta izin pada anda untuk membawa Hinata pulang." Sasuke menurunkan egonya, ia membungkuk hormat pada Hiashi yang notabene adalah ayah mertuanya, meski baru beberapa waktu lalu ia ketahui.

"Bagaimana jika hal itu terjadi lagi? Aku tidak ingin mengambil resiko putriku terluka." Hiashi berusaha menyudutkan Sasuke. Ia ingin tau, seberapa gigih usaha dari suami anaknya ini untuk mendapatkan restu darinya.

"Saya berjanji, hal seperti itu tidak akan pernah terulang kembali. Bagi Uchiha, lebih baik mati daripada harus melanggar janji." Sasuke mengatakannya dengan suara beratnya yang dalam.

Hiashi suka dengan hal itu. Diam-diam dia memuji Sasuke yang terlihat begitu tenang menghadapinya. Tidak seperti pemuda kebanyakan yang akan memilih tidak menemui orang tua dari gadisnya. Ah, atau Sasuke harus disebut pria? Karena usianya yang memang sudah pertengahan tiga puluh.

"Kau bisa membawa Hinata pulang, tapi dengan syarat ..." Hiashi melirik pada Neji yang setia duduk di sampingnya. Neji mengangguk patuh dengan isyarat yang Hiashi beri. "... Kau harus bisa mengalahkan Neji dalam kenjutsu."

Ekspresi Sasuke menampilkan keterkejutan, namun tak bertahan lama. Ia berhasil menguasai dirinya kembali. Dengan anggukan mantap, Sasuke menyetujui syarat yang Hiashi ajukan. Kalah atau menang, itu urusan nanti. Setidaknya Hiashi bisa melihat kesungguhannya di sini.

"Jika kau kalah, kau harus segera pulang ke Jepang." Hiashi menambahkan.

Jika kau menginginkan sesuatu, taklukan dulu pemiliknya. Dalam hal ini, Sasuke harus bisa menaklukan hati Hiashi yang keras.

Tanpa mereka semua sadari, Hinata yang tak sengaja lewat mendengar itu semua. Hati kecilnya menjerit agar Sasuke menolak syarat Hiashi. Sasuke tidak pernah menggunakan pedang, dan Hiashi mengatakan kenjutsu. Kenjutsu tidak menggunakan pedang kayu, melainkan pedang sungguhan. Bagaimana jika Sasuke terluka, atau yang terparah Hinata tidak berani membayangkannya.

Hinata mengurungkan niatnya yang ingin masuk ke dapur dan memilih mengikuti ketiga pria tersebut ke dojo pribadi yang biasa Hiashi atau Neji gunakan untuk berlatih pedang.

.
.
.

Sasuke dan Neji sudah bersiap di posisinya masing-masing. Neji terlihat gagah dengan hakama dan katana yang dipegangnya. Sasukepun tak kalah, namun ia masih terlihat agak canggung. Hal yang wajar, ini baru untuk Sasuke. Ada sedikit rasa gugup di hatinya saat ini. Jika kalah di sini, bisa saja Sasuke pulang hanya tinggal nama.

Ia bahkan belum sempat meminta maaf pada ibunya. Ia juga belum bisa menjadi adik yang baik untuk Itachi. Ia juga belum meminta maaf pada Lee yang selalu kerepotan karena permintaannya yang kadang memang keterlaluan.

Tapi yang paling ia sesali jika ia mati saat ini adalah, ia belum sempat mendapat maaf dari Hinata.

Hiashi memberi aba-aba untuk mulai. Neji menyerang Sasuke lebih dulu. Dengan kemampuannya yang hebat dan gerakan yang cepat, Sasuke tentu kualahan menahan serangan demi serangan yang Neji luncurkan padanya.

Bunyi gesekan dua katana yang cukup memekakkan telinga membuat Hinata keluar dari persembunyiannya. Ia ingin menghentikan hal ini. Hiashi yang menyadari kedatangan Hinata dan bermaksud untuk menghentikan apa yang baru saja dimulai, langsung menahan tangan Hinata untuk pergi.

Cekalan tangan Hiashi yang memang sangat kuat membuat Hinata tidak bisa melepaskannya. Ia meronta, memohon pada Hiashi agar membiarkannya menghentikan Neji.

Yes, Boss! (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang