Jungwon lempar tasnya asal. Dia duduk di sofa ruang tamu, natap langit-langit. Kejadian barusan di sekolah cukup ngebuat moodnya turun drastis. Jungwon cuma nggak nyangka, kalau Sunghoon beneran pacaran sama Chaerim.
Jungwon bukannya nggak rela, dia fine-fine aja kalau emang bener mereka pacaran. Jungwon cuma nggak habis pikir kalau Sunghoon lebih milih belain pacarnya daripada sahabat.
Oke, sekarang dia tau kalau kalimat 'sahabat lebih diprioritaskan daripada pacar' itu cuma omong kosong. Jungwon udah buktiin barusan.
Dia ngusap ujung pipinya pelan, sakit. Kemungkinan lebam karena pukulan Sunghoon juga cukup keras tadi. Jungwon beralih ke dapur, ngambil sebaskom air es sama kain lap bersih buat ngompres lebamnya kemudian balik lagi ke ruang tamu.
"Loh, muka kamu kenapa lebam gitu?"
Tiba-tiba kedengeran satu suara dari arah tangga sewaktu Jungwon fokus ngompres lebamnya. Oh, mamanya pulang. Tumben banget, biasanya juga berbulan-bulan sekali.
"Kepentok meja," saut Jungwon acuh, lanjut ngobatin lebamnya.
Mama Jungwon jelas khawatir. Dia baru aja pulang dan langsung ngeliat anaknya luka. Ibu mana yang nggak akan khawatir coba? Sekalipun mama Jungwon jarang pulang, dia udah pasti kangen sama anak semata wayangnya itu.
"Kok bibir kamu berdarah juga? Abis berantem sama siapa?" kata mamanya setelah neliti lebih dalam. Beliau mau ngambil alih baskom sekaligus kain lapnya, tapi langsung ditepis sama Jungwon.
"Apa sih. Nggak usah peduli. Mama pergi kerja lagi aja. Cari uang yang banyak. Aku udah biasa hidup sendiri," ucap Jungwon berdiri, terus ninggalin mamanya sendirian di ruang tamu.
Mama Jungwon sakit hati? Jelas. Hati ibu mana yang nggak sakit kalau diusir anak sendiri? Mama Jungwon paham kalau Jungwon emang kesepian. Tapi mau gimana lagi, dia juga kerja tanpa pulang karena ngurusin masa depan Jungwon. Ini aja beliau maksa pulang, yang seharusnya bulan depan malah dimajuin sekarang.
"Maafin Mama ya, Won. Mama tau kamu masih nggak terima sama kepergian Daniel. Sama, Mama juga. Makanya Mama berusaha cari kesibukan dengan ikut kerja sama papa, dan kayaknya itu kesalahan besar. Anak Mama itu ada dua, tapi sekarang cuma ada kamu aja. Mama bakal berusaha buat jadi ibu yang baik buat anaknya, terlepas walau kamu udah benci sama Mama."
+++
"Di mana?"
"Rumah. Ngapain lo telpon gue?" decak Jungwon malas. Iya, itu Sunghoon. Entah kenapa dia nelpon Jungwon tiba-tiba dan nanyain lagi di mana.
"Keluar, pergi ke taman komplek lo. Ketemu di sana."
Tut.
Sambungan diputusin sepihak sama Sunghoon.
"Nggak jelas," cibir Jungwon tapi tetep keluar rumah. Dia nggak ganti baju, males banget. Lagian pakaiannya udah cukup sopan, kaos hitam polos, celana rumah selutut dan nggak lupa sendal item kesayangannya.
"Kamu mau ke mana?" tanya mamanya sewaktu liat Jungwon turun dari tangga sambil pakai masker. Udah malem brou, Jungwon suka takut kalau tiba-tiba ada serangga dateng ke mukanya. Serem, nggak mau lagi dia.
"Taman komplek," saut Jungwon sambil make sendalnya yang ada di rak deket pintu.
"Lama nggak? Makan dulu aja. Ketemu siapa, sih?" tanya mamanya penasaran.
Jungwon geleng singkat. "Sebentar, ketemu temen," katanya dan langsung nyelonong keluar rumah gitu aja.
Mama Jungwon cuma natap anaknya miris. Segitu bencinya ya Jungwon sama dia sampai mau pergi terus kalau beliau ada di rumah?
Daripada nethink, mama Jungwon nyiapin segala peralatan makan buat Jungwon, siapa lagi emang? Dia cuma berharap, semoga Jungwon beneran sebentar keluarnya. Beliau udah masak cumi saus hitam dan jus jeruk kesukaan Jungwon. Nggak lucu kalau semua makanan itu berakhir di tong sampah besok pagi.
