- Behind Cut (9)

57 27 0
                                    

"Berapa kata itu tadi?" Hueningkai melirik naskah yang kupegang.

Kumiringkan kepalaku. "Sekitar seribu, mungkin. Dilihat dari jumlah halamannya...."

Dia mangut-mangut sambil terus mengunyah snack yang nyaris habis. Tak lama kemudian, dia menuang soda ke dalam gelas plastik dan menyodorkannya padaku dengan cekatan. "Aku malas beranjak ke meja untuk mengambil air mineral. Minumlah ini."

"O-oke," ujarku kemudian meletakkan naskah dan mic. Kuterima pemberian Hueningkai lalu meminum isi gelas itu.

Sedangkan lelaki di sampingku ini, tanpa aba-aba langsung berpindah posisi, berguling dan menyambar mic yang kuletakkan asal-asalan. Dia bersiap untuk bersuara.

"Narasimu?" tanyaku tiba-tiba, mengingatkannya. Namun Hueningkai menggeleng.

"Aku tidak butuh naskah. Dengarkan saja, Sol Ahn. Seluruh kisah ini sudah terekam jelas di memoriku." Dia menjawab dengan begitu santai. "Ini waktunya bagian itu," lanjutnya.

"Yang mana?"

Seolah mengabaikan suaraku, Hueningkai memulai ceritanya dalam posisi tengkurap. Dia menyangga tubuh bagian atasnya dengan siku, sedangkan tangan kanannya memegang mic hitam. Lelaki itu mengacak rambutnya. "Aku belum sempat menanyakan detail apapun pada Soobin karena malaikat sialan satu itu malah memanggil nyonya pemilik kafe dan menyuruhnya mengganti lampu di atas meja kami."

Aku tahu awalan yang dia ucapkan. Aku tahu ke mana seuntai kalimat itu akan membawa kisah ini. Itu adalah awal mula kisah ini berbalik arah.

Night Talks || HueningkaiWhere stories live. Discover now