Twelve - Stuck With You Happily

1.7K 241 52
                                    

Mentari kembali menaiki singgasana, tetapi kehadiran pusat semesta itu lagi-lagi disembunyikan oleh gumpalan awan kelam yang menggelapkan suasana, pun menjatuhkan titik-titik air ke dunia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mentari kembali menaiki singgasana, tetapi kehadiran pusat semesta itu lagi-lagi disembunyikan oleh gumpalan awan kelam yang menggelapkan suasana, pun menjatuhkan titik-titik air ke dunia. Angkasa menghela dan sedikit menggigil begitu sepoi angin dari luar menyapa. Kulit putihnya yang terbuka lagi-lagi terasa begitu sensitif dengan suhu yang ada-jadi ia berinisiatif semakin merangsak masuk ke dalam pelukan Samudra, mencari kehangatan yang ditawarkan sang pemuda. Angkasa sudah terjaga, sebetulnya. Satu jam belakangan, ia sibuk bergumul dengan pikiran-menerka apakah hal yang telah mereka lakukan akan mendatangkan sesuatu yang baru? Baik atau buruk?

Kalo sampe Agatha tau, gimana, ya? Begitu.

"Udah bangun?"

Angkasa mendongak sedikit-hanya untuk menjumpai paras tampan pemuda Nararya yang tengah tersenyum seraya mengusak puncak kepala. Samudra dalam mode bangun tidur memang tampak memesona, tetapi kalau bangun tidurnya dengan keadaan telanjang seperti ini, juga senyuman hangat yang menemani, bagaimana jantung Angkasa tidak semakin menggila?

"Last night was amazing, Asha," bisik Samudra seduktif, tepat di sebelah telinga Angkasa, sebelum menciumnya pelan. "Makasih banyak."

Angkasa hanya menatap Samudra dalam diam. Pemuda itu terlihat seratus persen baik-baik saja, bahkan setelah pergumulan mereka. Angkasa jadi menghela napas seraya menggigit ujung bibir, mengalihkan pandangan ke arah jendela yang terbuka-ah, pantas saja dingin sekali, di luar titik-titik air sedang terjun ke bumi. Ini pertama kalinya hubungan friend with benefit mereka terasa begitu nyata. Mereka berhubungan badan tanpa ikatan, juga dengan salah satu hati yang sudah dimiliki orang.

"Lo lagi mikirin apa, sih?" tanya Samudra-heran, seraya mencubit sebelah pipi Angkasa dengan gemas. "Jangan ngelamun terus, Asha. Nanti kalo kesambet gimana?"

"Sam ...," Angkasa bersuara pelan dengan jari-jemari yang ia mainkan di dada sang dominan-membentuk pola-pola abstrak yang membuat pemiliknya kegelian. "Gue takut ... gimana kalo orang-orang tau? Lo sama gue terkenal banget di kampus, terkenal karena bisa sahabatan lama dengan orientasi normal pula, padahal enggak. Apa kita berenti aja? Gue takut ketauan. Gimana reaksi mereka kalo tau kita fwban? Gue ... juga jadi nggak enak sama Agatha. Kalo sampe dia tau gimana, Sam?"

Samudra menatap sayang pada sosok pemuda yang terlihat begitu kecil ketika tenggelam dalam pelukan. Pemuda Nararya itu lantas mengusak pelan surai legam Angkasa, menghujaminya dengan ciuman-ciuman halus, juga sebelah tangan yang ia gunakan untuk mengusap punggung telanjang satunya-berusaha meredamkan kegelisahan. Angkasa terlihat menikmati itu semua-terbukti dengan napas yang kian teratur, pejaman di mata, juga gerakan jari-jemari yang terhenti begitu saja. Samudra selalu menjadi sumber kegelisahan yang ia punya, tetapi selalu menjadi obat pula.

"Mereka nggakkan sampe tau, kok, gue jamin," Samudra berujar mantap dengan ciuman yang beralih ke pelipis. "Kalopun sampe tau, gue bakalan lindungin lo mati-matian, Asha. Gue bakal abisin semua orang yang berani-beraninya ngusik lo, dari dulu juga gitu, 'kan? Gue pelindung lo. Serahin semuanya sama gue. Kalo Agatha, sih, urusan gue, lo tenang aja. Pokoknya kita gini aja dulu, oke? Gue nggak bisa berenti, Asha. Lo tau itu, 'kan? Lo itu candunya gue, gue nggak mau lepasin lo."

break up with your girlfriend; seungjinWhere stories live. Discover now