Pemakaman Daniel langsung dilaksanain besoknya. Chaerim udah pasti nggak ikut, dia harus bener-bener dalam pengawasan dokter karna kondisinya yang makin buruk setelah denger kabar itu.
Lagipula, mereka khawatir kalo seandainya Chaerim tetep maksain mau ikut, nanti malah tambah down dari sekarang.
Balik lagi, selama proses pemakaman, Jungwon nggak banyak ngomong. Dia cuma diem, ngelamun, gitu terus. Mau ngomong pun rasanya malu. Dia malu, nggak bisa jaga adeknya sendiri.
"Jung, udah mau dimasukin liang lahat. Nggak mau liat?"
Papa Jungwon nyamperin Jungwon yang daritadi agak ngejauh dari tempat pemakamannya. Minimal, dia jaga jarak sepuluh meter dari orang-orang yang ngelayat.
"Nggak. Aku malu," jawab Jungwon, nendang kerikil kecil.
Hati-hati nanti kalo kena mbak-mbak kan bahaya, Jung ....
"Kenapa malu? Emang udah jalannya begini. Jangan nyalahin diri kamu sendiri, Daniel terlalu muda buat nanggung semua itu sendirian. Dia nggak kuat. Udah saatnya dia ngelepas beban dia."
Well, Papa Jungwon nggak marah sampe mukul Jungwon. Karena ini kecelakaan, nggak ada yang pengen semua ini terjadi.
Ya walaupun gitu, tetep aja Jungwon kena marah sebentar, sekadar omongan. Amanah biar ngejagain adeknya lebih baik lagi.
Kalau seandainya masih ada.
"Tapi kan ... tetep aja. Kalo aku nggak ngebiarin Daniel pergi sendiri, kalo aku nggak ngebiarin pembunuh itu-"
"Siapa yang kamu bilang pembunuh? Dan atas dasar apa kamu bilang dia pembunuh?" sela Papa Jungwon.
"Chaerim. Pasti dia dendam sama Daniel, karna dulu Niel nggak suka aku pacaran sama dia." Jungwon natap ke bawah, matanya berkaca-kaca lagi.
"Jungwon, denger." Papa Jungwon megang pundak anaknya, terus ngangkat dagu Jungwon sampe mereka tatap-tatapan.
"Nggak ada yang salah di sini. Kamu, Mama, Papa, bahkan Chaerim sekalipun. Ini emang udah skenario Tuhan buat Daniel. Daniel nggak kuat nanggung dua penyakit yang-"
"Dua? Kan cuma leukimia," tanya Jungwon heran.
Papa Jungwon ngegeleng terus senyum, "dua, Jung. Daniel juga punya kelainan sama jantungnya. Dan itu jadi faktor penyebab dia nggak kuat nanggung semuanya."
Jungwon speechless. Jujur, selama ini dia nggak tau kalo Daniel punya penyakit lagi selain leukimia. Jungwon makin merasa gagal jadi kakak.
"Bukan salah kamu. Dokter baru tau itu pas Niel dibawa ke ICU. Katanya, kemungkinan besar Niel nahan sakitnya sendirian. Jadi nggak ada yang tau, bahkan Mama sama Papa pun nggak tau." Papa ngejeda omongannya sebentar. "Niel itu hebat, Jung. Kamu harus bangga punya adik kayak dia."
+++
Setelah dua minggu dirawat di rumah sakit, keluarga Chaerim mutusin buat rawat jalan aja. Sekalian terapi psikolog.
Kondisi fisik Chaerim emang udah membaik-bahkan hampir pulih. Tapi kondisi psikis dia cukup mengkhawatirkan.
Chaerim bener-bener depresi berat sehabis tau kalo Daniel udah nggak ada. Dia ngerasa, kalau semua itu salah dia. Ditambah Jungwon yang ngasih tekanan ke dia, itu jadi faktor terbesar.
"Gimana kabarnya, Chae? Udah baikan?" kata terapisnya, dokter Eunha.
"Niel ... Niel kemana?"
Mama, Papa, maupun dokter Eunha saling liat-liatan. Ini udah seminggu semenjak Chaerim mulai terapi, tapi trauma sekaligus depresinya belum berkurang.
Kata dokter Eunha, kalau dalam sebulan Chaerim nggak pulih juga, terpaksa pake jalan terakhir. Chaerim harus di bawa ke rumah sakit jiwa buat penanganan lebih lanjut.
