Seventeen - Ocean : You Don't Know Me

1.2K 244 89
                                    

Rembulan kembali menyembunyikan diri malam ini, benar-benar bersembunyi, entah karena gumpalan awan kelam lagi-lagi menutupi, atau karena suara erangan kembali menghiasi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rembulan kembali menyembunyikan diri malam ini, benar-benar bersembunyi, entah karena gumpalan awan kelam lagi-lagi menutupi, atau karena suara erangan kembali menghiasi. Dalam sebuah ruangan dengan gulita yang menguasai, Samudra kembali mengeluarkan ringisan menyakitkan. Gedoran di pintu kamar masih bisa ia dengar, tetapi maniknya masih terfokus pada sebuah cermin besar dengan tampilan ayunan cambuk yang melayang-layang di belakang punggung, menghantam lagi dan lagi sampai jiwanya seolah meronta, meminta keluar dari tubuh yang tengah disakiti oleh orang-yang seharusnya-paling ia cintai di dunia.

"Udah berapa kali Papa bilang, kamu itu harus normal!"

"Dasar nggak guna!"

"Aib keluarga!"

"Papa jijik sama kamu!"

"Kamu pantes mati!"

"Nggak tau diri!"

"Durhaka!"

Masih banyak umpatan lain yang menggema, tetapi Samudra seolah menulikan telinga. Ia mencoba menikmati rasa sakit itu saat ini. Bagaimana perih yang terasa mulai menjalar sampai ke hati, sampai kedua tangannya yang terikat tali membiarkan ujung jari-jemari menusuk telapak sendiri. Samudra hanya mencoba menebus apa yang salah dalam dirinya. Ia akui, ia memang pantas mendapatkan ini semua. Keluarga Dhairya merupakan salah satu keluarga kaya raya yang cukup tersohor di kalangan pebisnis. Jikalau sampai ada yang tahu kalau Samudra tidak normal, apa kata mereka?

"Malem ini cukup, semoga kamu bisa merenungkan lagi apa yang salah dari diri kamu. Jangan buat Papa marah lagi, Sam, atau kamu bakalan liat apa yang terjadi sama cowok kamu itu."

Samudra tentu membola, menatap tidak percaya pada sosok pria tua yang saat ini berdiri menjulang dengan tatapan mengerikan.

"J-jangan libatin Asha! S-sam yang salah, S-sam yang nggak normal. Tolong, Pa ... lampiasin aja ke Sam, jangan ke Asha ...," mohon Samudra dengan tatapan sayu yang sendu.

Pria tua itu malah melongos pergi begitu saja, membiarkan Samudra berusaha keras bangkit dan mengejar dengan napas putus-putus. Sumpah, ia lebih memilih mati daripada harus melihat Angkasa terluka-meskipun pemuda itu telah menorehkan luka yang lebih menyakitkan lagi di hati Samudra, setidaknya Angkasa tetap menjadi cinta pertama yang tidak akan pernah terlupa. Walau denyutan nyeri di hati masih terasa karena pemuda yang sama, Samudra hanya bisa menerima, ia tahu bahwa Angkasa lebih bebas darinya, ia tahu bahwa hubungan mereka hanya sebatas hubungan terlarang biasa, tidak ada yang spesial, Angkasa bisa melakukan apa saja, Angkasa ... bisa kembali pada hubungan serius yang mengikatnya.

"Sam! Maafin Mama ... maaf ... maaf karena gabisa lindungin kamu ...."

Samudra memejam manakala kepalanya yang semula terjatuh tak berdaya di atas lantai dipangku begitu saja, dengan seorang wanita berurai air mata yang sedari tadi meraung pilu seraya menggedor pintu. Samudra diam-diam terkekeh miris manakala mendapati telapak kasar ibunya mengelus halus permukaan pipi-ia merasakan adanya sayatan melintang di telapak yang seharusnya lembut itu. Keluarganya benar-benar berantakan. Pendindasan di mana-mana dan yang bisa mereka lakukan hanya bungkam.

break up with your girlfriend; seungjinWhere stories live. Discover now