Di sisi lain, Jungwon mengumpat karena udara malem bener-bener dingin. Dia nyesel nggak bawa jaket.
Dan setelah sampai di taman, dia ngeliat ada Sunghoon lagi mainin hp nya di motor, helmnya pun nggak dia lepas jadi Jungwon nggak bisa liat mukanya.
"Kenapa?" tanya Jungwon langsung. Dia males ketemu Sunghoon, pipi dia jadi tambah tembem kan gara-gara bengkak juga.
Sunghoon dongak. Dia turun dari motornya kemudian nyamperin Jungwon. Tanpa lepas helm. Dia nyimpen hp nya di saku celana.
"Akhirnya sampe juga. Lama lo." Sunghoon basa-basi, bikin Jungwon males.
"Cepet, mau ngomong apa? Gue mau ngerjain tugas abis ini," tukas Jungwon cepet.
Sunghoon ngeluarin sesuatu dari saku celananya, bikin Jungwon ngernyit heran. Bukan apa, soalnya setelah dipikir-pikir sikap Sunghoon cukup aneh sekarang.
Pertama, cowok itu nungguin Jungwon dengan duduk di motor dan nggak lepas helm. Padahal kalau Jungwon inget-inget lagi, Sunghoon itu lebih mending lesehan di trotoar katanya. Lebih adem, enak. Nggak pegel juga.
Kedua, Sunghoon ngambil sesuatu di saku celana. Jungwon jelas heran, soalnya Sunghoon sendiri pernah bilang kalau dia nggak suka nyimpen apapun di celana. Lebih baik di kantong baju, karena Sunghoon suka lalai orangnya.
"Lo ngambil apa sih?" tanya Jungwon curiga. Sunghoon jalannya aneh, kayak bukan Sunghoon yang jalannya nyerobot kayak ibu-ibu kantin.
"Mati lo!" Sunghoon ngangkat pisau lipat dari sakunya, kemudian ngejar Jungwon tiba-tiba.
Jungwon jelas kaget. Dia reflek lari nggak tau arah. Hp nya aja sampai jatuh dan nggak tau deh ketinggalan di mana.
Bruk!
Jungwon kepeleset. Sial, kenapa kepelesetnya harus sekarang sih?! Nggak pas banget timingnya!
"Ngapain lari coba? Nggak ada gunanya juga karena lo nggak bakal bisa lari dari gue."
Jungwon mau bangun, tapi dia nggak bisa. Jungwon ngerasa kakinya keseleo, dan nggak bisa digerakin sama sekali. Sakit banget rasanya.
"Mending lo pergi, atau gue teriak biar lo disergap warga komplek," ancam Jungwon sambil berusaha mundur.
Sunghoon ketawa remeh. "Oh iya? Teriak aja. Lemah, kayak anak cewek aja sih. Lagian kalau lo teriak pun percuma, ini kan komplek sepi. Penghuni paling deket aja lima blok ke depan, gue nggak yakin suara lo yang kecil itu bakal kedengeran."
"Lo kenapa sih?! Aneh banget tau nggak!"
"Ah berisik! Mending gue bunuh lo aja sekarang!" Sunghoon langsung lari, nindihin Jungwon yang emang nggak bisa bergerak banyak.
Dia senyum miring di balik helmnya. "Ada kata terakhir nggak? Biar gue sampein nih."
Jungwon geleng-geleng kuat. Berusaha nyingkirin Sunghoon dari badannya tapi nggak bisa juga. Jungwon kalah telak.
"Lo sinting!" umpat Jungwon.
Sunghoon pura-pura kagum. "Wah, ada ya orang kayak lo yang keras kepala. Udah gue kasih kesempatan masih aja gengsi."
"Fine. Lo yang milih. Say goodbye world, Yang Jungwon."
Jleb!
"ARGHH!!"
"Jungwon! Woi siapa lo?!?!!"
(tbc)
Ini update-an terakhir aku ya, abis ini hiatus dulu soalnya udah mau PAS jugaa oxnzjzsjsj. semangat yang udah mulai PAS nyaa! Di sekolahku masih tanggal 21 nanti, masih lama sih, cuma ya.. udah disuruh belajar:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Egoistic | Yang Jungwon [✓]
Fiksi Penggemar"Gue nggak egois, itu cuma perasaan lo doang karna lo nggak bisa terima kenyataan. Lo itu nggak lebih dari seorang pembunuh." bahasa non baku © hyunjoerry, 2020