"Chae, Niel nggak suka loh ngeliat kamu kayak gini. Cheer up, yuk? Ini bukan salah kamu." Dokter Eunha megang tangannya Chaerim.
"Niel udah nggak ada ... Niel nggak ada gara-gara aku ... aku nggak berguna. Aku nggak berguna ada di sini ...."
Dokter Eunha ngehela napas, terus ngeliat ke arah orang tuanya. "Bisa tinggalkan saya berdua sama Chaerim sebentar? Kayaknya dia belum bisa ngumbar semuanya depan orang banyak," pintanya.
Mama Papa Chaerim ngangguk, terus ninggalin Chaerim berdua sama dokter Eunha. Mereka udah percaya sama dokter Eunha. Toh, dokter Eunha itu masih punya hubungan saudara sama mereka.
"Chae ... ayo dong, semangat. Daniel juga nggak seneng liat kamu kayak gini. Emang siapa yang bilang kamu nggak berguna, hm?" tanya dokter Eunha pelan-pelan.
"Jungwon ... Jungwon bilang aku pembunuh. Aku emang pembunuh ... Aku udah bunuh Niel ...."
"Nggak. Jangan ngomong gitu. Jungwon cuma lagi sedih karna Niel udah nggak ada lagi di sisi dia. Jungwon nggak bermaksud buat bilang gitu. Jangan masukin ke hati, ya?"
Chaerim tetep natap ke arah depan kosong. Nggak ngejawab apa-apa.
Ah, iya. Dokter Eunha emang udah tau siapa Daniel, Jungwon juga. Dikasih tau sama orang tua Chaerim. Karna kalo nggak dikasih tau juga dokter Eunha nggak bakal berguna di datengin.
"Nanti dokter ngomong sama Jungwon, ya? Pasti dia cuma salah ngomong. Chaerim baik kok, cantik lagi. Jungwon nggak bermaksud buat ngomong itu sama Chaerim."
Cklek!
"Maaa, Sunoo pulang ... eh ada dokter. Maaf ya, ganggu, hehehe," cengir Sunoo waktu sadar Chaerim lagi terapi.
Dokter Eunha cuma nanggepin pake senyuman dan anggukan.
Sunoo langsung pergi ke atas. Tapi bukan ke kamarnya. Melainkan ke kamar orang tuanya.
Tok tok tok!
"Maa, Paa, Sunoo mau ngomong."
Tok tok-
Cklek!
"Apalagi, Sun? Kamu nih, pasti tadi main nyelonong masuk, ya?" tebak Papa Kim yang bukain pintunya.
Sunoo cuma senyum nggak bersalah.
Papa Kim udah wajar sih, emang suka ngegas mulu si Sunoo tuh.
"Mau ngomong apa?" tanya Papa Kim balik ke topik tadi.
"Kayaknya Chaerim depresi berat gara-gara Niel, ya? Tapi tadi aku nguping, katanya Jungwon bilang Chaerim pembunuh. Jadi, di sini yang salah Jungwon, kan?"
"... Kalo aku yang bales semuanya, gimana?"
(tbc)
Aku tau chapt ini agak gimana gitu ... Aku bukan dokter, jadi ya gatau kalo dunia psikolog itu gimana huhu, maapkan.
BY THE WAY, WE DID IT, EGGIES!!! JUNGWON AKHIRNYA DEBUT YAAMPUN, AKU GEMETERAN ASLI. Aku pas jungwon disebut be like; /nabrak magic com /loncat-loncat sambil nangis
Seseneng itu. Dan ini first time aku nangis karena survival show dan pick aku debut.
Tapi pick aku si niel, belum bisa debut.. aku antara seneng dan sedih jungwon sunoo debut, dan niel nggak..
Oke ini kepanjangan AHAHAAHA. Intinya selamat buat ENHYPEN HUHUHU!! Jangan lupa ucapin selamat buat kita juga, eggies. Kita udah rela begadang buat nonton eps mereka malem2 :D

YOU ARE READING
Egoistic | Yang Jungwon [✓]
Fanfiction"Gue nggak egois, itu cuma perasaan lo doang karna lo nggak bisa terima kenyataan. Lo itu nggak lebih dari seorang pembunuh." bahasa non baku © hyunjoerry, 2020