Seven - Your Name in My Dirty Talk

1.5K 261 90
                                    

Temaram sinar rembulan sabit menghiasai semesta-dengan gumpalan awan gelap yang sesekali menutupinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Temaram sinar rembulan sabit menghiasai semesta-dengan gumpalan awan gelap yang sesekali menutupinya. Angkasa melajukan mobil yang ia kendarai secepat yang ia bisa, masa bodoh. Ia terbangun pukul satu pagi karena suara dering ponsel dan menemukan Samudra sebagai pelaku-tetapi bukan suara serak Samudra yang ia dapat, melainkan suara orang asing yang mengatakan bahwa Samudra telah melakukan kekacauan di sebuah bar. Jantung Angkasa berpacu sangat cepat, kekacauan di bar ... persis seperti tahun lalu. Tidak, tidak boleh terjadi lagi. Angkasa tidak sanggup kalau harus melihat hancurnya Samudra sekali lagi. Maka dari itu, sekarang pemuda itu berdiri di hadapan sebuah bar besar setelah sebelumnya membanting pintu mobil agak keras.

"Sam, please, jangan lakuin hal bodoh lagi," gumam Angkasa sebelum berjalan masuk dengan langkah terburu-buru.

Angkasa mengabaikan rasa pening yang timbul dari sura debuman musik disko yang menggema. Dia berusaha mencari sosok bartender yang tadi menelepon. Setelah beberapa saat, Angkasa langsung berjalan cepat menghampiri seorang pemuda yang tengah membuat minuman di sebuah meja panjang yang ada di sana. Pemuda itu menelisik penampilan Angkasa yang cukup tidak elegan kalau dipakai pergi ke bar mewah seperti ini-err tidak pantas.

"Lo yang tadi telfon gue?" tanya Angkasa, takut salah orang. "Sekarang orangnya di mana?"

Pemuda itu lantas menyerahkan ponsel hitam yang Angkasa kenali-tentu saja. "Di kamar no 56. Tadi, abis bikin rusuh, dia nyeret satu PSK buat main sama dia."

"Oke, thanks!"

Bartender itu mengamati bagaimana sosok Angkasa yang perlahan menghilang ditelan lorong, juga orang-orang yang bergerak dengan gembira di lantai dansa.

"Eh, Raf, itu siapa? Kok liatinnya gitu amat?" tanya seorang pemuda lain yang sedari tadi duduk memperhatikan interaksi antara Damian Rafardhan-bartender tadi-dan sosok pemuda manis yang baru saja ia lihat untuk pertama kali.

"Nggak tau," balas Rafa seraya mengelap beberapa gelas. "Kayaknya pacar cowok ganteng yang bikin rusuh tadi. Kasian, ya, pacarnya bi."

Sementara itu, Angkasa sedang berjalan cepat melewati lorong demi lorong-dia bahkan beberapa kali menabrak pundak orang-orang yang baru saja keluar dari dalam kamar. Angkasa panik bukan main, tentu saja. Samudra ini ... kalau buat rusuh pasti selalu berada di luar kendali, apalagi kalau langsung menyeret perempuan buat main sama dia ... ugh, jangan sampai kejadian tahun lalu terulang lagi. Kalau bisa, Angkasa ingin memutar balikan waktu, kalau saja ... kalau saja saat itu ia yang duluan mengutarakan keinginan pada Samudra, bukan malah membiarkan pemuda itu menjauh dengan cara memilih Agatha. Seharusnya Angkasa tahu kalau Samudra tidak mungkin berhenti dari kebiasaannya begitu saja setelah berpacaran dengan Agatha. Samudra ... tetaplah pria normal yang membutuhkan pelepasan. Dia normal.

"Sam!"

Angkasa memanggil keras setelah membuka pintu bertuliskan angka yang ia cari dengan kasar. Pemuda itu menemukan sosok Samudra yang tengah menciumi tubuh seorang perempuan cantik di atas ranjang-dengan pakaian atas yang sudah tanggal, juga rasleting celana yang terbuka. Sementara itu, Samudra seolah tuli-dia masih dengan brutal mencumbu leher korbannya, membuat Angkasa muak, tentu saja. Pemuda itu melangkah lebar menuju ranjang sebelum memisahkan kedua insan itu.

break up with your girlfriend; seungjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang